• Berita
  • Kemacetan Menciptakan Budaya Ngaret Kolektif, sebuah Kerugian bagi Warga Bandung

Kemacetan Menciptakan Budaya Ngaret Kolektif, sebuah Kerugian bagi Warga Bandung

Pada musim liburan seperti menjelang Natal dan tahun baru ini, kemacetan lalu lintas Kota Bandung jangan ditanya.

Kendaraan terjebak kemacetan sepanjang 2 Km lebih saat exit tol Pasteur, Bandung, Jawa Barat, 6 Juli 2021. (Foto Ilustrasi: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Iman Herdiana23 Desember 2022


BandungBergerak.idAngkot jurusan St Hall-Gedebage merayap dari Jalan Soekarno Hatta menuju Jalan Buah Batu, pada pekan kedua Desember 2022. Penumpangnya terdiri dari 6 orang yang kebanyakan ibu-ibu. Seorang dari mereka berkomentar atau mengeluhkan jalan yang macet.

Begitu angkot lolos dari jebakan lampu merah menuju Buah Batu, kemacetan semakin menjadi-jadi. Si ibu semakin gelisah karena akan terlambat ke tempat tujuan.

Ya, kemacetan sudah menjadi soal krusial yang belum terpecahkan di Kota Bandung. Wali Kota boleh berganti, dan kemacetan tetap terjadi. Kota berpenduduk sekitar 2,5 juta jiwa ini selalu dilanda kemacetan terutama pada jam-jam sibuk, pagi, siang, sore.

Pagi hari kemacetan terjadi saat jam masuk kantor dan sekolah. Siang hari kemacetan terjadi pada jam bubaran sekolah. Dan sore hari kemacetan muncul di saat waktu bubaran para pekerja. Selalu begitu setiap harinya seakan dibiarkan tanpa solusi.

Pada musim liburan seperti menjelang Natal dan tahun baru ini, kemacetan lalu lintas Kota Bandung jangan ditanya. Titik kemacetan biasanya terjadi di daerah wisata atau pusat perbelanjaan.

Kemacetan lalu lintas Kota Bandung sebenarnya sudah terjadi sejak puluhan tahun ke belakang. Indikasi kemacetan ini dapat dilihat dari pertumbuhan kendaraan baik roda dua maupun empat.

Menurut makalah yang disusun Direktorat Jenderal Kajian dan Aksi Strategis Kementerian Luar Negeri Lembaga Kepresidenan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan (Unpar), pada tahun 2014, Kota Bandung menduduki peringkat ketujuh sebagai kota termacet se-Indonesia, yaitu dengan tingkat kemacetan 14,3 kilometer per jam.  

Dalam makalah bertajuk Bandung Macet: Infrastruktur Atau Tak Teratur? tersebut khawatir Bandung akan menjadi kota yang tidak memberikan kenyamanan terhadap penduduknya yang terlalu sering terjebak macet.

Dampak kemacetan sangat banyak, mulai dari penduduk menjadi tidak bebas bergerak dan beraktivitas, tidak kompetitif, ekonomi menjadi tidak bergairah, dan kota sulit untuk berkembang, apalagi untuk bersaing dengan kota-kota lainnya.

Salah satu konsekuensi dari kemacetan di Bandung adalah tersitanya waktu penduduknya yang kerap terjebak kemacetan. Dari hasil kajian Unpar disebutkan, kemacetan menyebabkan orang sulit menentukan waktu sampai ke tempat tujuan sehingga juga mempengaruhi waktu keberangkatan.

Hal itu akan membuat orang menyediakan spare waktu lebih banyak untuk keberangkatan. Padahal, waktu lebih yang kemudian dikorbankan tersebut bisa saja digunakan untuk mengerjakan/memproduksi hal lain. 

“Sekalipun ada kemungkinan orang tidak menyediakan spare waktu lebih banyak untuk keberangkatan, maka terdapat kecenderungan telat. Waktu yang dikorbankan akibat keterlambatan waktu sampai tersebut menyebabkan produktivitas berkurang karena berpotensi mengurangi output (ilmu, informasi, atau peluang positif lainnya) yang bisa saja didapat seseorang jika sampai tepat waktu,” papar kajian Unpar.

Baca Juga: Kota Kembang Lautan Kendaraan Pribadi
Ratapan Pengguna Roda Empat
Bandung di antara Keindahan dan Masalah-masalahnya

Budaya telat alias ngaret akan mengubah pola pikir yang tadinya merupakan gejala individu, kemudian berkembang menjadi gejala komunitas dan akhirnya menjadi gejala masyarakat dalam suatu regional, dalam hal ini Bandung.

Hal ini dimungkinkan terjadi karena kemacetan sendiri merupakan gejala kota, bukan lagi gejala individu. Jadi, tanpa terobosan berarti, Bandung akan menjadi kota yang semakin macet di masa mendatang. 

Sekretaris Daerah Kota Bandung Ema Sumarna mengatakan, kemacetan masuk ke dalam isu utama yang memerlukan prioritas penanganan dalam rencana pembangunan ke depan.

"Bandung masih berkaitan dengan permasalahan seperti macet, banjir, kemiskinan, pemulihan dampak pandemi. Belum lagi isu terkait krisis global," kata Ema Sumarna, pada siaran pers terkait acara Kick Off penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2024 di Hotel Grandia Jalan Cihampelas, Rabu 21 Desember 2022.   

Sekarang, dan dari dulu, warga Bandung menunggu terobosan apa yang dilakukan Pemkot Bandung untuk mengurangi kemacetan yang sudah semakin parah.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//