NGABUBURIT MENYIGI BUMI #23: Delapan Kilometer Ci Tarum Bersih Untuk Ilmu dan Pariwisata
Dari 300 km aliran Ci Tarum yang tercemar, ada 8 km airnya masih bersih yakni di Cikahuripan, Curug Halimun, Sanghyangheuleut, Sanghyangpoek, dan Sanghyangkenit.
T. Bachtiar
Geografiwan Indonesia, anggota Kelompok Riset Cekungan Bandung dan IAGI Jabar Banten (Ig: @tbachtiargeo)
14 April 2023
BandungBergerak.id – Ketika aliran Ci Tarum dibendung menjadi Danau Saguling menyebabkan 8 km ruas Ci Tarum mulai bendungan Danau Saguling sampai Sanghyangpoek tidak lagi dialiri sungai induknya, tetapi airnya hanya dipasok oleh anak-anak sungai dan mata air yang bersih yang ada di sepanjang ruas sungai itu. Itulah yang menyebabkan air sungainya masih bersih, karena semua air yang telah tercemar masuk ke Danau Saguling kemudian dikeluarkan kembali melalui pipa pesat, masuk ke rumah pembangkit Saguling di Sanghyangtikoro.
Dari 300 km aliran Ci Tarum, masih 8 km yang airnya bersih. Di sepanjang ruas Ci Tarum bersih inilah oleh warga setempat dirintis menjadi destinasi wisata yang memiliki daya tarik ilmu pengetahuan dan petualangan. Destinasi yang sudah dikelola oleh masyarakat setempat secara swadaya, yaitu: Cikahuripan, Curug Halimun, Sanghyangheuleut, Sanghyangpoek, dan Sanghyangkenit. Merekalah yang telah merintis pengelolaan di ruas Ci Tarum bersih sepanjang 8 km. Pengunjung harus berjalan menuruni lereng untuk untuk menuju dasar lembah Ci Tarum yang megah, dengan beragam jenis batuan dan jejak dinamika bumi yang terekam dalam beragam bentuk, seperti batuan yang berlapis-lapis, batuan yang terangkat hingga miring, bergeser, terlipat, dan yang terpatahkan.
Di dasar sungai berbatu terdapat batu-batu berlubang seperti silinder yang terbuka, mulai sebesar gelas sampai yang sebesar drum. Itulah pothole atau jublegan, karena bentuknya menyerupai lubang jubleg yakni lubang tempat menumbuk padi, atau yang lebih kecil mirip lulumpang, lumpang.
Aliran Ci Tarum yang deras pada masa lalu, membawa beragam ukuran batuan, baik yang berguling di dasar sungai, atau yang berputar meloncat-loncat di bagian tengah. Batu-batu yang bergerak saling berbenturan, pasir yang hanyut ikut menghaluskan. Dalam proses waktu yang sangat lama, karena adanya tekanan, benturan, pusaran, gesekan, telah menyebabkan ada bagian batu yang hancur, kemudian membentuk cekungan kecil. Cekungan kecil itu kemudian terisi oleh pasir dan kerikil yang terjebak, lalu berputar bergasing tiada henti selama puluhan ribu tahun. Pasir dan kerikil yang terjebak itu menjadi mata bor alami yang terus berputar mengikis batuan yang keras dari dalam, sampai membentuk silinder yang makin lama makin membesar.
Di sini juga terdapat batuan yang menyerupai golok panjang atau gobang. Terinspirasi oleh bentuk gobang alami inilah, maka lubuk di sana dinamai Leuwi Gobang oleh masyarakat setempat pada masa lalu. Itu batuan yang terbentuk jutaan tahun lalu, yang mengendap di laut dangkal yang tenang, sedimen laut berwarna hitam. Endapan itu kemudian tertekan, terdorong hingga melipat, lalu terangkat ke permukaan. Setelah terangkat, bagian atas dari lipatan batuan itu tererosi, membentuk batuan yang berlapis miring dan memanjang, ada yang menyerupai gobang.
