Membayangkan Bandung Lautan Kendaraan Listrik
Pasar kendaraan listrik di Kota Bandung mulai tumbuh. Menunggu kesungguhan pemerintah membenahi layanan transportasi publik.
Penulis Awla Rajul23 Februari 2023
BandungBergerak.id - “Di kompleks juga saya ngelewat, kan gak ada bunyi sama sekali. Ih sugan teh eweuh ngalewat (Ih kiran nggak ada yang lewat),” ungkap Zulhidayati kepada BandungBergerak.id menirukan apa yang dikatakan oleh tetangganya ketika suatu waktu dia melintas di sebuah persimpangan di kompleksnya dengan mengendarai motor listrik, Jumat (10/2/2023).
Zulhidayati memiliki sepeda motor listrik merk U-Winfly T3 sejak pekan kedua Januari 2023 lalu. Tipe T3 merupakan salah satu produk U-Winfly yang paling laris di pasaran karena desainnya menyerupai motor Vespa Matic. Sepeda motor U-Winfly T3 milik Zulhidayati berwarna biru telur asin. Dia membeli helm dengan warna yang sama agar terlihat senada dan eye-catching.
Mulanya Zulhidayati tertarik membeli motor listrik karena model yang kekinian. Dia lalu mencari informasi dan referensi mengenai untung-rugi serta kenyamanan menggunakan kendaraan listrik melalui salah satu grup di Facebook. Zulhidayati sampai pada kesimpulan bahwa menggunakan motor listrik lebih efisien dan praktis. Dia kini sudah merasa nyaman dan terbiasa dengan hentakan gas T3-nya.
Namun, ada juga beberapa keluhan yang disampaikan Zulhidayati. Kecepatan sepeda motor listriknya tidak imbang bila dibandingkan dengan motor konvensional. Keterangan baterai juga kurang akurat. Sepeda motor listriknya hanya menerangkan sisa baterai dengan batang, tanpa angka persentase seperti di telepon pintar. Ini cukup menyulitkan Zulhidayati. Ditambah lagi, durasi pengecasan harus dipantau hanya dari indikator lampu.
Kendala lain adalah kelangkaan bengkel. Ketika ada masalah pada sepeda motornya, Zulhidayati memilih datang ke dealer tempat dia membeli. Pengecasan baterai di luar rumah juga mengundang kerumitan karena orang-orang masih merasa aneh mendapati sepeda motor yang harus dicas.
“Punteun ngiring ngecas, gimana gitu. Jadi untuk menghindari itu saya udah prepare sendiri. Pokoknya mau pergi, saya udah prepare bawa kabel panjang, bawa casannya di bagasi. Kalau pun di tempat tujuan baru saya cas, tapi kalau di jalan kayaknya saya hindarin. Saya sudah stand by, udah full,” ungkap guru mata pelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) di SMP Al-Amanah Cinunuk ini
Zulhidayati tinggal di sebuah kompleks perumahan tidak jauh dari sekolah tempatnya bekerja. Sepeda motor listrik dia gunakan untuk bekerja sekaligus mengantar anaknya ke sekolah. Pengisian baterai dilakukan di rumah. Selama dua pekan penggunaan di bulan Januari, tagihan listrik di rumahnya tidak mengalami perubahan signifikan dibanding rata-rata tagihan pascabayar 120-150 ribu rupiah per bulan.
“Saya kemarin bayar 118 ribu (rupiah). Jadi ternyata belum ngaruh banget. Gak tau nih bulan ini, kan dipake banget bulan ini buat ngecas. Belum diliat sih yang Februari ini,” katanya.
Sepeda motor listrik yang digunakan Zulhidayati menarik perhatian teman-teman dan murid-muridnya. Di antara mereka, ada yang berminat memilikinya karena model kekinian dan harga yang terjangkau.
