NGABUBURIT MENYIGI BUMI #27: Pengangkutan Kapur Bakar dari Pangkalan ke Candi Batujaya Melalui Ci Beet dan Ci Tarum
Untuk membangun percandian Batujaya, dibutuhkan pasokan kapur padam dalam jumlah besar. Dari Pangkalan, diangkut sejauh hampir 100 kilometer lewat sungai.
T. Bachtiar
Geografiwan Indonesia, anggota Kelompok Riset Cekungan Bandung dan IAGI Jabar Banten (Ig: @tbachtiargeo)
18 April 2023
BandungBergerak.id - Dari muara Ci Tarum pada abad ke-5, terlihat kompleks percandian Candi Batujaya berwarna putih laksana teratai yang mekar di atas air. Candi-candi bata merah itu dilapisi, dilepa, diplester dengan stuko (stucco) dengan kapur padam. Sejak abad ke-5, teknologi lepa stuko sudah dikenal dan menjadi salah satu keahlian warga di Kerajaan Tarumanagara. Menurut Hasan Djafar (2000, 2010) hampir di semua kaki candi di kompleks percandian Batujaya terdapat lapisan kapur padam antara 1-2 sentimeter.
Semula, saat candi itu pertama kali ditemukan, yang terlihat adalah unur, bukit-bukit kecil yang menonjol di atas hamparan persawahan yang luas. Unur tertinggi mencapai 8,08 meter dari permukaan sawah, dan unur terendah 3,75 m.eter Di dalam unur itu, terdapat bangunan candi batu bata.
Di dalam kompleks percandian Batujaya terdapat lebih dari 24 candi bata yang semuanya diplester. Untuk memplester seluruh bagian candi diperlukan bahan dalam jumlah yang banyak. Kapur tohor dihasilkan dari batu gamping yang dipanaskan dengan cara dibakar pada suhu antara 6000-9000 Celcius. Batu gamping bakar ini dikenal dengan sebutan kapur tohor. Bila kapur tohor disiram dengan air secukupnya, jadilah kapur padam atau apu.
Mutu kapur tohor terbaik adalah yang sarang dan tidak begitu mengkerut. Sedangkan kapur tohor yang bermutu kurang baik, bila proses pemanasannya terlalu masak, kapurnya mengerut, kompak, dan kurang sarang.
Bila satu candi membutuhkan kapur padam sedikitnya antara 30-35 kubik, untuk melepa 24 candi itu diperlukan 24 x 35 kubik = 840 kubik. Dapat dipastikan keperluan apu ini jauh lebih banyak dari jumlah tersebut karena jumlah candi di kompleks percandian Batujaya lebih dari 24 candi. Kebutuhan akan kapur padam itu akan bertambah, karena setiap candi memerlukan beton stuko untuk mengeraskan pelatarannya.
Baca Juga: NGABUBURIT MENYIGI BUMI #23: Delapan Kilometer Ci Tarum Bersih Untuk Ilmu dan Pariwisata
NGABUBURIT MENYIGI BUMI #11: Jejak Bunga Karang di Perbukitan Citatah
Pengangkutan lewat Sungai
Bahan baku untuk pembuatan kapur tohor terdapat di kawasan batu kapur, sekarang di daerah Pekapuran, Pangkalan, 27 kilometer di selatan kota Karawang. Kualitas karst di kawasan ini bagus, seperti yang tercantum dalam Peta Klasifikasi Kawasan Kars Provinsi Jawa Barat tahun 2006. Lokasi Pekapuran yang berada di pinggir sungai memudahkan pengangkutan ke lokasi pembangunan candi.
Karst Pangkalan berumur antara 10-15 juta tahun, tersebar berupa bukit-bukit rendah. T Martadipura (1977) menggambarkan, batu gamping di Pangkalan terdiri dari dua jenis, yakni batu gamping pasiran dengan cadangan yang tidak banyak, dan batu gamping murni dengan sifat yang kompak, keras, dan berwarna putih agak abu, dengan cadangan mencapai puluhan juta ton. Karst Pangkalan ini memanjang barat-timur sejajar dengan garis pantai.
Ketika Kerajaan Tarumanagara giat membangun candi di kompleks percandian Batujaya dan perbukitan kapur menjadi sumber bahan untuk melepa candi agar kuat, tinggi kawasan Pangkalan saat itu antara 48-118 meter di atas permukaan laut (sekarang antara 50-120 mdpl). Di bagian terendah kawasan sepanjang 20 kilometer ini, terdapat sungai yang memudahkan pengangkutan, yaitu Ci Beet, anak Ci Tarum. Sungai itu menjadi sarana transportasi yang sangat baik untuk mengangkut kapur padam dari Pangkalan yang dimuat dengan tongkang dari Ci Beet ke tempurannya di Ci Tarum sejauh 43 kilometer. Dari sana, pengangkutan diteruskan mengalun ke kompleks percandian sejauh 52 kilometer.
Pada abad ke-5, teknologi beton tidak bertulang sudah dipergunakan di kompleks percandian Batujaya, terutama untuk bagian pelataran yang memerlukan pengerasan. Beton stuko yang dicampur dengan batu kerikil, menghasilkan adukan yang sangat kuat. Sekarang pun sesungguhnya semen itu bahan utamanya adalah batu kapur, dengan komposisi lebih dari setengahnya, ditambah campuran lempung dan pasir silika dengan tambahan gips. Teknologi pemanfaatan kapur tohor atau kapur padam itu, selain untuk melepa dinding luar candi.
Namun kini kompleks percandian Batujaya berada pada ketinggian 2 mdpl, dengan jarak 22 kilometer dari muara sungai atau 8 kilometer dari pantai terdekatnya. Pangangkatan daratan secara evolutif telah mengasingkan kerajaan-kerajaan bahari, tak terkecuali Kerajaan Tarumanagara, karena panjang sungai menjadi bertambah ketika muara sungai berpindah lebih jauh ke laut. Kompleks percandian yang dibangun pada masa kejayaan Kerajaan Tarumanagara kini berada di Kecamatan Batujaya dan Pakisjaya, Kabupaten Karawang.
Kawasan sepanjang titik-titik persinggahan para pengangkut kapur padam di tempuran Ci Beet dengan Ci Tarum abad ke-5 sampai abad ke-7, terus berkembang dari waktu ke waktu. Pada zaman kompeni, di sini didirikan benteng Tanjungpura yang kini sudah hancur, sementara Vihara Sian Djin Kupoh (Vihara Ma Ku Poh) masih terpelihara dengan sangat baik sampai. Ketika kopi menjadi komoditas ekspor yang sangat menguntungkan, setelah dipanen, kopi disetorkan dan ditimbang di gudang-gudang kecil, kemudian diangkut ke gudang-gudang yang lebih besar, seperti di Cikaobandung dan Benteng Tanjungpura.
Kawasan Karst Pangkalan mempunyai nilai yang sangat tinggi, baik secara alam maupun budaya, sehingga layak ada bukit kapur yang menjadi cagar budaya.