• Cerita
  • Nonton Film di Gang: Upaya Warga Braga Menghidupkan Gang Apandi

Nonton Film di Gang: Upaya Warga Braga Menghidupkan Gang Apandi

Upaya warga Braga berbenah dengan melenyapkan kesan kumuh demi menghidupkan suasana Gang Apandi. Dimulai dengan aktivitas nonton film bareng di gang.

Pengunjung dan warga setempat menonton film bersama di lapangan Gang Apandi pada Sabtu (18/3/2023). (Foto: Tofan Aditya/BandungBergerak.id)

Penulis Tofan Aditya24 Maret 2023


BandungBergerak.id – Sembilan bulan yang lalu, Gang Apandi hampir tidak pernah dibicarakan oleh orang-orang. Padahal, lokasinya berada di pusat kota. Tepat di samping kanan Toko Kopi Djawa dan seberang Braga Permai. Tulisan “Wilujeng Sumping Di Wilayah RT.03-04-05 RW.8” di atas lorong adalah penanda untuk masuk ke gang ini.

Berbanding terbalik dengan Jalan Braga yang gemerlap, Gang Apandi, kala itu, dianggap sebagai kawasan yang kumuh. Bekas puing-puing rumah, tumpukan sampah, paku, dan pecahan kaca mudah ditemui area tanah sengketa. Tak hanya itu, Nana Supriatna menuturkan bahwa sering mendapat cerita dari warga soal keberadaan makhluk halus.

“Katanya ada kuntilanak, ada pocong, ini kang. Betul kang, terus terang aja. Kalo buang sampah pada takut, kang,” terang Nana yang juga merupakan seorang Ketua RT kepada BandungBergerak.id.

Pada awal tahun 2019, Gang Apandi sempat akan ditutup untuk dijadikan bangunan akibat sengketa lahan. Warga protes. Pasalnya, itu akan mengganggu mata pencaharian warga. Selain itu, penutupan lorong dengan lebar 3 meter ini akan menyulitkan evakuasi warga apabila terjadi bencana.

Sebagai salah satu perkampungan yang berdampingan langsung dengan Sungai Cikapundung, banjir adalah bencana yang dekat dengan warga. Ketika hujan deras melanda, luapan air sering menggenangi wilayah ini. Selama 49 tahun tinggal di Braga, Nana bercerita bahwa banjir yang paling parah terjadi pada tahun 1984. Kala itu, tinggi air mencapai dada orang dewasa.

“Misalkan datang banjir, masa kita harus lari ke air, pan kita harus menghindari air, kan? Nah, disini titik evakuasi,” tutur Nana sambil menunjuk ke arah pintu masuk Gang Apandi.

Selain banjir, masalah lain yang dihadapi warga adalah susah air. Keberadaan hotel dan bangunan-bangunan tinggi lain di Jalan Braga membuat sumur warga mengering. Meski demikian, warga bersyukur karena bangunan-bangunan tersebut masih memberikan kompensasi berupa air bersih untuk warga.

“150 meter atuh dud ieu teh, hotel ini. Otomatis kan sumur kita habis,” ucap Nana sambil mengilustrasikan kedalaman sumur di hotel yang berdampingan dengan Gang Apandi.

Suasana di Gang Apandi menjelang kegiatan pemutara film dan nonton bersama pada Sabtu (18/3/2023). (Foto: Tofan Aditya/BandungBergerak.id)
Suasana di Gang Apandi menjelang kegiatan pemutara film dan nonton bersama pada Sabtu (18/3/2023). (Foto: Tofan Aditya/BandungBergerak.id)

Baca Juga: RAMADAN SETELAH PAGEBLUK #1: Masih Berjualan Kaus Bandung, Masih di bawah Teras Cihampelas
Hari Pantomim Sedunia 2023 di Bandung: Perayaan Menembus Keheningan
Dampak Penggusuran Sawah dalam Pertunjukan Seni Ciganitri Kiwari
Klab Zine Seasons 2 Episode 4: Urgensi Literasi dan Problematika Suporter Sepak Bola

Mulai Berbenah, Untuk Ruang Bermain dan Menghadirkan Pengunjung

Di atas puing-puing bangunan, anak-anak Braga duduk di kursi plastik yang telah disediakan. Di hadapan mereka, Adew Habsta, seorang musisi balada, berdiri dan mulai menyapa penonton. Ditemani gitar akustiknya, Adew mencoba menghibur anak-anak Braga.

Selama 10 menit, Adew membawakan tiga lagu nasional yang dimainkan secara medley: Halo-halo Bandung, Garuda Pancasila, dan Bagimu Negeri. Suara anak-anak Braga setia mengiringi penampilan Adew dari mulai hingga selesai. Dalam penampilan singkatnya, Adew berhasil membawa kegembiraan bagi anak-anak Braga.

“Dan perlu akang tahu bahwa anak-anak ini baru merdeka, menurut saya. Baru dua bulan anak-anak merdeka,” tutur Nana.