Seperti Zulhidayati, Wali Kota Bandung Yana Mulyana juga mulai aktif menggunakan kendaraan listrik sejak awal tahun 2023 lalu. Sebuah mobil listrik merek Hyundai Ioniq 5 yang dibeli dengan dana APBD ia jadikan kendaraan dinas. Penggunaan mobil listrik sebagai kendaraan dinas wali kota ini sejalan dengan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 tahun 2022 tentang Penggunaan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) sebagai Kendaraan Dinas Operasional dan/atau Kendaraan Perorangan Dinas Instansi Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.
Yana mengaku nyaman menggunakan kendaraan listrik. Selain karena ramah lingkungan, biaya yang dikeluarkan lebih hemat. Sepulang kerja, ia langsung mengecas mobilnya. Keesokan pagi saat baterai sudah penuh, mobil tanpa bunyi ini bisa digunakan kembali.
“Mudah-mudahan sih, yang penting harga bisa turun dulu supaya semakin terjangkau sama masyarakat. Karena tadi dampaknya pasti udara lebih bersih, lingkungan semakin baik, terus hematlah ya. Bahan bakar fosil kita bisa irit,” ungkap Yana kepada BandungBergerak.id usai peresmian Rumah Pompa Cironggeng, Jalan Cingised, Rabu (15/2/2023).
Elektrifikasi Kendaraan
Pemerintah mendorong konversi penggunaan kendaraan konvensional berbasis tenaga fosil menjadi kendaraan bermotor listrik (KBL) berbasis baterai (battery electric vehicle) melalui Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan. Kebijakan ini sejalan dengan Perjanjian Paris yang telah diratifikasi oleh Indonesia. Salah satu tujuannya adalah menahan laju kenaikan suhu bumi tidak melebihi 1,5 derajat celcius.
Dekarbonisasi sektor transportasi merupakan salah satu strategi penting untuk mencegah kenaikan suhu bumi. Selain pemanfaatan bahan bakar nabati, elektrifikasi kendaraan yang dilakukan di Indonesia bisa memangkas 23 persen emisi gas rumah kaca yang berasal dari sektor transportasi.
Pemerintah Indonesia menargetkan sebanyak 15 juta unit Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) pada tahun 2030 mendatang. Sebanyak 12 juta unit di antaranya merupakan sepeda motor. Sisanya, mobil listrik.
Institute for Essential Services Reform (IESR) dalam peluncuran laporan Indonesian Electric Vehicle Outlook (IEVO) 2023 menyebutkan bahwa pembangunan ekosistem kendaraan listrik harus dilakukan. Ekosistem inilah yang akan meningkatkan minat masyarakat untuk menggunakan kendaraan listrik serta mempercepat pemerataan infrastruktur dan pengembangan industri kendaraan listrik di Indonesia.
Merujuk analisa IESR, kendaraan listrik lebih baik dalam menekan emisi dan rendah biaya operasional dibandingkan dengan kendaraan konvensional. Kendaraan listrik mengeluarkan emisi tujuh persen lebih sedikit dan biaya operasional per kilometernya 14 persen lebih rendah dibandingkan dengan kendaraan konvensional.
”Hanya saja ketersediaan model kendaraan listrik yang terbatas, infrastruktur yang minim, serta investasi awal yang tinggi membuat masyarakat enggan beralih ke kendaraan listrik,” mengutip laporan yang diluncurkan melalui Zoom Meeting tersebut, Selasa (21/2/2023).
Pasar yang Mulai Tumbuh
Di Kota Bandung, jumlah pengguna kendaraan listrik perlahan mulai tumbuh. Beragam jenis dan merek kendaraan listrik semakin sering ditemui di ruas-ruas jalan.
Sales Consultant Electric Vehicle (EV) Selectride, Derry, yang menggeluti dunia penjualan sepeda motor listrik sejak 2020, menyebut tantangan utama ada pada perubahan pola pikir (mindset) masyarakat untuk mau beralih dari sepeda motor konvensional.
