SUARA SETARA: Mempertanyakan Identitas Gender Seseorang, Merendahkan Kemanusiaannya
Identitas gender seseorang adalah identitas kemanusiaan mereka. Ketika kita menolak identitas mereka, sama saja dengan kita menolak mereka sebagai manusia seutuhnya.
Ananda Suci Aryani
Mahasiswa UPI, aktif di Gender Research Student Center Universitas Pendidikan Indonesia (GREAT UPI) Bandung
13 Februari 2023
BandungBergerak.id - Terlahir sebagai perempuan, dididik untuk menjadi perempuan. Lingkungan heteronormatif di sekitar pun mendoktrin saya sebagai perempuan.
Namun dulu saya berkecamuk karena saya tidak benar-benar menghayati diri sebagai seorang perempuan. Saya menghadapi ketakutan untuk menjadi berbeda dengan orang lain. Ketakutan dikatakan menyimpang itu perlu saya lalui. Tidak ada yang pernah mengajarkan saya tentang apa itu keragaman identitas gender.
Masyarakat pun tetap menuntut saya sebagai perempuan. Tak pelak orang-orang di sekitar saya menyangkal bahwa saya adalah seorang nonbiner dan terus mempertanyakan identitas saya sebagai seorang nonbiner.
Memang pada dasarnya peradaban manusia masih mengamini buah reproduksi pengetahuan yang buruk mengenai seksualitas dan gender manusia. Banyak yang kemudian berpikir bahwa sah-sah saja menyadarkan orang-orang yang mengekspresikan gendernya secara berbeda, karena yang selama ini diperkenalkan ada di dunia ini hanyalah dua jenis yang mutlak.
Baca Juga: SUARA SETARA: Mendefinisikan Ulang Konsep Perempuan Cantik
SUARA SETARA: Jadi Tuli di Indonesia itu Susah!
SUARA SETARA: Merekayasa Budaya di Masyarakat dengan Sosiologi Keluarga dan Gender
Padahal seks dan identitas gender tidak bisa dimaknai sesempit itu. Seks merupakan identitas biologis yang melekat pada individu ketika lahir (laki-laki diidentifikasi dengan penis, perempuan dengan vagina), sedangkan gender adalah konstruksi sosial atas peran dan status seseorang yang biasanya didasarkan pada identitas seksual yang sering kali tidak relevan.
Identitas gender seseorang adalah identitas kemanusiaan mereka. Ketika kita menolak identitas mereka, sama saja dengan kita menolak mereka sebagai manusia seutuhnya.
Keragaman identitas gender itu nyata. Tuhan menciptakan manusia dengan sangat beragam. Ketika kita mempertanyakan keragaman identitas gender, sama juga kita mempertanyakan kergaman yang telah Tuhan ciptakan.
Saya adalah bukti keberagaman yang Tuhan ciptakan di dunia. Saya tidak lahir di tubuh yang salah. Tidak semua orang diberi kesempatan untuk menjadi beragam. Saya bangga dengan diri saya, menjadi contoh keberagaman manusia.
*Tulisan kolom SUARA SETARA merupakan bagian dari kolaborasi antara BandungBergerak.id dan Gender Research Student Center Universitas Pendidikan Indonesia (GREAT UPI) Bandung