• Opini
  • Aplikasi Arsitektur Hijau Berkelanjutan dalam Pembangunan Perkantoran

Aplikasi Arsitektur Hijau Berkelanjutan dalam Pembangunan Perkantoran

Pembangunan gedung perkantoran seharusnya sudah menerapkan konsep arsitektur hijau dengan memaksimalkan kondisi alam dan penggunaan material yang ramah lingkungan.

Rika Nolarania

Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung

Landskap Kota Bandung dengan latar belakang pegunungan selatan, Agustus 2022. Pemanasan global akan mempengaruhi intensitas bencana di belahan penjuru dunia. (Foto: Choirul Nurahman/BandungBergerak.id)

16 Januari 2023


BandungBergerak.id—Pemanasan global yang terjadi secara terus menerus kini menjadi isu serius yang dirasakan oleh manusia. Fenomena ini memunculkan adanya ketidakseimbangan dalam lingkungan yang ditempati oleh manusia. Dalam konsep arsitektur, permasalahan yang terjadi akibat pemanasan global ini dapat berupa ketidaknyamanan pada gedung yang ditempati karena polusi udara dan juga penempatan ventilasi yang kurang cocok dalam area industrial.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) melansir 30% bangunan-bangunan tinggi seperti bangunan perkantoran memiliki kualitas udara dalam ruangan yang buruk. Untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan konsep arsitektur hijau dalam merancang sebuah bangunan dengan mengurangi penggunaan material yang memberi pengaruh buruk bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Pendekatan perencanaan konsep arsitektur hijau memunculkan istilah Green Building dengan konsep perancangan bangunan yang mengutamakan lingkungan. Konsep ini dapat menjadi jawaban atas permasalahan kualitas udara dan lingkungan pada gedung perkantoran.

Dalam konsep arsitektur hijau, bangunan memiliki kriteria yang ramah lingkungan yang bertujuan untuk memaksimalkan penggunaan sumber daya alam, seperti penggunaan energi, air, dan material yang digunakan. Arsitektur hijau merupakan salah satu cara untuk mewujudkan arsitektur yang berkelanjutan demi tercapainya keseimbangan antara sistem interaksi manusia dengan lingkungan dengan mengurangi penggunaan sumber daya alam.

Penerapan arsitektur hijau dapat mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan pada lingkungan, sekaligus meningkatkan kualitas udara di dalam bangunan sehingga memberikan dampak positif yang dirasakan penggunanya. Hal ini dapat menjadi langkah untuk mewujudkan kehidupan yang berkelanjutan.

Konsep arsitektur hijau dapat menjadi jawaban bagi permasalahan lingkungan saat membangun suatu bangunan terutama bangunan perkantoran. Tetapi, perlu diketahui bahwa pasti ada tantangan saat menerapkan konsep tersebut dalam membangun atau pun merenovasi sebuah bangunan. Terlepas dari hal itu, lingkungan tetap menjadi tanggung jawab manusia agar tetap dijaga dan dilestarikan dengan cara menerapkan konsep arsitektur hijau dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.

Baca Juga: Membedah Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja di Area Pertambangan
Pemanfaatan Bambu sebagai Bahan Bangunan Berkualitas
Tantangan Pembelajaran Jarak Jauh Menggunakan Alat Digital

Arsitektur Hijau dan Konsepnya

Arsitektur hijau atau green architecture dikenal dengan arsitektur yang ramah lingkungan dan memiliki konsep untuk mendesain bangunan atas dasar konservasi lingkungan. Tujuannya untuk menghasilkan bangunan yang hemat energi dan menggunakan sumber daya alam secara maksimal.

Arsitektur hijau merupakan salah satu cara untuk mewujudkan arsitektur yang ekologis untuk mencapai keseimbangan pada lingkungan sekitar. Selain itu, arsitektur hijau adalah arsitektur yang tidak banyak mengonsumsi sumber daya alam serta mengurangi adanya dampak negatif bagi lingkungan.

Tercapainya bangunan yang memiliki konsep arsitektur hijau yaitu dengan mengadaptasi sistem interaksi manusia di bumi ini dengan lingkungan hijau untuk menciptakan suasana yang alami pada bangunan baru atau pun saat merenovasi sebuah bangunan. Konsep arsitektur hijau bermula dari kepekaan manusia terhadap lingkungan di sekitarnya, di mana manusia menjadi lebih bertanggung jawab dalam melestarikan lingkungan.

Dalam menciptakan sebuah bangunan, arsitek harus dapat memanfaatkan energi dan sumber daya alam semaksimal mungkin. Hal ini dapat direalisasikan dengan beberapa kriteria seperti pemanfaatan material yang ramah lingkungan maupun penghematan energi agar tidak merusak lingkungan sekitar.

Konservasi Energi

Penerapan konsep arsitektur hijau membuat penggunaan energi menjadi lebih efisien. Secara umum, bangunan yang memiliki konsep arsitektur hijau dirancang khusus agar dapat beradaptasi dengan lingkungan yang sudah ada bukan mengubah lingkungan tersebut. Konsep ini dapat diterapkan di gedung-gedung perkantoran untuk membuat suasana lebih alami dan mengurangi polusi udara.

Adapun penerapannya dapat dilakukan mulai dari konsep bangunan itu sendiri. Misalnya mengoptimalkan penempatan interior bangunan dengan membuat bukaan jendela dalam jumlah yang banyak dan optimal untuk memaksimalkan udara alami sehingga mengurangi penggunaan AC, atau dengan memaksimalkan masuknya cahaya matahari dengan membuat ventilasi.