“Kalau sekarang ada peningkatan, cuma belum signifikan. Mindset-nya sudah ada yang mulai berubah,” ungkap Derry kepada BandungBergerak.id saat ditemui di dealer Gesits Selectride, Jalan Ibu Inggit Garnasih Nomor 149, Senin (13/2/2023).
Selectride merupakan dealer motor listrik yang menjual tiga merek kendaraan, yaitu Gesits, Smoot, dan U-Winfly. Derry mengungkapkan, sekitar 250 unit motor listrik merek Gesits terjual sejak 2020 hingga Februari 2023. Untuk merek Smoot, dalam periode yang sama baru satu unit yang terjual. Sementara itu, sejak Agustus 2022, rata-rata terjual 100 unit kendaraan listri merek U-Winfly setiap bulannya, terdiri dari sepeda listrik dan dan sepeda motor listrik.
Derry mengungkapkan, masyarakat masih cenderung membandingkan harga motor listrik yang relatif tinggi dengan motor konvensional. Harga pasaran merek Gesits, sepeda motor yang dilabeli buatan anak bangsa ini, ada di kisaran 30-an juta rupiah per unitnya. Yang juga merugikan adalah simpang-siur isu kebijakan insentif pembelian kendaraan listrik.
“Rata-rata masih ya, dengan harga segitu mending beli NMax, PCX. Tapi di bulan saat BBM naik, penjualan Gesits lumayan. Apalagi U-Winfly,” ucap Derry.
Derry sendiri sudah tiga tahun belakangan menggunakan sepeda motor listrik. Kendaraan ramah lingkungan ini, menurutnya, lebih efisien daripada motor konvensional dan minim perawatan. Jika sepeda motor konvensional butuh biaya bahan bakar minyak (BBM) harian dan biaya servis bulanan, motor listrik tidak. Selama menggunakan motor listrik, ia hanya merogoh 100.000 rupiah per bulan untuk membeli token listrik, menambah beban biaya listrik bulanan menjadi 400 ribu rupiah.
Derry mengakui, sepeda motor listrik saat ini masih terkendala dengan jarak tempuh rata-rata 50-60 kilometer per sekali pengecasan baterai. Namun, sistem penukaran baterai, seperti yang dilakukan merek sepeda motor Smoot, bisa menjadi salah satu solusi. Ketika baterai kendaraan habis, konsumen tidak perlu khawatir harus mengecas baterai dan menunggu dalam waktu yang relatif lama. Penukaran baterai bisa dilakukan di swap station yang saat ini tersebar di 18 titik di Kota Bandung.
Pada akhir tahun 2022, Segway Motors membuka dealer resminya di Kota Bandung di Jalan Asia Afrika. Motor listrik impor yang kerap disebut “motor listrik Xiaomi” ini menyasar pasar menengah ke atas dengan teknologi keamanannya yang canggih.
Firda, petugas sales Segway Motors Saluyu, menyebutkan sejak dibuka akhir tahun lalu, dealer ini telah menjual 15-20 unit motor listrik. Dengan harga jual terendah 27 juta rupiah dan tertinggi 80 juta rupiah, pasar sepeda motor listrik di Bandung tumbuh cukup cepat. E110 merupakan tipe yang paling banyak terjual saat ini.
Di sektor kendaraan roda empat, data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyebut jumlah mobil listrik berbasis baterai yang terjual sepanjang tahun 2022 mencapai 10.327 unit. Penjualan tertingginya di bulan Desember 2022 yang berjumlah 2.404 unit. Mobil listrik paling laris sepanjang tahun 2022 adalah Wuling Air Ev tipe Long Range yang laku terjual 6.859 unit, disusul Hyundai Ioniq 5 Signature Extended 1.517 unit, dan Wuling Air Ev tipe Standard Range sebanyak 1.194 unit.
