• Cerita
  • Teruslah Terbang Tinggi, Riverside Forest!

Teruslah Terbang Tinggi, Riverside Forest!

Riverside Forest menang dalam pekan akhir Bandung Champions League (BCL) musim 2022 melawan Baraya Jabar dan naik kasta ke Bandung Premier League.

Suporter Riverside Forest saat mendukung timnya berlaga. Riverside Forest, klub sepak bola asal Bandung, mengusung semboyan This Club Belongs to You and Me. (Foto: Dokumentasi Riverside Forest)*

Penulis Delpedro Marhaen12 Januari 2023


BandungBergerak.idRiverside Forest membuka tahun 2023 dengan merilis Laporan Keuangan Tahunan periode 2022. Hal yang tak mungkin dilakukan oleh kebanyakan klub sepak bola amatir, atau bahkan klub sekelas Persib Bandung sekalipun. Tidak hanya laporan keuangan tahunan, sebelumnya Riverside Forest secara periodik menyampaikan laporan keuangan klub kepada publik, terkhususnya kepada Birds Death Brigade, sebutan untuk para suporter Riverside Forest.

Tradisi transparansi keuangan klub tersebut berangkat dari konsep awal berdirinya Riverside Forest, yakni Punk Football; klub sepak bola yang dihidupi dan dinikmati sepenuhnya oleh suporter. Sumber pendanaan klub dihimpun secara kolektif yang sepenuhnya berasal dari suporter dan penjualan merchandise. Kerja sama serta keterbukaan di antara pengelola dan suporter itulah yang menjadikan modal klub ini bisa terus tumbuh.

Riverside Forest terbentuk dari kolektif pertemanan, dan yang mengurus juga teman-teman. Kita mengusung klub sepak bola Riverside sebagai klub yang kolektif, pendanaan dari mereka suporter, jadi setiap ada pemasukan dan pengeluaran harus kita sampaikan ke publik, supaya terbuka dan tetap diawasi oleh para suporter,” kata Yusuf Kahfi, suporter Riverside Forest, kepada BandungBergerak.id, Selasa (10/01/20223).

Suporter juga dilibatkan dalam menentukan langkah klub ke depan. Pengambilan keputusan klub untuk bergabung menjadi anggota federasi dan mengikuti Liga 3, misalnya, dilakukan dengan pemungutan jajak pendapat dari para suporter. Hasilnya, 65 persen atau 656 orang memilih untuk menjadi anggota Federasi dan mengikuti Liga 3. Sebanyak 21 persen atau 218 orang memilih membentuk alternatif sepak bola, dan 4.5 persen atau 45 orang memilih menjadi klub fun football.

“Sebenarnya Riverside Forest itu tidak mau untuk bermain di liga kasta tinggi, tetapi hampir setiap kalau kita mengikuti liga amatir itu ditolak dengan alasan karena memiliki banyak suporter. Sedangkan, Riverside Forest kalau bertanding tidak terlepas dari kehadiran suporternya, karena klub ini yang punyanya adalah suporter. Jadi kita tetap harus memiliki wadah untuk tetap menyuarakan suara-suara kritik, baik soal sepak bola maupun sosial,” ungkapnya.

Menentukan langkah tersebut bukan hal yang mudah bagi Riverside Forest. Mereka memutuskannya melalui diskusi yang panjang dengan menerima pendapat dan masukan dari para pendukungnya, namun niatnya tetap satu; untuk tetap bisa menyuarakan suara-suara sumbang di tribun pada setiap laga pertandingan. Kini dokumen dan finansial untuk dapat bermain di Liga 3 tersebut sedang dipersiapkan untuk mewujudkan harapan bersama itu.

“Persiapan agak sulit, banyak dokumen yang harus dilengkapi. Sekarang sedang proses melengkapi persyaratan. Bahkan harus sampai memiliki akademi untuk usia muda. Selagi menempuh persyaratan itu, kita juga sedang mengumpulkan dana untuk pembelian lisensi di harga 30 juta rupiah. Kita sedang berusaha untuk itu,” kata Yusuf.

Tak ada harapan muluk-muluk dari Riverside Forest ketika berlaga di Liga 3. Keberadaannya di gelanggang kompetisi yang lebih besar tersebut tetap digunakan untuk menyampaikan pesan kritik dari tribun yang lebih besar lagi, sekaligus bersenang-senang bersama klub milik mereka. Kritik mereka akan lebih dekat lagi dengan telinga pemangku kebijakan ketika berada di bawah keanggotaan federasi.

“Banyak berhembus isu-isu mengenai keburukan di Liga 3, seperti sogok-menyogok, beli wasit atau hal-hal main uang lainnya. Kami ingin membuktikan sekaligus melawan praktik-praktik kotor itu,” tegas Yusuf.

