• Kampus
  • Gairah Inovasi Ramah Lingkungan di Itenas dan Unpas

Gairah Inovasi Ramah Lingkungan di Itenas dan Unpas

Menguatnya isu ramah lingkungan di kampus-kampus bukanlah kejutan, tetapi keharusan. Inovasi ramah lingkungan dihadirkan Itenas dan Unpas.

Kafture (Kreatif & Cup from Nature) diharapkan menjawab isu lingkungan akibat menjamurnya kafe dan kedai kopi di Kota Bandung. Kafture terbuat dari campuran limbah ampas kopi, agar-agar, glycerol, cuka, dan pati. (Sumber: Unpas)

Penulis Iman Herdiana25 Januari 2023


BandungBergerak.idIsu produk ramah lingkungan kini semakin menguat di kampus-kampus. Fenomena ini muncul di saat bumi yang kita tinggali semakin panas karena pemanasan global. Menguatnya inovasi ramah lingkungan di kampus-kampus bukanlah kejutan, tetapi keharusan.

Institut Teknologi Nasional (Itenas), salah satu kampus di Bandung yang ignin menjadikan konsep ramah lingkungan. Pada 2021 lalu, Itenas menyusun Sustainability Report. Pada tahun yang sama, Itenas juga mengikuti penilaian UI Green Metric.

Kampus yang mengusung green campus ini menjadikan aktivitas ramah lingkungan sebagai bagian dari pemenuhan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Itenas melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) melakukan penelitian sekaligus upaya penerapan pengelolaan sampah yang lebih terintegrasi dengan berkolaborasi bersama WhataWaste!

“Topik ini dipilih karena sampah merupakan salah satu tantangan dalam pengelolaan lingkungan di Kota Bandung. Memiliki peran dalam bidang akademis, Itenas ingin berkontribusi dalam pengelolaan sampah yang lebih baik,” demikian dikutip dari laman kampus Itenas, Rabu (25/1/2023). 

Tahap penelitian pengelolaan sampah di kampus Itenas diawali dengan diadakannya Focus Group Discussion (FGD) Penyusunan Surat Edaran tentang Pengelolaan Sampah di Lingkungan Kampus Itenas dan Standard Operating Procedure (SOP) Pengelolaan Sampah dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).

Kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan kedua belah pihak di Ruang 14305 Gedung Fakultas Itenas Kamis (18/8/2022). Pihak Itenas diwakili oleh Iwan Juwana (Kepala LP2M Itenas), Dani Rusirawan (Wk. Rektor Bid. Perencanaan, Inovasi, & Kerjasama), Rini Ratnayanti (Kepala Biro Keuangan dan Umum), Moh. Rangga Sururi (Ketua Program Studi Teknik Lingkungan), dan Siti Ainun (dosen Mata Kuliah Persampahan Prodi Teknik Lingkungan). Sedangkan dari pihak WhataWaste! diwakili oleh Aditya Wicaksono dan Baiq Mardhiyanti Kusuma Dewi.

Diskusi tersebut juga membahas urgensi dari perencanaan sistem pengelolaan sampah di kampus Itenas. Perencanaan ini telah didukung oleh adanya beberapa kajian empiris oleh mahasiswa program studi Teknik Lingkungan, Teknik Sipil, dan Teknik Industri yang terkait dengan pengelolaan sampah di kampus Itenas.

Setelah dilakukan FGD dan penyusunan surat edaran, program dilanjutkan dengan sosialisasi kepada para civitas akademika Itenas di Gedung 8 Kampus Itenas, Rabu (7/12/2022). Gedung 8 sengaja dipilih sebagai lokasi percontohan dari sistem yang akan diterapkan, yang juga digunakan oleh prodi Teknik Lingkungan, Teknik Industri, Teknik Informatika, dan Sistem Informasi.

Sosialisasi yang terkait dengan pelaksanaan penelitian tersebut dilakukan sebelum sistem penerapan sampah diterapkan dalam uji coba. Kegiatan tersebut dihadiri perwakilan dosen, perwakilan mahasiswa, staf, analis laboratorium, serta penanggung jawab gedung. Para perwakilan yang hadir dalam sosialisasi sepakat untuk bersama-sama mendukung terwujudnya sistem pengelolaan sampah Itenas yang terintegrasi, diawali dengan fokus pada pemilahan.

