Data Jumlah Penyakit Campak di Kota Bandung 2010-2022: Meningkat Lagi
Kasus penyakit campak di Kota Bandung pernah menyentuh angka terendah pada 2021, namun setahun kemudian melonjak lagi.
Penulis Reza Khoerul Iman2 Februari 2023
BandungBergerak.id – Penyakit campak hingga saat ini masih menjadi ancaman serius di Indonesia. Penyakit campak merupakan salah satu jenis penyakit menular yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia karena bisa menyebabkan kematian.
Dalam catatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (RI), pada tahun 2008 Indonesia termasuk salah satu dari 47 negara penyumbang kasus campak terbesar di dunia. Sementara World Health Organization (WHO) merincikan, pada 2008 angka absolut campak di Indonesia ada sebanyak 15.369 kasus.
Di Kota Bandung, menurut data yang dihimpun oleh Dinas Kesehatan Kota Bandung dalam dokumen Profil Kesehatan, tren penyakit campak dalam lima tahun terakhir berada di bawah angka 100 kasus. Pada tahun 2021 kasus campak menyentuh angka terendah, yaitu sebanyak 16 kasus. Namun kembali naik pada tahun 2022, yaitu sebanyak 72 kasus suspek campak dengan sembilan kasus positif campak.
Baca Juga: Data Jumlah Kriminalitas di Kota Bandung 2003-2021: Dalam Setahun tidak Pernah Kurang dari 2.000 Kasus Kejahatan
Data Upah Minimum Kota Bandung 2002-2023: Tren Kenaikan dalam Bayang-bayang Unjuk Rasa Buruh
Data Jumlah Potensi Kendaraan Bermotor di Kota Bandung 2005-2020: Melonjak Nyaris tanpa Kendali
Data Bioskop di Kota Bandung 2014-2021: Masih Menjadi Alternatif Hiburan Masyarakat
Peningkatan jumlah kasus campak ini memperlihatkan bahwa masih ada orang yang belum terimunisasi dan rentan terkena penyakit ini. Dalam upaya mencegah penyebaran penyakit, seluruh pihak harus bekerja sama dan memprioritaskan edukasi dan vaksinasi.
Dalam Jurnal Ilmu Keperawatan yang ditulis oleh Eva Supriatin dengan judul “Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Keluarga dengan Ketepatan Waktu Pemberian Imunisasi Campak di Pasir Kaliki Bandung” menyebutkan, peran pengetahuan/informasi, keluarga, dan petugas kesehatan sangat diperlukan untuk menekan angka penyakit campak.
Hasil penelitian Eva juga menyarankan, sosialisasi tentang tentang kesehatan terutama imunisasi campak perlu tersebar lebih baik di media cetak maupun media elektronik.