Berawal dari kegelisahan tidak adanya ruang bermain untuk anak-anak, Nana bersama warga lainnya mulai mencoba membenahi lingkungan mereka. Berbekal peralatan seadanya, warga saling bahu membahu membersihkan lahan sengketa tersebut dari puing-puing bangunan yang berbahaya, tumpukan sampah, paku, dan pecahan kaca.

Lapangan yang sebelumnya digunakan sebagai lahan parkir pun dirapikan. Balai yang sebelumnya beratapkan terpal yang sering bocor pun diganti. Kesan kumuh coba dilenyapkan oleh warga Braga sendiri. Kini, Gang Apandi mulai dihidupkan kembali.

“Rasanya kita itu terkurung di jalan Braga yang mewah,” terang Farida, penggagas Braga Heritage, “Jalan Braga panjang-pendek ini rame banget dikunjungi, tapi not anyone knows Gang Apandi ini.”.

Dalam sesi wawancara, Farida bercerita bahwa warga kerap meminta kepada Braga Heritage untuk membawa banyak orang ke Gang Apandi. Tapi, Farida sadar bahwa pengunjung tidak datang sendiri. Perlu ada daya tarik yang membuat publik mau datang. Salah satu caranya dengan membuat kegiatan kolaboratif bersama pihak di luar Braga.

Salah satu pihak luar yang sekarang sedang digandeng oleh Braga Heritage adalah Bandung Film Commision. Melalui program Sinema Kuriling (Simkuring), Farida melihat bahwa kegiatan nonton film di gang adalah momentum yang baik untuk menjadikan Gang Apandi dapat dikenal oleh lebih banyak orang.

“Akan ada aktivasi lagi, kang. Gak cuma di Gang Apandi pengennya, tapi di gang-gang lainnya, Gang Banceuy, Cikapundung, RW. 5 di Jalan Perak,” pungkas Farida.

Nana Supriatna ketika berbicara dalam Konferensi Pers Simkuring pada Sabtu (18/3/2023) sore. (Foto: Tofan Aditya/BandungBergerak.id)
Nana Supriatna ketika berbicara dalam Konferensi Pers Simkuring pada Sabtu (18/3/2023) sore. (Foto: Tofan Aditya/BandungBergerak.id)

Sekilas Tentang Simkuring

Sempat vakum sepanjang tahun 2019 sampai 2022 karena pagebluk, program Simkuring hadir kembali menemui para sineas muda. Berbeda dengan Simkuring sebelumnya, di tahun ini Bandung Film Commision akan berkeliling ke empat lokasi di Jawa Barat: Kota Bandung, Cirebon, Garut, dan Kota Bogor. Braga dipilih sebagai lokasi untuk penyelenggaraan di Bandung Raya.

Bertempat di Gang Apandi, agenda nonton bareng di gang pun diadakan pada Sabtu (19/3/2023) petang. Total terdapat ada 10 film yang akan diputar, mulai dari film hasil Wokhshop Smartphone Cinema sampai film yang sudah sempat keluar masuk festival. Adapun judul-judul film yang ditayangkan adalah sebagai berikut: Sendu Rindu, Stanger with Memories, Berebet, Mencari Afandi Nyorocos Mencos, Sunrise In The Forest, Omah Njero, Negeri Dongeng, Percaya, dan Kill The Gangster.

Dalam Konperensi Pers, Malikul Saleh, Sekretaris Jenderal Bandung Film Commision, menuturkan bahwa program Simkuring tak ingin hanya sekadar kegiatan sesaat. Lebih jauhnya, Malikul ingin ada keberlanjutan yang diinisiasi oleh warga lokal sendiri.

“Kami sih berharap nanti di sini tuh ada layar alternatif yang dikelola oleh orang lokal yang mana ini menjadi interaksi, menjadi atraksi juga nantinya. Layar alternatif ini nantinya bisa dikembangkan sebagai bioskop alternatif,” seru Malikul.

Bagi Malikul, program Simkuring adalah cara mendekatkan mimpi Bandung Film Commision tantang penyelenggaraan festival film bertaraf internasional. Dari sekian banyak lokasi, Malikul menganggap bahwa Bandung adalah tempat paling cocok untuk menyelenggarakan festival tersebut. Sayangnya, masih banyak PR yang perlu diselesaikan, salah satunya adalah masyarakat harus dekat dengan sinema.

Ngomongin soal festival, konteksnya bukan sekedar penyelenggaraan event, itu mudah. Kasih duit sama saya 500 juta, besok kita bisa jadi. Tapi itu bukan itu, itu bukan soal penyelenggaraannya. Tapi lebih kepada membangun ekosistemnya dulu,” kata Malikul ketika berbicara terkait mimpi penyelenggaraan festival film internasional.

Melalui penyelenggaraan nonton film oleh Bandung Film Commision di Gang Apandi ini, Nana mengaku mendapat banyak pelajaran yang bisa diambil. Khususnya terkait penyelenggaraan kegiatan yang menarik pihak luar. Nana dan warga Braga lain berharap, ke depannya, warga tidak hanya jadi penonton saja, tetapi jadi pihak yang mengadakan.

“Mudah-mudahan, kan dulu dapat penghargaan kampung wisata, tah sekarang saya buktikan ada wisata sekarang,” seru Nana sambil tertawa.

 

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//