Kepala cabang dealer Wuling Arista Soekarno-Hatta, Kota Bandung, Yopi, ditemui BandungBergerak.id, Jumat (17/2/2023), menyebutkan bahwa sejak Air EV dirilis pada September 2022, dealernya sudah menjual sekitar 100 unit mobil listrik. Ia juga menyebutkan bahwa stok Wuling Air Ev saat ini tersedia. Pembeli tidak perlu inden.
Di Kota Bandung, Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) tersebar di 11 titik. Selain di unit-unit pelayanan Perusahaan Listrik Negara (PLN), SPKLU juga ditemukan di Gedung Sate. Dealer-dealer yang menjual mobil listrik seperti Hyundai dan Wuling juga menyediakan stasiun pengecasan untuk konsumen mereka.
Baca Juga: Data Jumlah Potensi Kendaraan Bermotor di Kota Bandung 2005-2020: Melonjak Nyaris tanpa Kendali
MEMBEDAH KEMACETAN KOTA BANDUNG #4: Masyarakat Mau Beralih dari Kendaraan Pribadi, Transportasi Publiknya Belum Memadai
Bukan Hanya Jalan Layang, tapi Juga Layanan Transportasi Publik
Mulai dari Pembenahan Transportasi Publik
Kemacetan masih menjadi permasalahan klasik di Kota Bandung. Warga bahkan semakin sering mengeluhkannya. Salah satu pemicunya adalah jumlah kendaraan pribadi yang terus bertambah, sementara panjang jalan tidak mengalami pertumbuhan yang signifikan. Data Dinas Perhubungan Kota Bandung menyebut volume kendaraan sudah mencapai 2,2 juta unit, terdiri dari 1,7 juta unit sepeda motor dan 500 ribu unit mobil. Sebagai pembanding, jumlah penduduk Kota Bandung per 2021 adalah 2,4 juta jiwa.
Agus Purwadi, pengamat otomotif dan pakar kelistrikan Institut Teknologi Bandung (ITB) berpendapat, untuk mengurai masalah kemacetan di Kota Bandung, pengembangan transportasi publik berbasis listrik mendesak diterapkan.
“Bisa dibayangkan 500 ribu mobil itu keluar bareng. Satu mobil itu panjangnya tiga meter. Mana muat jalannya? Itu baru mobil, belum motor. Sudah jelas memang kita gak bisa mengandalkan private transportation. Kita harus buat transportasi massal,” ungkap Agus saat ditemui di ruang kerjanya di Laboratorium Penelitian Konversi Energi Elektrik ITB, Rabu (15/3/2023).
Tren elektrifikasi kendaraan secara global mestinya bukan berangkat dari keinginan pasar. Regulasi di banyak negara yang harus mendorong perubahan lingkungan yang lebih ramah dan rendah emisi. Elektrifikasi di sektor transportasi wajib dilakukan, tapi perlu disesuaikan dengan kondisi setempat.
Di Bandung, langkah awal yang bisa dilakukan adalah dengan membenahi transportasi massal terlebih dahulu. Jika masyarakat membeli kendaraan listrik baru tanpa pengendalian jumlah kendaraan yang sudah ada, kemacetan akan tetap menjadi persoalan yang dihadapi warga.
“Makanya bayangan yang paling benar emang untuk Bandung transportasi massal dibenahi dulu, baru mobilnya elektrifikasi emang harus,” kata Agus. “Tapi mulai dari angkutan massal, baru yang pribadi.”
Menurut Agus, agar masyarakat mau untuk beralih dari kendaraan pribadi, transportasi massal haruslah ramah lingkungan, efisien, aman, dan nyaman. Salah satu langkah yang bisa diambil adalah penetapan kawasan khusus zona rendah emisi. Artinya, hanya kendaraan listrik yang boleh melintasi zona tersebut. Aturan zonasi seperti ini bisa diberlakukan hanya setelah infrastrukturnya benar-benar siap.
“Jadi bayangan kami memang possible motor, motor yang harus diprioritaskan sama angkutan massal, bus. Karena massal kan gampang. Track-nya jelas, jadi nempatin charging juga jelas,” katanya.
