• Kampus
  • Unpar Genap 68 Tahun, Siap Membuka Prodi Kedokteran

Unpar Genap 68 Tahun, Siap Membuka Prodi Kedokteran

Prodi kedokteran kini tidak lagi dimoratorium. Unpar berpeluang besar mendapatkan izin membentuk prodi kedokteran.

Universitas Katolik Parahyangan (Unpar), Bandung. Kampus ini berdiri pada 17 Januari 1955, di sebuah gedung di Jalan Merdeka Nomor 30, Kota Bandung. (Sumber: Unpar)*

Penulis Iman Herdiana17 Januari 2023


BandungBergerak.idPada 17 Januari 1955, Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung resmi berdiri. Berawal dari dua ruangan kecil di Jalan Merdeka Nomor 32, Kota Bandung; satu ruangan dipakai sebagai tempat kuliah, satu ruangan lagi untuk administrasi. Unpar terus berkembang dan siap membuka prodi baru, antara lain kedokteran.

Dari yang tadinya dua ruangan, kini, 68 tahun kemudian, Unpar memiliki hampir 349 dosen tetap, belum termasuk dosen tidak tetap, dengan 11 ribuan mahasiswa yang kuliah di 32 program studi (Prodi). Tahun ini Unpar menargetkan menerima 12 ribu mahasiswa dan 50 persen dosen harus sudah S3 atau doktor.

“Ini salah satu tantangan untuk bisa memaknai akreditasi yang kita punya baik unggul prodi maupun unggul perguruan tinggi,” kata Rektor Unpar, Mangadar Situmorang, dalam peringatan Dies Natalis Unpar ke-68, Selasa (17/1/2023).

Tak hanya itu, Unpar tengah mengajukan sejumlah prodi baru, salah satunya prodi kedokteran yang saat ini masih dalam proses penilaian oleh lembaga terkait. Sinyal kuat dibukanya prodi kedokteran di Unpar datang dari M. Samsuri, Kepala LLDIKTI Wilayah 4 Jabar Banten.

Samsuri mengatakan, pembentukan prodi kedokteran kini tidak lagi dimoratorium. Karena itu Unpar berpeluang besar mendapatkan izin membentuk prodi kedokteran.

“Akhir Desember kemarin Unpar menjadi perguruan tinggi pertama yang memang secara instrumental memenuhi persyaratan dan telah kami rekomendasikan ke rektor untuk mendapatkan izin. Mudah-mudahan tidak membutuhkan lama sehingga awal tahun ajaran nanti bertambah satu prodi yang kita idam-idamkan,” kata Samsuri.

Selain menyiapkan prodi baru, Samsuri berpesan agar perguruan tinggi swasta seperti Unpar mampu meningkatkan kualitas pendidikannya di tahun-tahun mendatang. Ia menegaskan, kualitas adalah harga mati dan tidak boleh ada penurunan kualitas.

Saat ini, Unpar terakreditasi Unggul berdasarkan penilaian BAN PT. Namun capaian ini mesti ditingkatkan pada level yang lebih tinggi lagi, yaitu internasional. “Agar tetap unggul tantangan selanjutnya bagaimana membawa kampus ini masuk ini ke 500 besar kampus dunia,” katanya.

Baca Juga: Unpad Hadirkan Layanan Penitipan Anak
Indeks Literasi Jawa Barat Kurang Menggembirakan
Mengatasi Depresi dengan Mikroba

Tantangan lain yang dihadapi Unpar ke depan adalah perkembangan zaman yang tak bisa dibendung. Hendra Kimawan, Ketua Yayasan Unpar, mengibaratkan Unpar sebagai kantong kulit anggur yang mewadahi anggur-anggur baru untuk difermentasi.

Artinya, anggur yang tidak lain mahasiswa, mengalami fermentasi atau proses pendidikan di kampus Unpar. Tujuannya tidak lain untuk menghasilkan lulusan yang matang dan berkualitas, paham nilai-nilai Pancasila, yakni gotong royong atau kolaborasi.

“Unpar mesti menjadi kulit anggur baru agar menampung anggur baru yang terjadi di masa kini dan masa depan. Karena kantong kulit lama akan mudah goyah oleh anggur baru yang masih berfermentasi. Artinya diperlukan fleksibelitas di dunia yang cepat berubah,” katanya.

Target Unpar tahun ini selain membuka prodi baru adalah menjalin kerja sama dengan berbagai institusi dari dalam dan luar negeri, menambah jumlah guru besar, pembaruan kurikulum agar sesuai dengan perubahan zaman.

“Keadaan telah berubah dan kita terus berbenah,” katanya.

Terakhir, saat ini Unpar akan menghadapi pergantian rektor. Menurut Hendra, siapa pun rektor terpilih nantinya, tentu dia harus mampu beradaptasi agar tidak ketinggalan zaman.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//