• Opini
  • Bahasa Prokem dan Eksistensi Bahasa Indonesia

Bahasa Prokem dan Eksistensi Bahasa Indonesia

Bahasa prokem diciptakan oleh generasi muda untuk mencairkan suasana, juga untuk merahasiakan pembicaraannya dari generasi yang lebih tua.

Keisha Edlyn Sjamsudin

Mahasiswa Teknik Industri Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung

Siswi SMA berkumpul sambil makan-makan di Taman Lansia, Bandung, sepulang sekolah, Selasa (31/5/2022). Para pelajar bisa kembali bertemu tahun ini setelah sekolah bisa menggelar 100 persen belajar tatap muka karena kasus pandemi telah menurun. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

10 Januari 2023


BandungBergerak.id—Bahasa lisan yang kita gunakan sehari-hari ternyata banyak berbeda dari kosakata bahasa Indonesia yang terdapat pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Mungkin banyak dari kaum remaja yang tidak tahu bahwa bahasa gaul tersebut juga disebut sebagai bahasa prokem.

Bahasa mempunyai sifat yang dinamis sehingga bahasa turut berkembang seiring dengan perkembangan budaya masyarakat. Indonesia memiliki masyarakat yang multikultural, di mana banyak sekali ragam bahasa dari berbagai daerah dan kelompok. Keberagaman ini juga mencakup faktor usia, status ekonomi, profesi, tingkat pendidikan, dan asal daerah.

Bahasa Indonesia telah berkembang secara pesat dibandingkan bahasa lainnya. Hal ini terjadi dikarenakan Bahasa Indonesia menyerap banyak sekali kosakata dari luar negeri maupun daerah di dalam negeri. Namun, perkembangan Bahasa Indonesia juga menghasilkan ragam bahasa yang nonformal. Kebanyakan dari kaum remaja mengenal bahasa ini sebagai bahasa gaul atau slang.

Bahasa prokem adalah bahasa pergaulan yang telah menjadi bagian dari hidup para remaja zaman sekarang. Istilah prokem ini telah muncul sejak akhir tahun 1980 dan awalnya menjadi bahasa untuk berkomunikasi antar preman secara rahasia. Seiring berjalannya waktu, bahasa prokem ini dikenalkan oleh penulis-penulis terkenal dengan mencantumkan kata-kata prokem dalam bukunya. Kata prokem sendiri berasal dari kata “preman” yang disisipi kata “ok” dan “an” dihilangkan. Banyak kata-kata lain yang juga disisipkan ok ditengahnya, seperti bokap (bapak), nyokap (nyonya), sokat (sakit). Selain menambahkan sisipan, bahasa prokem juga terdiri dari kata-kata baru yang dibuat oleh orang-orang, seperti baper, anjay, hingga kata yang sudah kita gunakan setiap hari sebagai pengganti saya, yaitu “gue”.

Baca Juga: Di Balik Selubung Pendidikan Sekolah Yayasan
Taman Vertikal Solusi Rumah Minim Lahan dan Ramah Lingkungan
Feminisme: Cantik itu Luka, Pintar itu Sok Tahu?

Tren Bahasa Prokem Seiring dengan Pergantian Generasi

Jika kalian ingat, pada tahun 2010 terdapat tren mengetik SMS secara singkat seperti yg, q (aku), se7 (setuju), g (gak), dan y (ya). Tren ini juga termasuk ke dalam bahasa prokem. Awalnya, generasi pada saat itu menciptakan tren mengetik singkat untuk menghemat pulsa dalam mengirimkan SMS. Namun lama kelamaan, hal ini menjadi kebiasaan dan diteruskan pada generasi berikutnya.

Seiring berjalannya teknologi, Bahasa Indonesia sudah berkembang lebih pesat dari sebelumnya. Media sosial telah menjadi perantara bagi masyarakat khususnya para remaja untuk menyebarluaskan kata-kata baru yang mereka buat. Para remaja dapat dengan mudah menambahkan kata-kata baru dengan membuat kata tersebut viral di sosial media. Selain media sosial, acara televisi juga menjadi sarana untuk menambahkan kosakata baru, mengingat masyarakat Indonesia mudah untuk terpengaruh dan tidak ingin ketinggalan zaman. Contohnya, pada acara televisi program Dahsyat, RCTI yang memopulerkan kata “cekidot”.

Bahasa prokem yang muncul di tahun 2022 semakin beragam dan abstrak seiring berkembangnya kreativitas remaja zaman sekarang, seperti sabi (bisa), ngokey (oke), gokil (gila), pargoyjamet, ngab, gemoy, bund, pansos (panjat sosial), bucin (budak cinta), gaje (gajelas), mantul (mantap betul), komuk (kondisi muka) dan masih banyak lagi. Namun, perkembangan teknologi telah membuat masyarakat  lebih mudah dalam menyerap bahasa asing. Sehingga banyak bahasa prokem yang merupakan singkatan atau kata bahasa inggris yaitu, PAP (Post A Picture), OOT (Out of Topic), FOMO (Fear of Missing), KEPO (Knowing Every Particular Object), spill, dan ghosting. Budaya-budaya asing yang masuk ke Indonesia secara terus menerus memunculkan ide baru kepada masyarakat untuk menciptakan kosakata baru dalam bahasa Indonesia.

