• Opini
  • Tentang Lingkungan dan Setiap Suap Makanan di Sendok Makan

Tentang Lingkungan dan Setiap Suap Makanan di Sendok Makan

Satu hal kecil yang perlahan menjadi kebiasaan dengan tidak menghabiskan makanan bisa berdampak buruk pada lingkungan.

Ruth Angelique

Mahasiswa Administrasi Bisnis Universitas Katolik Parahyangan (Unpar)

Siswi SMA berkumpul sambil makan-makan di Taman Lansia, Bandung, sepulang sekolah, Selasa (31/5/2022). Para pelajar bisa kembali bertemu tahun ini setelah sekolah bisa menggelar 100 persen belajar tatap muka karena kasus pandemi telah menurun. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

6 Januari 2023


BandungBergerak.id—Lingkungan hidup menjadi salah satu isu penting yang cukup hangat diperbincangkan masyarakat di era sekarang. Salah satu masalah lingkungan hidup yang menjadi isu penting adalah permasalahan tentang food waste atau limbah makanan, satu dari ribuan isu yang menjadi bahaya di kemudian hari. Ada kurang lebih 1,3 miliar ton limbah makanan yang terbuang dan disia-siakan.

Dunia sudah lama mengenal Indonesia sebagai salah satu negara penghasil limbah plastik. Ternyata Indonesia juga dikenal sebagai negara nomor dua penghasil limbah makanan terbanyak di dunia. Prestasi yang tidak bisa kita banggakan, bukan?

Penelitian The Economist Intelligence Unit (EIU) tahun 2017 mendapati orang Indonesia bisa membuang sampah makanan kurang lebih 300 kilogram setiap tahunnya. Jumlah yang sangat banyak dan tentunya berakibat fatal untuk ke depannya.

Sayangnya ada anggapan bahwa limbah makanan termasuk salah satu isu yang mudah diatasi dan tidak penting karena limbah ini banyak berasal dari sisa rumah tangga dan bahan-bahan organik. Padahal sampah dari limbah makanan menumpuk di mana-mana termasuk bercampur dengan sampah lainnya di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Di Indonesia, hal ini diperparah dengan pemakaian metode pengangkutan sampah dengan metode “kumpul angkut”, di mana sampah ditimbun baru diangkut kembali oleh petugas kebersihan. Padahal tanpa orang-orang sadari banyak sekali dampak dari limbah makanan yang sering disepelekan oleh banyak orang ini. Tidak hanya berdampak pada lingkungan, namun ada dampak sosial yang ditimbulkan oleh limbah makanan tersebut. Bagaimana hal ini bisa terjadi?

Salah satu dampak dari timbunan sampah di TPA adalah adanya gas metana. Hal tersebut bisa terjadi karena saat sampah makanan-makanan tersebut membusuk mereka mulai mengeluarkan gas metana. Gas Metana sendiri adalah jenis gas yang sama dengan gas rumah kaca yang dapat merusak ozon dan juga mempercepat terjadinya perubahan iklim atau climate change. Tanpa disadari hal ini sering terjadi di sekitar kita dan mungkin saja kita sendiri menjadi salah satu pelaku yang menyumbang banyak limbah makanan ke alam.

Dampak lainnya juga ada pada terbatasnya TPA di Indonesia. Ini yang  mengakibatkan banyak sampah kemudian masuk ke sungai atau daerah jalur hijau resapan air yang akan sangat mengganggu ke depannya. Mungkin banyak orang berpikir bahwa sampah organik bisa menjadi pupuk atau mudah terurai secara alami. Padahal saat sampah organik tersebut menyatu dengan air, tentu saja hasil dari pembusukan limbah ini malah merusak air dan dapat menghancurkan ekosistem yang ada. Lalu apakah manusia akan terdampak oleh ulah ini? Tentu saja.

Dampaknya adalah dampak sosial. Dampak sosial yang bisa dirasakan ada pada aspek kesehatan karena air yang tercemar. Bisa saja salah satu sumber pencemaran air tersebut oleh limbah makanan, bisa saja korbannya adalah salah satu pengguna sumber air yang tercemar tersebut. Rusaknya sumber air akan menyulitkan untuk mendapat makanan yang sehat, terutama pada orang-orang yang di daerahnya sudah sulit untuk mendapatkan makanan, hal ini akan memperburuk. Situasi ini bisa berdampak pada aspek kesehatan yaitu gizi buruk.

Baca Juga: Satu Pemilik Modal untuk Satu Bibit Pohon
Antroposentrisme
Arsitektur Nusantara sebagai Bentuk Rekonstruksi terhadap Kesetaraan Gender di Indonesia

Mulai dengan Langkah Kecil

Satu hal kecil yang perlahan menjadi kebiasaan dan tidak sadari lakukan bisa berdampak banyak jiwa di luar sana, yaitu dengan membuang-buang dan terlalu konsumtif terhadap makanan.  Ingin makan tentu saja boleh.

Makanan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Namun makan dengan porsi berlebihan dan menyia-nyiakan makanan tersebut termasuk pemborosan yang sebaiknya dihindari. Tanpa sadar dengan kita melakukan hal tersebut kita mendukung adanya krisis pangan juga mendukung percepatan climate change yang sulit dihindari namun bisa perlahan dicegah.

Kita bisa membantu banyak orang dengan setiap makanan yang kita miliki yaitu dengan tidak menyia-nyiakan setiap suapan makanan tersebut. Kita juga bisa memulai kampanye pemilahan sampah dan cara alternatif lain selain menimbun sampah dengan opsi eco-enzyme, budidaya maggot, atau hal lainnya. Selain kita, juga semestinya pemerintah sadar kalau mereka harus membenahi sistem pengolahan sampah dan pengangkutan sampah yang ada. Jika kita mau membenahi lingkungan hidup,tidak usah sulit sampai kita membuat demonstrasi besar-besaran. Cukup dengan langkah kecil dengan tidak menyisakan makanan kita sudah berkontribusi dalam melindungi bumi, tempat tinggal kita bersama

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//