Pakar Unair Ungkap Osteoporosis Berpotensi Menyerang Anak Muda
Pakar kesehatan tulang menyarankan anak muda rajin "menabung" tulang dengan memperbaiki gaya hidup.
Penulis Iman Herdiana22 Oktober 2021
BandungBergerak.id - Osteoporosis atau keropos tulang rupayanya bukan penyakit kalangan lansia saja. Penyakit ini berpotensi menyerang usia muda. Sehingga pengetahuan tentang cara mencegah osteoporosis perlu diketahui sejak dini.
Pakar kesehatan tulang dari Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair), Dwikora Novembri Utomo, menyampaikan bahwa pada kondisi normal, terdapat keseimbangan antara proses pembentukan tulang dan proses pembongkaran tulang. Osteoporosis terjadi apabila proses pembongkaran tulang lebih dominan daripada proses pembentukan tulang sehingga kepadatan tulang menjadi berkurang.
“Osteoporosis bisa terjadi pada semua usia meskipun memang osteoporosis lebih sering terjadi pada usia tua di mana proses pembentukan tulang lebih lambat daripada proses pembongkaran tulang,” ungkap Dwikora Novembri Utomo, mengutip laman resmi Unair, Jumat (22/10/2021).
Ia pun mengingatkan pentingnya menjaga kesehatan tulang sejak usia muda. Dokter yang juga bergabung dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi Indonesia (PABOI) ini menjelaskan, umumnya osteoporosis memang menyerang orang lanjut usia, tetapi orang berusia muda juga dapat mengalami osteoporosis bila memiliki faktor risiko sebagai berikut:
Faktor Risiko yang tidak dapat Dimodifikasi:
Wanita, disebabkan pada lansia terjadi penurunan kadar hormon estrogen yang berperan dalam pembentukan tulang;
Riwayat keluarga dengan osteoporosis (genetik);
Ras tertentu (Asia dan Kaukasia);
Faktor Risiko yang dapat Dimodifikasi:
Gaya hidup kurang sehat seperti kurang berolahraga;
Merokok;
Konsumsi alkohol, kafein, dan soda yang berlebihan;
Kekurangan kalsium dan vitamin D.
Dwikora menegaskan, penting bagi seseorang untuk mulai “menabung tulang” pada usia muda karena pada usia muda terjadi puncak pembentukan tulang. Dengan nutrisi dan gaya hidup sehat di usia muda, maka kita akan memiliki tulang yang lebih baik untuk mempersiapkan kondisi di hari tua.
“Osteoporosis yang terjadi pada usia tua adalah proses alamiah yang diakibatkan oleh proses penuaan, sehingga sulit untuk mengembalikan kondisi tulang ke keadaan normal. Yang bisa dilakukan adalah memperlambat laju penurunan kepadatan tulang,” tuturnya.
Mencegah lebih baik daripada mengobati, itulah tips penting yang disampaikan Dwikora saat ditanya mengenai tatalaksana osteoporosis. Menurutnya tatalaksana seseorang dengan osteoporosis yang utama adalah mencegah osteoporosis agar tidak terjadi. Dengan cara Cukupi-Lakukan-Hindari:
Cukupi kebutuhan kalsium, vitamin D, protein dan mineral lain;
Lakukan aktivitas fisik secara rutin, berjemur di bawah sinar matahari pagi, dan deteksi dini apabila memiliki faktor resiko;
Hindari kebiasaan buruk seperti: merokok, minuman beralkohol, kafein berlebihan, diet ketat;
Apabila sudah terjadi osteoporosis, maka tatalaksananya adalah:
Kenali dan atasi penyebab dari osteoporosis yang diderita karena osteoporosis bisa disebabkan oleh banyak faktor dan penyakit;
Obat-obatan untuk mengurangi pembongkaran tulang yang berlebihan seperti bifosfonat;
Obati komplikasi osteoporosis yang terjadi, seperti patah tulang.
Baca Juga: Pil Covid-19 Buatan Amerika Serikat Diklaim Ampuh Kurangi Kasus Rawat Inap dan Kematian
Ratusan Ribu Warga Jabar Mengalami Kemiskinan Ekstrem
Situasi Osteoporosis di Indonesia
Osteoporosis adalah suatu penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh menurunnya kekuatan tualang, sehingga tulang mudah patah. Di Indonesia, osteoporosis dikenal dengan sebutan keripos tulang.
Puslitbang Gizi Kementerian Kesehatan RI pada 2005 melakukan penelitian mengenai risiko osteoporosis. Penelitian ini melibatkan sampel dari 16 wilayah di Indonesia. Jumlah sampel sebanyak 65.727 orang (22.799 laki-laki dan 42.928 perempuan) dengan metode pemeriksaan DMT (Densitas Masa Tulang) menggunakan alat diagnostik clinical bone sonometer.
Dari penelitian tersebut didapatkan angka prevalensi osteoponia (osteoporosis dini) sebesar 41,7 persen dan prevalensi osteoporosis sebesar 10,3 persen. Ini berarti 2 dari 5 penduduk Indonesia memiliki risiko terkena osteoporosis.
Sebanyak 41,2 persen dari keseluruhan sampel yang berusia kurang dari 55 tahun menderita osteopenia. Prevalensi osteopenia usia di atas 55 tahun pada perempuan 6 kali lebih besar daripada laki-laki. Sedangkan peningkatan angka osteoporosis pada perempuan dua kali lebih besar daripada pria.
Ke depan, penderita osteoporosis di Indonesia akan semakin meningkat seiring laju pertumbuhan penduduk. Tahun 2050, penduduk Indonesia diperkirakan akan bertambah 20 persen dari empat dekade sebelumnya. Sebanyak 251 juta jiwa pada tahun 2013 menjadi 330 juta jiwa pada tahun 2050.
Tahun 2050 diperkirakan penduduk Indonesia kelompok usia 50-70 tahun akan tumbuh 135 persen menjadi 113 juta jiwa. Pria dan wanita usia lebih dari 50 tahun (paling berisiko untuk osteoporiosis) akan menjadi 1/3 dari total penduduk Indonesia.