Konsep arsitektur hijau juga dapat diterapkan dengan memanfaatkan cahaya dan potensi energi matahari. Misalnya dengan memasang lampu pada bagian ruangan yang memiliki intensitas cahaya rendah, serta pemilihan cat berwarna cerah untuk memberikan efek terang tanpa harus menggunakan lampu listrik di siang hari.

Penyesuaian Iklim dan Lingkungan

Konsep arsitektur hijau mengutamakan pemanfaatan kondisi alam, iklim, dan lingkungan sekitar ke dalam pengoperasian sebuah bangunan agar bangunan tersebut ramah lingkungan. Gedung perkantoran yang dibangun di sekitar area industrial harus bisa menyesuaikan dengan iklim pada daerah tersebut. Salah satu cara yang dapat digunakan yaitu dengan membuat bukaan berupa jendela yang sebagian bisa dibuka dan ditutup untuk mendapatkan pencahayaan dan sirkulasi udara yang alami sesuai dengan kebutuhan.

Bangunan dengan konsep arsitektur hijau juga menerapkan sistem ventilasi silang atau cross ventilation agar mendorong udara bersih dari luar untuk masuk ke dalam bangunan. Dengan demikian, sirkulasi udara di dalam ruangan akan selalu terjaga.  Bangunan juga dibangun ke arah yang menghadap sinar matahari agar mendapatkan pencahayaan yang baik, serta menghadirkan tumbuhan hijau dan air.

Dari sisi pembangunan pun konsep arsitektur hijau akan selalu memperhatikan interaksi antara bangunan dan tapaknya, baik dari bentuk atau pun pengoperasiannya. Perencanaan konsep arsitektur hijau dilakukan melalui pembuatan desain yang disesuaikan terhadap bentuk lahan yang ada sehingga tidak merusak lingkungan di sekitar. Selain itu, konsep arsitektur hijau mempertimbangkan penggunaan permukaan dasar berukuran kecil yang memunculkan desain arsitektur vertikal.

Memanfaatkan Material Daur Ulang

Konsep arsitektur hijau pada gedung perkantoran dapat direalisasikan dengan memanfaatkan material yang sudah ada secara optimal untuk mengurangi penggunaan material baru. Dengan melakukan hal ini, ketika bangunan dimodifikasi ataupun dirobohkan, material yang ada dapat dipergunakan kembali.

Dengan menerapkan konsep arsitektur hijau pada gedung-gedung tinggi seperti gedung perkantoran, maka kita bisa memanfaatkan penggunaan bahan-bahan daur ulang. Dengan pemanfaatan material yang sudah ada secara maksimal, material pada bangunan yang sudah lama dipakai pun dapat digunakan kembali untuk membentuk tatanan arsitektur lainnya.

Bahan daur ulang yang digunakan harus mudah diambil dan digunakan kembali melalui perencanaan yang baik. Proses ini harus dipertimbangkan mulai dari tahap desain struktur baru dan dalam kasus pembongkarannya. Dengan arsitektur hijau, manusia bisa memanfaatkan material bangunan yang mudah didaur ulang untuk konstruksi sehingga jumlah pembuangan limbahnya jauh lebih sedikit dan meringankan dana pembangunan.

Mengurangi Produksi Limbah

Arsitektur hijau juga memfokuskan efisiensi sebagai prinsip dasar. Konsep ini terjadi dengan diadakannya reduce, reuse, dan recycle untuk mengurangi produksi limbah yang berlebih terutama pada pembangunan gedung perkantoran. Dilansir dari beberapa sumber, pemakaian air pada bangunan yang menerapkan konsep arsitektur hijau menghasilkan 34 persen limbah lebih sedikit dibandingkan bangunan pada umumnya. Dengan penerapan konsep daur ulang, penggunaan material baru pun dapat dikurangi dan limbah yang dihasilkan akan lebih sedikit.

Bangunan yang menerapkan konsep ini dirancang dengan baik untuk dapat mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan. Seperti konsep reduce, reuse, dan recycle, bangunan dapat difasilitasi dengan tempat pembuangan sampah yang diklasifikasikan sesuai dengan jenis sampahnya. Dengan begitu, sampah dapat dipisahkan dan didaur ulang dengan mudah. Konsep ini akan mengurangi limbah dari material bangunan yang dihasilkan oleh pengguna bangunan tersebut.

Memperhatikan Pengguna Bangunan

Proses perancangan bangunan yang menggunakan konsep arsitektur hijau memiliki konsep di mana penggunaan elemen bangunan sebaiknya memperhatikan kesesuaian dengan alam sekitar dan pengguna bangunan. Dengan kesesuaian tersebut maka akan memudahkan pengoperasian dan pengolahan material bangunan sehingga dapat memberikan rasa aman dan nyaman pada penggunanya seperti dengan menggunakan material non toxic dan ramah lingkungan.

Konsep dapat diterapkan dengan memperhatikan user atau pengguna bangunan. Pengguna suatu bangunan sangat mempengaruhi keadaan bangunan tersebut. Arsitektur hijau harus memperhatikan kondisi penggunanya sehingga menciptakan lingkungan yang baik juga kenyamanan yang dirasakan oleh pengguna bangunan tersebut. Konsep ini juga membantu mengurangi dampak negatif bangunan terhadap penggunanya, sehingga lingkungan yang tercipta berupa lingkungan yang sehat.

Arsitektur hijau menggunakan pendekatan pada bangunan untuk meminimalisasi berbagai pengaruh yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan sekitarnya. Arsitektur hijau meliputi lebih dari sebuah bangunan. Konsep arsitektur hijau merangkum keselarasan hidup manusia dan alam sekitarnya dan seharusnya sudah diterapkan pada kehidupan modern ini.

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//