• Berita
  • Upaya Penguatan Memori Kolektif dan Serba-serbi Peringatan 68 Tahun Konferensi Asia Afrika

Upaya Penguatan Memori Kolektif dan Serba-serbi Peringatan 68 Tahun Konferensi Asia Afrika

Indonesia menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika (KAA) pada April 1955. Museum KAA rutin memperingatinya untuk merawat memori kolektif publik konferensi tersebut.

Dahlia Kusuma Dewi (kedua kiri), Tri Joko Her Riadi (kedua kanan), dan Ridlo Eisy (kanan) berbincang dalam Museum Konfererensi Asia Afrika (MKAA) Menyapa, Bandung, Jumat (24/2/2023). (Foto: Virliya Putricantika/BandungBergerak.id)

Penulis Tofan Aditya25 Februari 2023


BandungBergerak.id – Pada April 1955, di tengah Perang Dingin antara Blok Barat (Amerika Serikat dan sekutunya) dan Blok Timur (Uni Soviet), di tengah penjajahan negara-negara di dunia, Indonesia memberanikan diri mengundang negara-negara di Asia dan Afrika untuk hadir ke Konferensi Asia Afrika (KAA). Padahal, kondisi Indonesia kala itu sedang krisis, baik secara ekonomi maupun politik.

“Enam puluh delapan tahun silam, Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955 digelar dan berdampak luas terhadap tata kelola global hingga kini,” ucap Dahlia Kusuma Dewi, dalam siaran pers Museum Konperensi Asia Afrika (KAA).

Meski hampir 68 tahun berlalu, nilai-nilai KAA masih terus dijaga. Setiap tahunnya, Museum KAA rutin memperingati momentum KAA untuk merawat memori kolektif publik.

Pada Jumat (24/2/2023), Museum KAA menggelar Media Engagement MKAA Menyapa dengan tema “Gedung Merdeka – Museum KAA: Asep Diplomasi Perdamaian Dunia”. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mempererat jalinan kerja sama dengan media dan juga apresiasi bagi awak media yang telah membersamai Museum KAA hingga saat ini. Bertempat di Ruang Pameran Tetap Museum KAA, pada pukul 14.00 WIB, rangkaian pertama dari Peringatan 68 Tahun KAA dimulai.

“Alasan diangkatnya tema tersebut adalah untuk menguatkan ingatan masyarakat akan potensi besar bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berpengaruh di dunia,” kata Dahlia, dalam sambutannya, dikutip dari siaran pers.

Selepas sambutan, tiga narasumber diskusi diajak naik ke atas panggung. Narasumber pertama adalah M. Ridlo Eisy, seorang wartawan senior sekaligus Pemimpin Redaksi Inharmonia.co. Narasumber kedua yakni Tri Joko Her Riadi, Pemimpin Redaksi BandungBergerak.id. Selain dari awak media, adapula Dahlia Kusuma Dewi selaku Kepala Museum KAA.

Selain diskusi, kegiatan ini diisi dengan peluncuran secara resmi tema dan logo serta informasi tentang rangkaian acara Peringatan 68 Tahun KAA yang akan digelar di tahun 2023 ini.

Baca Juga: Melihat Kinerja Badan Pengelola Cekungan Bandung setelah 4 Tahun Dibentuk
Mahasiswa ISBI Menyuarakan Hak 38 Orang PKL yang Digusur Satpol PP Kota Bandung
Pemkot Bandung Gunakan Teknologi RDF untuk Mengolah Sampah, Ditentang Pegiat Lingkungan

Peran Media dalam Penguatan Memori Kolektif

Kegiatan diskusi dimulai sekitar pukul 14.00 WIB. Tri Joko Her Riadi diberi kesempatan pertama untuk berbicara terkait kerja pers dan pengaruhnya terhadap pembentukan memori kolektif. Bagi Joko, kerja pers tak lepas dari kerja sejarah. Hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana riset-riset masih menjadikan produk jurnalistik sebagai acuannya.

“Sebelum media sosial datang, pers yang akan mengawetkannya dalam bentuk reportase,” ucap Joko ketika ditanya oleh moderator.

Narasumber berikutnya, M. Ridlo Eisy memberi tanggapan terkait pentingnya KAA sebagai momentum perdamaian. Ridlo menyampaikan bagaimana Museum KAA dan Gedung Merdeka menjadi ikon perjuangan yang harus dijaga dan diaktivasi.

“Jadi lebih terbuka lah, kalau lebih terbuka, wartawan akan datang ke sana tiap ada kegiatan, kalau sepi gak akan ada lagi,” terang Ridlo.

Selanjutnya giliran Dahlia Kusuma Dewi yang berbicara. Bagi Dahlia, KAA menjadi sebuah kejadian spesial karena selalu menjadikan Indonesia sebagai penyelenggaranya. Selain itu, Dahlia mengungkapkan bahwa akan berupaya mempertahan gedung ini sebagai pusat sejarah dan inspirasi bagi generasi selanjutnya.

“Artinya, jangan sampai gedung ini, misalnya, digunakan untuk sesuatu yang sifatnya politik praktis,” tegas Dahlia dalam pemaparannya.