Baca Juga: NGABUBURIT MENYIGI BUMI #22: Gunung Tangkubanparahu Cucu Gunung Jayagiri
NGABUBURIT MENYIGI BUMI #21: Rangkaian Bukit Pasir di Pameungpeuk Peredam Tsunami
NGABUBURIT MENYIGI BUMI #20: Babalongan, Punden Berundak Tanah Khas Bukit Tunggul
NGABUBURIT MENYIGI BUMI #19: Gunung Cereme Anak Gunung Gegerhalang
Arsip Sejarah Bumi pada Aliran Ci Tarum
Berwisata di kawasan ini, dapat mengetahui perjalanan sejarah bumi, karena arsip sejarah buminya terekam dalam beragam satuan batuan yang khas dan memiliki ciri mandiri yang disebut formasi batuan yaitu Formasi Rajamandala, Formasi Citarum, dan Formasi Saguling.
Formasi Rajamandala itu batuannya berupa batu gamping terumbu, ganggang, foraminifera, moluska, lempung abu-abu gelap, bersisipan batu pasir kuarsa, dan lempung karbonat. Formasi Citarum batuannya berupa sedimen laut, dan Formasi Saguling batuannya berupa breksi vulkanik.
Di ruas Ci Tarum inilah terdapat bagian sungai yang paling sempit, lebarnya hanya 4 m – 5 m. Paling sempit, karena lebar Ci Tarum pada umumnya saat berair penuh lebih dari 75 m. Aliran Ci Tarum seperti memasuki corong, menyebabkan aliran sungai menjadi sangat deras. Di ujungnya terdapat air tejun yang jatuh di bongkah-bongkah batu besar. Ada juga air terjun yang tinggi, seperti Curug Halimun, pastilah tongkang tidak akan selamat melewatinya. Juga banyak bongkah batu raksasa dengan beragam bentuk, mulai yang membundar sampai yang berujung tajam.
Di bagian tersempit inilah dibuat jembatan kecil (sasak), yang dibuat dengan mengikat tiga-empat batang bambu, atau satu batang pohon yang besar, sehingga warga di sebelah barat Ci Tarum, juga sebaliknya, dapat menjelajah ke berbagai kawasan, terabadikan dalam nama-nama geografi seperti Cukangbingbin dan Cukangrahong. Ci Tarum pun pernah dijadikan pembatas wilayah dua kerajaan. Sebelah timur Ci Tarum masuk ke dalam wilayah Kerajaan Galuh, dan sebelah barat Ci Tarum masuk ke dalam wilayah Kerajaan Sunda.
Danau Bandung Purba Barat bobol di bagian tersempit dari Ci Tarum, mulai dari Cukangbingbin hingga Cukangrahong. Batuannya berupa breksi gunungapi yang menyerupai beton yang sangat kuat dan kokoh. Ketika terjadi gempa besar yang dapat menghancurkan bagian terlemah dari tempat ini, kemudian membentuk celah sempit yang memanjang, yang diikuti pengikisan oleh air yang terus-menerus. Proses itulah yang telah menyebabkan Danau Bandung Purba Barat bobol sekitar 16.000 tahun yang lalu.
Melihat rona bumi dasar sungai seperti itu, pada saat air Ci Tarum dalam kondisi penuh, tidaklah mungkin dapat dilalui tongkang, sehingga hasil kopi yang berlimpah dari Priangan tidak bisa diangkut melalui Ci Tarum. Karung kopi dan hasil perkebunan lainnya diangkut melalui darat dengan cara dipikul, atau dibawa di atas punggung kerbau, sampai aliran sungai memungkinkan untuk dilayari tongkang. Dipilih Cikaobandung yang berada di pinggir Ci Tarum di daerah Purwakarta, paling memungkinkan untuk dijadikan dermaga pengiriman kopi yang sudah siap untuk diangkut. Dari sana tongkang meluncur ke muara Ci Tarum, disambung melalui jalur laut selepas Muaragembong menuju pelabuhan di Batavia.
Kerinduan masyarakat untuk mengenali alam sambil berwisata, dapat terpenuhi di kawasan ini. Ketika para pengunjung sampai di lembah Ci Tarum berair bersih, mereka merayakannya dengan menyeburkan diri ke dalam air dengan sukacita. Ruas Ci Tarum ini dapat dijadikan laboratorium kebumian yang menarik bagi siapa saja yang meminati ilmu-ilmu kebumian dan rindu untuk berenang di sungai yang bersih.