Agus menyebut sepeda motor listrik merupakan penerapan ekosistem kendaraan listrik yang paling memungkinkan di Indonesia. Daya beli masyarakat untuk mobil berada di kisaran 300 juta rupiah, sedangkan harga mobil listrik rata-rata masih di atas angka tersebut. Meskipun ada Wuling Air EV di harga 300 juta rupiah, masyarakat cenderung membutuhkan mobil jenis MPV (multi purpose vehicle) atau low MPV.
Agus yakin, ketika transportasi massal mampu mengakomodasi kenyamanan, masyarakat akan secara otomatis beralih dari kendaraan pribadi. Kendaraan konvensional, dengan demikian, hanya akan digunakan di akhir pekan untuk penggunaan jarak jauh.
Sebuah Keniscayaan
Wali Kota Bandung Yana Mulyana menyatakan komitmennya untuk memberlakukan konversi transportasi umum berbasis listrik. Salah satu langkah yang akan diambil adalah meminta bus listrik dari pemerintah pusat untuk melayani beberapa koridor di Kota Bandung. Syaratnya, infrastruktur di kota ini sudah siap.
“Kita minta busnya listrik dari pusat. Itu memungkinkan,” kata Yana.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Bandung Dadang Darmawan, dalam siaran pers yang diterima BandungBergerak.id, menyebut wacana konversi kereta api diesel yang menjadi transportasi publik di Bandung Raya menjadi Kereta Rel Listrik (KRL) pada tahun 2024 mendatang. Proses konversi ini akan dilakukan secara bertahap, dimulai dari rute Padalarang-Bandung, lalu rute Bandung-Cicalengka. KRL nantinya diharapkan mengambil peran penting sebagai pengumpan (feeder) Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB).
“Pada prinsipnya Pemkot Bandung sangat mendukung dan gembira akan program terkait aksesibilitas masyarakat yang akan berkunjung ke Kota Bandung,” ujar Dadang, Senin (20/2/2023).
Kerja transisi energi bersih tentu bukan semuanya dibebankan kepada pemerintah tentu bukan satu-satunya pihak yang harus . Setiap pemangku kepentingan bisa mengambil peran masing-masing. Beberapa orang warga, misalnya, secara mandiri mulai menggunakan kendaraan listrik untuk menopang akvititas kesehariannya.
Kampus juga memiliki peran penting. Agus Purwadi, yang pernah menjadi Ketua Tim Mobil Listrik ITB, membeberkan bahwa ITB dimandatkan untuk melakukan penelitian dan pengembangan terhadap komponen-komponen utama dari kendaraan listrik. Ada enam komponen utama yang diteliti dan dikembangkan. Motor listrik menjadi penggerak utama dengan magnet permanen dan non-magnet yang berkapasitas 120 Kw dan 5 Kw. Motor listrik ini dibuat untuk bus dan kendaraan roda tiga. Komponen lainnya yang dikembangkan adalah inverter, baterai manajemen sistem, smart dashboard, range extender, dan platform.
Agus menjelaskan, sebagai institusi pendidikan tinggi, ITB membantu penyiapan sumber daya manusia (SDM) dalam penguasaan teknologi, serta melakukan penelitian dan pengembangan komponen utama kendaraan listrik. Untuk urusan produksi, pihaknya terbuka untuk melakukan kerja sama. Agus berharap, Indonesia bisa menjadi salah satu pemegang pasar kendaraan listrik dunia sebab memiliki potensi nikel yang harus dikembangkan secara mandiri.
"Makanya kita (kampus) support di R&D (research and development) dan penyiapan SDM untuk mensupport ekosistem," tutur Agus yang saat ini merupakan dosen ahli di Laboratorium Penelitian Konversi Energi Elektrik ITB.
*Liputan ini merupakan bagian dari program fellowship “Membangun Narasi Transisi Energi” yang diselenggarakan oleh CASE-IESR, SIEJ, dan IDCOMM