Melalui kegiatan ini, diharapkan dapat mewujudkan pengelolaan sampah di kampus Itenas yang terintegrasi dan bertanggung jawab, tentunya dengan tetap konteks pada potensi dan kondisi civitas akademika Itenas.

Baca Juga: Potret Kebiasaan Merokok di Kalangan Remaja Indonesia dari Lensa Sosial
Unpar Genap 68 Tahun, Siap Membuka Prodi Kedokteran
Unpad Hadirkan Layanan Penitipan Anak

Cup Kopi Ramah Lingkungan Made In Unpas

Masih terkait konsep penghormatan pada alam, mahasiswa Universitas Pasundan (Unpas) membuat  inovasi cup minuman ramah lingkungan, yaitu Kafture. Produk ini meraih penghargaan business plan terbaik pada program pendampingan Jabar Future Leaders Scholarship (JFLS) 2022.

Kafture (Kreatif & Cup from Nature) dibuat untuk mengatasi isu lingkungan akibat menjamurnya kafe dan kedai kopi di Kota Bandung. Kafture terbuat dari campuran limbah ampas kopi, agar-agar, glycerol, cuka, dan pati. 

Tidak seperti cup plastik yang menyumbang volume sampah, Kafture bisa digunakan sebagai pupuk karena mudah terurai (biodegradable). Kafture akan menyatu dengan tanah dan bermanfaat bagi lingkungan.

Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) sekaligus pencetus cup dari limbah ampas kopi, Gita Putri Madhani mengatakan, proyek rancangan bisnis ini dikerjakan secara tim yang seluruhnya merupakan penerima JFLS.

“Meskipun masih berbentuk rancangan, tapi sebelumnya kami sudah melakukan riset berbekal jurnal ilmiah. Eksekusi dan uji penggunaan cup-nya belum dilakukan, namun ide tersebut bisa jadi potensi bisnis karena punya unique selling point,” jelasnya, Kamis (3/11/2022) dikutip dari laman Unpas.

Gita menambahkan, di rumahnya, ampas kopi kerap digunakan sebagai masker, pupuk, dan lainnya, sehingga tidak ada yang terbuang. Dari situlah muncul ide untuk memanfaatkan limbah ampas kopi dalam skala besar menjadi sesuatu yang bernilai jual.

“Cup ini sekali pakai dan tidak sesolid cup plastik. Kami menggunakan ampas kopi murni yang kalau dibaurkan ke tanah bisa jadi pupuk. Kami pernah mencoba menggabungkan bahan-bahannya dan memang ramah di tanah,” tambahnya.

Saat ini, Kafture belum ada rencana untuk diproduksi dan dikomersialisasikan. Namun, dari hasil pitch deck, harga satu cup Kafture dipatok 5 ribu rupiah. Dibanding cup plastik, harga Kafture memang sedikit mahal, tetapi berdampak baik bagi lingkungan.

“Kami tidak mematok harga terlalu tinggi, karena kedai kopi pasti berpikir mana yang lebih worth it. Kalau mau lebih murah, kami bisa jalin in kind partner dengan kedai kopi, mereka menyediakan ampas kopi, kami yang olah. Jadi win win solution,” ujarnya.

Kedai Kopi Berperan Tangani Limbah

Guna menangani limbah plastik dan ampas kopi, menurut Gita, kedai kopi memiliki tanggung jawab untuk mengolahnya kembali. Minimal, mengganti cup plastik dengan tumbler atau botol.

Di beberapa kedai kopi, sistem ini sudah diterapkan. Kendati demikian, hanya sedikit kedai kopi yang mengolah limbah plastik dan ampas kopi sebagai produk bermanfaat.

“Selain pupuk, limbah ampas kopi sebetulnya dapat diolah menjadi pengharum ruangan, sampo, sabun, bahkan lilin. Produknya bisa dijual di kedai, jadi di satu sisi mereka membantu menanggulangi isu lingkungan, tapi juga menawarkan unique selling point,” tandas Gita.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//