Birds Death Brigade menggelar acara perayaan aatas kemenangan yang telah diraih klub sepak bola Riverside Forest pada kompetisi amatir, Bandung Champions League, di Dago Pakar, Jumat (4/15/2022). (Foto: Reza Khoerul Iman/BandungBergerak.id)
Birds Death Brigade menggelar acara perayaan aatas kemenangan yang telah diraih klub sepak bola Riverside Forest pada kompetisi amatir, Bandung Champions League, di Dago Pakar, Jumat (4/15/2022). (Foto: Reza Khoerul Iman/BandungBergerak.id)

Kilas Balik 2022

Riverside Forest memulai Bandung Champions League (BCL) musim 2022 dengan laga melawan Garut Footballer pada 30 Januari 2022 di lapangan Progresif Arena Soekarno-Hatta, Bandung. Riverside Forest berhasil unggul dari Garut Footballer dengan skor 4-2. Gifran Rihla mencetak tiga gol, Rio Gibran satu gol, sementara Caswadi dan Ahmad Abdul dari Garut Footballer masing-masing mencetak satu gol.

Di pekan kedua, Riverside Forest berhadapan dengan Bondzria FC pada 6 Februari 2022, dengan skor akhir 1-1. Gol tunggal dari Riverside Forest yang dicetak oleh Dimas Aldi berhasil disamakan oleh pemain Bondrzia, Alamsyah. Riverside Forest pun terpaksa berbagi poin dengan Bondrzia FC.

Pekan ketiga BCL musim 2022 sempat ditunda dengan alasan pelanggaran protokol kesehatan yang dilakukan oleh para pendukung dari masing-masing klub karena mengabaikan teguran operator untuk membubarkan diri. Riverside Forest mengkritik dengan mengatakan alasan tersebut tidak dapat dimengerti. 10 hari kemudian BCL musim 2022 kembali dilanjutkan dengan format tanpa penonton di tribun.

“Meski minggu ini tanpa kalian di ujung tribun, tapi kami yakin kalian akan selalu melihat kami dari atas secara bebas layaknya burung dengan penuh semangat,” tulis Riverside Forest dalam akun Instagramnya.

Pada pekan keempat Riverside Forest kembali mendapat hasil imbang ketika melawan Popthree FC pada 20 Februari 2022. Imbang pada dua laga sebelumnya, Riverside Forest berhasil menggulung habis BXP FC dengan setengah lusin gol dalam pekan kelima pada 27 Februari 2022. Namun, harus kalah oleh Begundal FC dengan skor 1-2 dalam pekan keenam pada 6 Maret 2022.

Pekan ketiga yang sebelumnya sempat ditunda kembali digelar pada 11 Maret 2022, Riverside Forest berhasil menang 1-8 dari GOBS FC. Riverside Forest kembali meraih tiga poin dengan mengalahkan 0-1 ONISAC FC dalam laga pekan ketujuh pada 13 Maret 2022. Kemudian ditahan imbang dengan skor 0-0 oleh Anak Rantau FC dalam pekan kedelapan pada 24 Maret 2022.

Riverside Forest meraih hasil imbang kembali setelah seri 3-3 dengan BOY FC dalam pekan kesembilan pada 21 Maret 2022. Kemudian menang 3-0 setelah Nusantara FC walk out dari pertandingan dalam pekan kesepuluh pada 27 Maret 2022. Riverside Forest menang dalam pekan akhir BCL melawan Baraya Jabar dan naik kasta ke Bandung Premier League.

“Ada kejadian unik ketika melawan Nusantara FC, mereka tidak mampu membayar match fee, yang padahal sudah mau kami bantu bayarkan supaya tetap berlaga. Tetapi dari mereka bilang lagi tidak bermain. Akhirnya mereka dianggap walk out dan kita bermain dengan suporter,” terang Yusuf.

Baca Juga: PROFIL RIVERSIDE FOREST: Membangun Sepak Bola Rakyat di Tangga Batu Tamansari
Merayakan Kemenangan ala Riverside Forest, Klub Sepak Bola Punk Bandung
Sepak Bola Tanpa Iming-iming Juara

Denda Hingga Pencabutan Lisensi

Siapa yang bisa membendung gairah Birds Death Brigade tatkala menyaksikan klub kesayangannya berlaga. Chants, smoke bomb, dan pesan-pesan kritik sosial tidak pernah absen dari tribun penonton. Sayangnya, operator BCL memandang lain soal euforia suporter dalam 90 menit itu; berulang kali Riverside Forest dijatuhi denda.

Riverside Forest dijatuhi denda dalam pekan keenam BCL 2022 ketika berhadapan dengan Begundal FC pada 6 Maret 2022. Riverside Forest dinilai telah melakukan pelanggaran ketentuan berlangnsyanya event dengan masuknya suporter ke dalam lapangan dan penggunaan flare serta smoke bomb. Riverside Forest dijatuhi sanksi administratif sebesar 2 juta rupiah dan apabila kembali terjadi akan didiskualifikasi.