Bahasa prokem memiliki ciri-ciri yang berbeda dalam setiap generasi masyarakat, yang bertujuan agar generasi lain atau generasi yang lebih tua tidak mengerti bahasa mereka. Apalagi kaum remaja zaman sekarang merasa seperti memiliki dunia sendiri. Mereka tidak ingin diganggu oleh generasi yang lebih tua, sehingga mereka membuat banyak sekali kata baru yang tidak dimengerti oleh masyarakat umum

Jurang antara Generasi Muda dan Generasi Tua

Bahasa prokem lebih banyak digunakan dan didominasi oleh generasi muda. Bisa dibilang, sekarang adalah zamannya kaum muda, sehingga mereka lah yang lebih mengikuti zaman dan teknologi. Kreativitas mereka juga berkembang seiring dengan zaman.

Namun, bahasa inilah yang menjadi pemisah antara generasi muda dan generasi tua. Generasi tua tidak akan mengerti apa yang dibicarakan oleh generasi muda. Malahan hal ini dilakukan dengan sengaja oleh generasi muda, karena merasa generasi tua tidak pantas untuk ikut-ikutan.

Eksistensi Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi di Indonesia, sebuah negara yang terdiri dari ribuan pulau di kawasan Asia Tenggara. Bahasa Indonesia merupakan turunan dari bahasa Melayu yang merupakan bahasa asli dari wilayah nusantara. Bahasa Indonesia telah berkembang sejak abad ke-19, terutama setelah Indonesia merdeka dari Belanda pada tahun 1945. Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah, perguruan tinggi, dan institusi-institusi lainnya, serta digunakan dalam percakapan sehari-hari oleh masyarakat Indonesia.

Munculnya bahasa prokem telah mengubah sifat para remaja dalam menjaga eksistensi bahasa Indonesia. Tanpa mereka sadari, mereka telah menggantikan bahasa-bahasa asli Indonesia dengan bahasa prokem. Jika dalam waktu setahun muncul 100 kosakata baru, bayangkan apa yang akan terjadi pada 10 tahun ke depan. 1000 kosakata Indonesia akan tergantikan, dan perlahan masyarakat dapat melupakan kata-kata asli nenek moyang kita.

Bahasa Prokem Tercatat ke Dalam KBBI

KBBI yang berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) bertujuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang perkembangan kosakata bahasa Indonesia. KBBI juga bertujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengembangkan kosakata bahasa Indonesia. Jadi, KBBI juga mencatat bahasa-bahasa prokem yang sering digunakan oleh masyarakat dari tahun ke tahun. Lalu mengapa KBBI menyetujui untuk mencatat bahasa yang tidak formal ini?

Redaktur KBBI mengatakan bahwa tim dari KBBI sering mengalami perbedaan pendapat dan persetujuan untuk memasukan bahasa prokem ke dalam KBBI dikarenakan rentang usia mereka yang berbeda-beda. Namun, mereka telah membuat pertimbangan untuk memasukan kosakata baru apabila kata baru tersebut sudah digunakan paling tidak pada 10 media massa, dan mampu bertahan selama beberapa generasi (minimal 5 tahun) di ruang lingkup nasional. Kata-kata prokem yang sudah masuk ke dalam KBBI seperti bucin, mager, pansos, gaptek, ambyar, alay, julid, bumil, kepo, gebetan, meme, dan lainnya adalah contoh bahasa prokem yang sudah marak digunakan masyarakat dari generasi ke generasi.

Kata-kata yang masuk ke dalam KBBI ternyata juga harus seturut dengan kaidah bahasa Indonesia, yaitu dapat dibentuk dengan pengimbuhan dan pemajemukan. Selain itu, terdapat juga bahasa daerah yang kerap digunakan oleh masyarakat luas, sehingga dianggap bahasa prokem dan masuk ke dalam KBBI, seperti “bobotoh” yang berasal dari bahasa sunda, sebagai sebutan untuk pendukung sepak bola.

Bahasa adalah alat komunikasi bagi manusia secara lisan. Bahasa ini terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan generasi, dan setiap generasi memiliki keunikannya sendiri-sendiri karena manusia adalah makhluk yang selalu menginginkan perubahan. Bahasa gaul atau juga disebut bahasa prokem diciptakan oleh generasi muda untuk mencairkan suasana atau juga untuk merahasiakan pembicaraannya dari generasi yang lebih tua.

Bahasa prokem telah menjadi tradisi bagi setiap generasi, sehingga sulit untuk dihilangkan. Buruknya, keberadaan bahasa prokem dapat menggeser atau bahkan menggantikan posisi bahasa Indonesia jika masyarakat lebih sering menggunakan bahasa gaul. Namun keputusan tim KBBI untuk memasukan kosakata baru adalah hal yang benar. Dengan adanya bahasa prokem dalam KBBI, generasi yang lebih tua akan lebih mudah untuk mempelajari perkembangan bahasa Indonesia, dan dapat berbaur dengan generasi lainnya. Hal yang perlu ditambahkan adalah edukasi bahasa Indonesia di sekolah untuk menyadarkan para remaja tentang eksistensi bahasa Indonesia.

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//