Ketika ditanyai perihal tagline BandungBergerak.id yang terdapat kata Ibu Kota Asia Afrika, Joko mengungkapkan bahwa nilai yang ingin dibawanya adalah semangat solidaritas. Bagi Joko semangat solidaritas akan selalu relevan, bahkan semakin relevan.

“Dengan sadar, media ini pengen memberikan prioritas untuk temen-temen yang kecil, kelompok-kelompok yang minoritas, isu-isu yang mungkin gak banyak diambil orang,” jawab Joko.

Area ruang pameran koleksi Museum Konferensi Asia Afrika di Gedung Merdeka di Jalan Asia Afrika, Bandung. (Foto: Virliya Putricantika/BandungBergerak.id)
Area ruang pameran koleksi Museum Konferensi Asia Afrika di Gedung Merdeka di Jalan Asia Afrika, Bandung. (Foto: Virliya Putricantika/BandungBergerak.id)

Peluncuran Tema dan Logo Peringatan KAA 2023

Peringatan 68 Tahun KAA mengangkat tema Road to 2025: Towards Stronger Asia Africa. Melalui tema ini, Peringatan KAA 2023 diharapkan dapat menciptakan hubungan yang lebih erat antarbangsa Asia dan Afrika, serta terwujudnya tonggak baru kerja sama untuk menuju Asia dan Afrika yang lebih kuat dan sejahtera.

Selain itu, tema ini juga menjadi harapan agar Peringatan 68 Tahun KAA di tahun ini dapat menjadi momentum untuk mempersiapkan penyelenggaraan Asian African Summit pada 2025 nanti.

“Tema ini hadir sebagai brand awareness publik tentang Peringatan KAA sekaligus bentuk komitmen dari Museum KAA dalam mengemban visi dan misinya untuk melestarikan nilai-nilai KAA,” ucap Dahlia, dikutip dari siaran pers.

Selain tema, adapun logo Peringatan 68 Tahun KAA yang ikut diluncurkan. Secara semiotik, unsur yang terkandung pada logo ini meliputi tiga unsur utama. Satu sama lain terintegrasi pada pesan utama yang berkenaan dengan tema utama peringatan.

Pertama, terdiri dari dua angka yakni 6 dan 8 yang menggambrakan 68 tahun Peringatan 68 Tahun KAA. Kedua angka ini menggunakan warna yang berbeda, yaitu Merah untuk melambangkan Asia dan Hijau untuk melambangkan Afrika.

“Kedua angka dibuat menempel atau tidak berjarak untuk menunjukkan kedekatan hubungan dan kebersamaan antarbangsa Asia dan Afrika,” Lanjut Dahlia, dikutip dari siaran pers.

Selanjutnya, angka-angka digambarkan dengan garis-garis lurus dan tegas membentuk angka 6 dan 8 untuk menunjukkan cita-cita penguatan Asia dan Afrika. Kelokan-kelokan yang membentuk angka 6 dan 8 menggambarkan jalan yang tidak lurus atau mulus serta menggambarkan upaya yang tidak mudah, namun jelas menuju tujuan akhir yakni membentuk Asia dan Afrika yang kuat.

Terakhir, kata “Stronger” pada tulisan tema dibentuk dengan gaya yang lebih solid tanpa lubang, lebih tebal dibandingkan kata-kata lainnya, dan berwarna merah. Hal tersebut dimaksudkan untuk menekankan citra “kuat”.

Diorama suasana pertemuan kepala negara dalam Konferensi Asia Afrika yang diselenggarakan April 1955 menjadi latar diskusi Museum Konfererensi Asia Afrika (MKAA) Menyapa, Bandung, Jumat (24/2/2023). (Foto: Virliya Putricantika/BandungBergerak.id)
Diorama suasana pertemuan kepala negara dalam Konferensi Asia Afrika yang diselenggarakan April 1955 menjadi latar diskusi Museum Konfererensi Asia Afrika (MKAA) Menyapa, Bandung, Jumat (24/2/2023). (Foto: Virliya Putricantika/BandungBergerak.id)

Agenda Selanjutnya

Rangkaian kegiatan Peringatan 68 Tahun KAA akan digelar sejak Februari sampai Juli 2023. Media Engagement KAA Menyapa menjadi satu-satunya kegiatan yang hadir pada bulan Februari. Di bulan Maret akan diselenggarakan Pameran Foto Sejarah “Gedung Merdeka dan Diplomasi Perdamaian Dunia” pada 11 sampai 18 Maret 2023 dan Seminar “Gedung Merdeka dan Diplomasi Perdamaian Dunia” pada 19 Maret 2023.

Di bulan April, yang menjadi bulan terselenggaranya KAA, akan hadir Jamuan Teh Petang bersama Saksi Sejarah KAA pada 17 April 2023, Pengibaran 109 Bendera Peserta KTT Asia Afrika 2015 dan Bendera PBB pada 18 April 2023, serta Penurunan 109 Bendera Peserta KTT Asia Afrika 2015 dan Bendera PBB pada 30 April 2023.

Selepas April, kegiatan Peringatan 68 Tahun KAA akan diisi oleh Asian African Conference Model (AACM) pada Mei, Jelajah Malam Museum KAA pada Juni, dan Bandung Historical Study Games pada Juli.

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//