Riverside Forest kembali mendapatkan sanksi administratif ketika berlaga melawan ONISAC pada 13 Maret 2022. Operator BCL menilai Riverside Forest menyebabkan kerusuhan dengan membiarkan suporternya masuk ke dalam lapangan. Denda sebesar 1,5 juta rupiah, yang kemudian mendapatkan keringan menjadi 500 ribu rupiah tersebut dibayar lunas oleh para suporter dengan menggunakan uang pecahan 100 dan 200 perak.

Pil pahit kembali harus ditelan Riverside Forest. Operator Bandung Premier League (BPL) mendiskualifikasi sepihak dengan mencabut lisensi Riverside Forest dari kompetisi dengan alasan memiliki banyak suporter dan belum siapnya operator BPL untuk mewadahi jumlah suporter yang banyak. Alasan lainnya karena alat peraga yang digunakan suporter dalam setiap laga Riverside Forest.

Penerapan sanksi administratif serta pencabutan lisensi tersebut dinilai diskriminatif dan tidak masuk akal. Suporter Riverside Forest, kata Yusuf, sudah memenuhi segala konsekuensi denda, bahkan segala kewajiban administratif seperti match fee pun sudah dipenuhi. Yusuf dan suporter lainya bahkan sudah menyanggupi jika harus ada biaya tambahan untuk biaya keamanan.

“Tindakan suporter tersebut bukan kriminal. Sempat ada perbincangan dari penyelenggara untuk membawa suporter ke kantor polisi. Kami tidak peduli, dalam pandangan kami, ya sepak bola seperti ini, penuh euforia dari suporter,” ujar Yusuf.

Pesan dari Dalam dan Luar Tribun

Slogan Love Football Hate Racism dipilih Riverside Forest sebagai tajuk utama dalam peluncuran apparel resmi klub untuk musim 2022. Apparel yang mendapatkan dukungan dari Los Fastidios, band skinhead asal Italia yang kerap menyuarakan isu hak asasi manusia tersebut merupakan buatan Prung Terraces Wear dengan corak desain dari Ardhi Susyanto, seorang ilustrator dari Bandung.

Love Football Hate Racism, slogan yang kami ambil dari Los Fastidios "Love Music Hate Racism,” Kami menyematkan logo Love Music Hate Racism di lengan jersey sebagai pengingat bahwa sepak bola harus bersih dari kebencian berlatar belakang rasialisme. Mudah-mudahan harus dan bisa diejawantahkan pada setiap match Riverside Forest berlaga,” terangnya.

Slogan tersebut kemudian disampaikan oleh Riverside Forest dalam setiap laganya. Ada beberapa poin aturan yang telah disepakati antara klub dan suporter, seperti tidak berperilaku rasis, tidak menyampaikan untuk kata-kata kebencian, ataupun pelecehan verbal, tidak meludahi perangkat pertandingan (pemain, wasit, dan official) atau berperilaku yang kurang terpuji lainnya, tidak turun ke lapangan saat pertandingan berlangsung dan menghargai setiap orang yang ada di tribun baik itu perempuan, anak kecil, dan suporter tim lawan.

Bahkan julukan untuk Riverside Forest sebagai burung-burung kematian memiliki pesan kritik terhadap dunia sepak bola. Julukan tersebut dipilih dengan analogi bahwa sepak bola saat ini sudah tidak bernilai dan Riverside Forest datang untuk melenyapkan keburukan tersebut. Riverside Forest berharap dapat membawa sepak bola kembali ke arah yang murni lagi.

Pesan lain yang disampaikan seperti pesan menolak kekerasan dan perang. Riverside Forest juga aktif memberikan dukungan kepada kelompok yang rentan, seperti warga Dago Elos yang terancam tergusur, kebebasan untuk Palestina, dan ajakan untuk saling berdamai antar manusia.

“Apa nilai yang kita percayai dan kita sukai kita bawa ke dalam tribun. Jadi sepak bola hanya sebagai media bagi kita untuk bersuara. Kita sekumpulan suporter hidupnya di tribun dan kita punya sudut pandang lain soal sepak bola, yang kini di Indonesia sudah usang, kemudian banyak klub sepak bola mainstream yang hak-hak suporter sudah tergerus dan hanya dianggap sebagai konsumen mereka, namun suaranya tidak didengar,” pungkasnya.

Di luar tribun pun Riverside Forest juga aktif dalam menyuarakan isu sosial. Mengadakan Festival Sepak Bola di lokasi penggusuran Dago Elos, misalnya, sebagai upaya aktivasi ruang publik di daerah konflik, juga penolakan terhadap penggusuran. Riverside Forest juga kerap berkolaborasi dengan band-band lokal maupun dari luar kota, menjual merchandise yang semua keuntungannya digunakan untuk kegiatan amal.

Terbanglah setinggi-tingginya, kemudian menjelma menjadi burung-burung yang membawa pesan perdamaian bagi seluruh manusia di bumi, Birdies!

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//