• Cerita
  • Main-Mind di Museum: Pertunjukan Inklusif Berbasis Teater Museum

Main-Mind di Museum: Pertunjukan Inklusif Berbasis Teater Museum

Jalan Teater Indonesia menggelar pertunjukan interaktif teater museum Finding Gablo. Penonton belajar pada kisah sejarah fosil Gajah Blora di Museum Geologi Bandung.

Mahasiswa Pendidikan Khusus UPI 2019 memainkan peran sebagai manusia purba dalam pertunjukan “Finding Gablo” bersama Jalan Teater Indonesia di Museum Geologi Bandung pada Sabtu (11/2/2023). (Foto: Dini Putri Rahmayanti/BandungBergerak.id)

Penulis Dini Putri13 Februari 2023


BandungBergerak.id – Jalan Teater Indonesia menggelar pertunjukan inklusif berbasis teater di museum yang terkemas dalam program “Main-Mind di Museum”  berjudul “Finding Gablo” di Museum Geologi Bandung pada Sabtu (11/2/2023) lalu. Anak-anak disabilitas tunarungu dari berbagai Sekolah Luar Biasa (SLB) di Bandung menjadi penonton istimewa pertunjukkan tersebut. Sekitar 30 anak yang berasal dari SLB Cicendo Kota Bandung, SLB Prima Bakti Mulia Kota Cimahi, dan SLB Citeureup menonton pertunjukkan tersebut ditemani orang tuanya masing-masing.

Jalan Teater yang sudah menggarap pertunjukan teater di ruang publik sejak tahun 2015, sengaja kali ini memilih museum. Acap kali mayoritas museum masih berkomunikasi secara satu arah dengan para pengunjungnya dan belum ramah pada mereka yang berkebutuhan khusus atau difabel. Dengan kemasan pertunjukkan teater, pengelola museum sekaligus dapat mengelola pengunjung dan menyampaikan berbagai macam koleksi museum bukan hanya dari aspek pengetahuan.

Pengunjung tidak sekedar melihat dan mengetahui koleksi yang ada di dalam museum, namun sekaligus mendapatkan pengalaman mengenai sejarah yang ada pada masing-masing koleksi tersebut melalui peristiwa-peristiwa yang dikemas dalam adegan teater. Pengunjung pun bisa berinteraksi langsung.

Pertunjukkan tersebut melibatkan Godam Institut, Komunitas Aras, Hobi Berteater Indonesia, Rumah Kultur, juga Pendidikan Khusus UPI 2019 dan 2020. Semua yang terlibat belum terbiasa dengan teater museum, sehingga menjadi tantangan tersendiri dalam persiapannya.

Misalnya menegosiasikan antara konsep teater dengan kondisi museum, dan menghadapi paradigma penonton yang masih menganggap teater hanyalah pertunjukan umum biasa. Pada pertunjukan teater museum tersebut penonton di ajak menikmati pentas tidak hanya sebagai penonton, tapi juga menjadi bagian dari pertunjukkan itu sendiri.

Direktur Artistik program Main-Mind Zulfa Nasrullah mengatakan, lewat pertunjukkan tersebut kelompoknya ingin menunjukkan bahwa penampian seni khususnya teater tidak hanya bermain di ruang aman seperti gedung-gedung pertunjukan, tapi juga bisa bermain di ruang publik yang tidak biasa untuk dijadikan tempat pentas. Salah satunya adalah museum. Dengan demikian teater modern tidak hanya bisa memasyarakat dan bisa dinikmati berbagai kalangan.

Pertunjukkan yang menjadikan museum sebagai tempat pentasnya pun bisa memanfaatkan pertunjukkan teater untuk menggali lebih bayak inovasi sebagai alternatif edukasi museum. Lewat sajian pertunjukkan, museum juga bisa menjadi lebih ramah pada difabel, membangun interaksi dengan pengunjung,  sekaligus menampilkan museum sebagai tempat yang menyenangkan.

