• Berita
  • Balada Kesenjangan di Majalaya

Balada Kesenjangan di Majalaya

Kultur masyarakat feodal pula yang menurut Zulfa memicu ketimpangan sosial antara kota dan kabupaten Bandung, khususnya di Majalaya.

Industri kain tenun Majalaya, Kabupaten Bandung, 12 Agustus 2021. Majalaya merupkan salah satu kecamatan di Kabupaten Bandung. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Sherani Soraya Putri23 Desember 2022


BandungBergerak.id - Kota Bandung dikenal sebagai metropolitan di provinsi Jawa Barat. Daerah terdekat dari Kota Bandung adalah Kabupaten Bandung. Meski sama-sama bernama Bandung, namun kedua daerah ini memiliki banyak perberbedaan, mulai dari kemajuannya, infrastrukturnya, ilmu pengetahuannya, dan seterusnya.

Potret Kabupaten Bandung ini bisa disimak dari perkembangkan salah satu kecamatannya, yakni Majalaya, yang disorot pada acara Balada Pinggiran Kota: Tubruk Kreatifitasmu di Bla Bla Radio Space, Kamis (22/12/2022), yang menghadirkan penggagas media alternatif Majalaya.id, Zulfa Nasrulloh.

Majalaya adalah salah satu dari 31 kecamatan yang ada di Kabupaten Bandung. Secara geografis dan hukum wilayah Majalaya tediri dari desa Paseh, Ibun, Majalaya, dan Solokan Jeruk.

Menurut dokumen BPS Kabupaten Bandung: Majalaya dalam Angka 2021, Kecamatan Majalaya memiliki luas wilayah 30,09 kilometer persegi yang ditempati 44.016 jiwa penduduk, terdiri dari 21.098 penduduk laki-laki dan 19.659 penduduk perempuan.

Zulfa Nasrulloh mencatat ada persoalan mendasar di Majalaya, yakni masih terbatasnya akes terhadap ilmu pengetahuan (informasi) karena pengaruh kentalnya budaya feodalisme; ada kesenjangan ilmu pengetahuan antara orang tua dan anak mudanya.

“Jadi ketika kalian tidak ingin berbagi ilmu pengetahuan, berarti kalian feodal, sesederhana itu. Lalu ketika kalian tidak menghormati gagasan, justru sibuk dengan tingkatan tersebut dengan mengecilkan peran anak muda yang berani berpendapat, karena menganggap yang tua lebih berpengalaman,” jelas Zulfa.

Kultur masyarakat feodal pula yang menurut Zulfa memicu ketimpangan sosial antara kota dan kabupaten Bandung, khususnya di Majalaya. Padahal dari segi jarak tempuh antara Kota Bandung dan Majalaya terbilang singkat, cukup satu jam perjalanan. Majalaya berada di tenggara Kota Bandung, bisa diakses melalui Ciwastra atau Cibiru.

Menurut Zulfa, terdapat ketakutan dari masyarakat sendiri untuk membagikan ilmu kepada lingkungan sekitarnya. Hal ini terjadi pula pada pemerintah daerah di Kabupaten Bandung yang kurang terbuka.

“Misalkan pemerintah memberi dana ke satu kelompok tertentu, itu tidak akan dibuka. Bahkan beberapa program pemerintah yang gratis, bisa diuangkan kalau di Kabupaten Bandung,” tegasnya.

Masalah keterbukaan ini bisa berdampak pada munculnya pungutan liar. Zulfa mencontohkan, membuat Surat Izin Usaha UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) yang seharusnya gratis, tapi di Majalaya perlu merogoh biaya. Padahal idealnya masyarakat hanya tinggal diberi tahu atau bantu diarahkan untuk mengakses prosedurnya melalui website.

Zulfa menceritakan tentang pengalaman kala melakukan proses reportase di Majalaya.id, tepatnya saat ingin mewawancarai salah satu warga ahli sesuai bidangnya, selalu diarahkan kepada pihak lain yang dirasa olehnya lebih paham. Ia menangkap ada ketidakpercayadirian atau ketakutan dari masyarakat untuk menyampaikan pendapatnya.   

Keresahan tersebut mengusik Zulfa untuk membuat media Majalaya.id bersama 15 orang teman sekolahnya yang memiliki latar belakang profesi berbeda-beda. Mereka berprinsip bahwa setiap masyarakat harus terbuka dan berhak mendapatkn informasi.

“(Melalui Majalaya.id) Saya fasilitasi kepedulian atau persaudaraan tersebut dengan berbagai latar belakang yang berbeda-beda, semua bisa berperan,” jelasnya.

Baca Juga: Api Fatimah Bersama Komunitas Bandung Mempertahankan Dago Elos
Kemacetan Menciptakan Budaya Ngaret Kolektif, sebuah Kerugian bagi Warga Bandung
Kala Sepak Bola Bikin Penguasa Turun Tahta

Dari kanan Zulfa Nasrulloh sedang menjelaskan persoalan di kawasan kabupaten Bandung, dan dipandu oleh pembawa acara Adew Habtsa sebelah kiri di foto. Kamis, (22/12/2022). (Foto: Sherani Soraya Putri/BandungBergerak.id).
Dari kanan Zulfa Nasrulloh sedang menjelaskan persoalan di kawasan kabupaten Bandung, dan dipandu oleh pembawa acara Adew Habtsa sebelah kiri di foto. Kamis, (22/12/2022). (Foto: Sherani Soraya Putri/BandungBergerak.id).

Berangkat dari Seni

Secara historis Majalaya merupakan sebuah kerajaan. Zulfa menemukan dalam satu naskah, bahwa Masjid Agung Majalaya dari Parakanmuncang sampai ke perbatasan Garut, menjadi saksi ruang pertempuran Sumedang dan Cirebon. Karena itu pula terdapat nama daerah seperti Majakerta maupu Majasetra.

Sebelum membentuk media lokal Majalaya.id, Zulfa cukup lama aktif di bidang seni, di antaranya teater. Ia kemudian memadukan teater dengan media yang didirikannya.

“Majalaya.id viral itu 2020, waktu itu saya memuat protes aing positif teu boga duit, itu kan sebetulnya kebiasaan di teater setiap hari. Tapi ketika ekspresi seni itu ditempatkan di waktu, konten dan momen yang tepat, maka bisa pula nonjok, bukan hanya hiburan,” katanya.

Media lokal yang dibentuk Zulfa dan kawan-kawan menjadi wahana untuk mewadahi dan menyoroti berbagai isu yang ada di lingkungan sekitar. Penyikapan terhadap isu dilakukan melalui pendekatan seni teater, sastra, puisi, musik, dan festival.

Segmen media ini anak muda. Zulfa beralasan karena kaum muda Majalaya saat ini menghadapi dilema di kampung halamannya. Mereka tergoda pergi ke kota besar untuk menjangkau cita-cita mereka.

Namun angan tersebut terbuki rontok di kala pandemi dua tahun lalu. Banyak anak muda yang pulang kampung. Pada akhirnya mereka kembali ke lingkungan keluarga dan masyarakatnya.

Maka dari itu, kata Zulfa, kampung halaman perlu dikelola dengan baik. Sikap-sikap merugikan harus dikikis, misalnya feodalisme dan individualisme. Ia berharap keberadaan Majalaya.id bisa turut menjawab tantangan tersebut.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//