“Ada upaya menyenangkan mempelajari sesuatu, karena mereka tidak dikasih tahu, tapi mereka dilibatkan, mereka diajak untuk mengalami. Bukan dicekoki pengetahuan tapi diberikan wahana untuk mencari pengetahuan, jadi mungkin itu yang membuat mereka banyak senang,” Ujar Zulfa Nasrullah.

Naufal, Mahasiswa Pendidikan Khusus UPI Angkatan 2019 pemeran teman Gajah Blora berdiri di depan fosil Gajah Blora koleksi Museum Geologi Bandung dalam pertunjukkan teater interaktif teater museum “Finding Gablo” bersama Jalan Teater Indonesia di Museum Geologi Bandung pada Sabtu (11/2/2023). (Foto: Dini Putri Rahmayanti/BandungBergerak.id)
Naufal, Mahasiswa Pendidikan Khusus UPI Angkatan 2019 pemeran teman Gajah Blora berdiri di depan fosil Gajah Blora koleksi Museum Geologi Bandung dalam pertunjukkan teater interaktif teater museum “Finding Gablo” bersama Jalan Teater Indonesia di Museum Geologi Bandung pada Sabtu (11/2/2023). (Foto: Dini Putri Rahmayanti/BandungBergerak.id)

Baca Juga: KABAR DARI REDAKSI: Membeli Tote Bag, Mendukung Kerja Literasi di Tamansari
Membawa Pulang Kenangan Jiwa Lewat Pameran Motifs di Fakultas Filsafat Unpar
KABAR DARI REDAKSI: Podcast Bersama Lingkar Literasi Cicalengka
CERITA ORANG BANDUNG #40: Imas dan Warung Kecilnya, Seorang Diri Menghidupi Keluarga

Menelusuri Sejarah Koleksi Museum dengan Media Interaktif Inklusif

Para pengunjung difabel diajak untuk mengikuti dua orang yang berperan sebagai arkeolog dengan alur perjalanan yang sudah terkonsep sedemikian rupa dengan tema “Finding Gablo (Gajah Blora)”. Mula-mula pengunjung di ajak untuk mencari barang-barang arkeolog untuk berpetualang, lalu masuklah ke dalam ruangan museum yang gelap. Pada ruangan pertama ditemukan seorang manusia purba yang membawa tombak dan terlihat ketakutan karena manusia purba ini baru pertama kali melihat manusia baru yang sangat ramai. Pada bagian pertama ini, pengunjung diajak untuk mengenali bagaimana manusia purba hidup.

Selanjutnya pengunjung diajak untuk menemui manusia purba kedua. Di sesi ini pengunjung diceritakan mengenai kehidupan sehari-hari manusia purba. Pengunjung anak-anak dibagi menjadi beberapa kelompok membentuk lingkaran sesuai dengan warna pita yang mereka kenakan pada lengan masing-masing, lalu manusia purba memberi anak-anak alat-alat untuk membuat aksesoris kalung dari replika tulang.

Setelah selesai, arkeolog menunjukkan sebuah peta yang menjadi destinasi selanjutnya yaitu lautan. Anak-anak di arahkan menuju ruangan dengan koleksi berbagai macam fosil hewan laut dengan nuansa gelap dan sedikit lampu-lampu berwarna biru yang menambah kesan visual layaknya berada di lautan dan ditugaskan mencari kode-kode angka yang bisa membuka peti untuk mencari petunjuk keberadaan Gablo (Gajah Blora).

Setelah itu, anak-anak diajak untuk menemui peri yang menjelaskan perbedaan jenis hewan menurut makanannya (karnivora dan omnivora) sambil memperkenalkan hewan-hewan tersebut lewat koleksi museum yang ada. Kemudian, anak-anak diajak untuk melihat pertunjukan wayang yang menceritakan kisah bagaimana Gajah Blora bisa punah. Sang peri kemudian memberikan kerangka mainan gajah yang diibaratkan fosil pada masing-masing kelompok anak-anak.

Aula museum menjadi ruangan terakhir yang sekaligus menjadi destinasi akhir cerita. Di sana anak-anak tersebut melihat langsung fosil asli Gajah Blora yang menjadi koleksi museum. Mereka dipertemukan dengan seseorang yang berperan sebagai teman Gajah Blora yang sedih karena mengetahui ternyata gajah tersebut sudah punah. Di sini anak-anak mulai menyusun kerangka mainan gajah yang sebelumnya mereka dapatkan dari sang peri untuk disusun menjadi miniatur Gajah Blora yang utuh.

Anak-anak disabilitas tunarungu dari berbagai Sekolah Luar Biasa (SLB) di Bandung mengikuti pertunjukkan teater interaktif teater museum “Finding Gablo” bersama Jalan Teater Indonesia di Museum Geologi Bandung pada Sabtu (11/2/2023). (Foto: Dini Putri Rahmayanti/BandungBergerak.id)
Anak-anak disabilitas tunarungu dari berbagai Sekolah Luar Biasa (SLB) di Bandung mengikuti pertunjukkan teater interaktif teater museum “Finding Gablo” bersama Jalan Teater Indonesia di Museum Geologi Bandung pada Sabtu (11/2/2023). (Foto: Dini Putri Rahmayanti/BandungBergerak.id)

Apresiasi Positif Pengunjung Museum

Kegiatan di dalam museum pun usai, anak-anak digiring menuju luar museum dan kembali ke tempat awal pembukaan kegiatan. Mereka diajak untuk melukis pada totebag untuk merefleksikan mengenai apa yang sudah mereka lihat dan pahami dari pengalaman mereka menjelajahi museum. Selepas itu mereka berfoto bersama dengan karya yang sudah mereka buat.

“Sebagai seorang pendidik, tenaga pendidikan khusus, calon guru. Ini sebuah tantangan, ini merupakan hal yang baru. Semoga kegiatan inklusi seperti ini banyak tersebar di mana-mana. Kami sebagai pendidik juga harus memberikan pemahaman bahwa, ayo kita terima ABK (anak berkebutuhan khusus), jangan dipandang sebelah mata,” ujar Reka, salah satu mahasiswi Pendidikan Khusus UPI 2019.

Kegiatan ini pun mendapat respons positif berbagai kalangan pengunjung, terutama guru dan orang tua murid yang sangat terbantu dan senang adanya kegiatan yang memberi pengalaman baru pada anak-anak. Pertunjukkan teater tersebut membawa pengalaman yang lengkap, bukan hanya sekedar mengunjungi museum saja tapi sekaligus belajar hal baru di sana.

“Bagi kami seorang guru kayaknya untuk pembelajaran itu bagus dan menarik untuk anak sehingga anak terlibat di dalamnya dan dapat mempunyai ilmu yang di dapat dengan pengalaman yang dia lakukan saat ini,” ujar Elin,  guru SLB Prima Bakti Mulia Kota Cimahi yang mengikuti kegiatan ini.

Pujian juga datang dari salah satu orang tua murid yang mengikuti pertunjukkan tersebut. Pertunjukkan tersebut menjadi kegiatan yang menarik, unik, dan juga hal baru yang bisa dirasakan oleh anak-anak mereka

“Bagus yah untuk kreatifitas anak, terus untuk melatih anak-anak lebih peka, kan namanya juga anak-anak kita nggak denger, paling dia hanya bisa melihat, merasakan. Jadi kalau ada acara kaya gini kan lebih kepada kepekaannya dia.”

Selanjutnya, program Main-Mind akan mencoba untuk mengintervensi ruang publik lainnya melalui pendekatan teater. Untuk informasi mengenai kegiatan Jalan Teater dan bisa di akses oleh umum, masyarakat bisa mengikuti update postingan media sosial Instagram @jalanteater.

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//