• Kolom
  • NGABUBURIT MENYIGI BUMI #19: Gunung Cereme Anak Gunung Gegerhalang

NGABUBURIT MENYIGI BUMI #19: Gunung Cereme Anak Gunung Gegerhalang

Pendaki yang melewati jalur Palutungan di Kuningan, menuju puncak Gunung Cereme akan melintasi sebagian lingkaran kaldera sisa letusan dahsyat Gunung Gegerhalang.

T. Bachtiar

Geografiwan Indonesia, anggota Kelompok Riset Cekungan Bandung dan IAGI Jabar Banten (Ig: @tbachtiargeo)

Gunung Cereme, anak Gunung Gegerhalang yang lahir sejak 13.350 tahun yang lalu. (Foto: T Bachtiar)

10 April 2023


BandungBergerak.id – Yang nanti di puncak Gunung Cereme itu akhirnya datang. Tirai malam mulai digulung perlahan. Bersitan cahaya kuning keemasan menggaris di cakrawala. Warna-warni yang megah dikegelapan. Tiba-tiba warna merah kekuningan memulas langit, cahayanya memberi kejelasan pada awan-awan yang mengapas berarak halus. Di ufuk timur, lengkungan bola raksasa matahari mulai menyembul perlahan. Hanya dalam hitungan detik, bulatan utuh matahari kuning kemerahan itu terlihat nyata. Langit keemasan dengan sapuan warna merah jambu, merah bara, nila, dan hitam. Itulah saat-saat matahari dapat dilihat dengan mata telanjang.

Masih belum beranjak, walau matahari mulai meninggi, dengan cahayanya yang menyilaukan. Gunung Cereme (+3.078 m dpl), atau Gunung Ciremai, gunungapi tertinggi di Jawa Barat ini merupakan gunungapi aktif tipe A yang soliter, tegak menyendiri di pantai utara Jawa Barat. Tiga kawahnya, Kawah Barat, Kawah Timur, dan Guha Walet. Guha Walet, menurut Taverne, seperti dikutip oleh K Kusumadinata (1979), merupakan sisa kawah tua berukuran 1.300 m x 1.000 m.

Ada empat jalur untuk mencapai puncak Gunung Cereme yaitu Jalur Palutungan, Jalur Linggajati, Jalur Linggasana, dan Jalur Apuy. Bagi para pendaki yang pernah ke Gunung Cereme melalui jalur Palutungan di Desa Cisantana, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, akan berjalan cukup panjang, memakan waktu 10 jam. Namun, bagi para pendaki yang ingin mengamati sisa kedahsyatan letusan Gunung Gegerhalang, ibu Gunung Cereme, patut mencoba jalur ini. Sebab kaldera yang tersisa hanya separuh lingkaran kaldera yang di tenggara Gunung Cereme saat ini.

Baca Juga: NGABUBURIT MENYIGI BUMI #18: Memitigasi Dampak Guguntur dari Gunung Guntur
NGABUBURIT MENYIGI BUMI #17: Gunung Cinta untuk Laboratorium Kegunungapian
NGABUBURIT MENYIGI BUMI #16: Jangan Tunggu Terjadi Longsor di Desa Pasanggrahan Purwakarta
NGABUBURIT MENYIGI BUMI #15: Gunung Singa Fosil Gunungapi Berumur 4 Juta Tahun

Kaldera Gunung Gegerhalang

Bagi yang pernah melalui jalur ini, di tengah-tengah antara Pos-2 dan Pos-3, terdapat celah di antara rangkaian tebing yang melingkar di sebelah kiri dan di sebelah kanan celah. Kedua dua dinding yang melengkung panjang itulah lingkaran kaldera Gunung Gegerhalang. Perjalanan dari Pos-2 sampai Pos-4, akan melipir di dinding lingkaran dalam kaldera Gegerhalang sisi barat daya yang panjangnya 4,2 km. Dari Pos-5, perjalanan berada di lereng Gunung Cereme, anak gunung yang lahir dari kaldera Gunung Gegerhalang, dengan medan yang terus menanjak.    

Untuk mengetahui seberapa dahsyat letusan Gunung Gegerhalang, dapat dilihat dari besar kalderanya. Diameter kaldera Gunung Gegerhalang dapat dibandingkan dengan diameter kawah anak gunungnya. Diameter kawah timur Gunung Cereme 554 m, dan diameter kawah baratnya 445 m. Panjang dua kawah arah barat-timur 853 m. Bandingannya, diameter kaldera Gunung Gegerhalang 4,5 km.

Lingkaran kaldera yang tersisa berada di ketinggian 1.200 m dpl sampai 1.900 m dpl. Lingkaran kaldera yang tersisa itu terbagi menjadi dua bagian, pertama lingkaran kaldera yang berada di sisi barat daya sepanjang 4,2 km, dan di sisi timurnya sepanjang 3,2 km. Kedua sisa lingkaran kaldera itu dipisahkan oleh celah selebar 1,5 km. Celah yang dalam itulah yang menjadi gerbang masuk ke Gunung Cereme melalui jalur pendakian Palutungan.

Diperkirakan tinggi Gunung Gegerhalang mencapai +4.000 m dpl. Letusan-letusannya berupa letusan ekplosif yang mengalirkan lahar dan hujan material letusan, saling susun dengan letusan efusif yang mengalirkan lava. Menurut T Situmorang, RD Hadisantono, dan P Asmoro (1995), telah terjadi letusan dahsyat Gunung Gegerhalang 48.800 tahun yang lalu, yang mengalirkan lahar ke berbagai arahnya. Kota Kuningan yang jaraknya hanya 10 km, tertimbun lahar hujan cukup tebal. Sebaran aliran laharnya mencapai kawasan lebih dari 40 km jauhnya.

Pembentukan kaldera Gunung Gegerhalang diawali dengan kenaikkan magma bertekanan tinggi hingga menyebabkan terjadinya letusan eksplosif, letusan yang menghamburkan material letusan dari dalam tubuh gunung ke atmosfer dalam jumlah yang sangat banyak. Maka terjadilah kekosongan di dalam tubuh gunungapi, yang menyebabkan terbentuknya retakan-retakan di puncak gunung. Ketika tubuh gunung bagian bawah tidak mampu menahan beban bagian atas gunung karena tidak ada yang menopang, maka runtuhlah bagian atas gunung ke dalam tubuh gunung, mengisi kembali bagian tubuh gunung yang telah dikosongkan saat letusa. Terbentuklah kawah yang sangat besar, diameternya lebih besar dari 2 km, yang disebut kaldera.

Karena letusan ekplosif yang sangat besar itulah yang telah menyebabkan separuh lingkaran kaldera Gunung Gegerhalang sisi barat laut runtuh. Ke tempat itulah longsoran gunungapi mengarah, kemudian menimbun wilayah utara-barat laut dalam jumlah yang sangat banyak.

Pasca pembentukan kaldera Gunung Gegerhalang, terjadi letusan samping. Bila diukur dari tengah-tengah kaldera Gunung Gegerhalang ke gunung-gunung yang baru lahir itu, seperti ke Gunung Buntung, jaraknya 7,5 km di arah barat laut kaldera. Gunung Dalang di utara kaldera, jaraknya 6,5 km. Gunung Pucuk di ujung barat lingkaran kaldera, jaraknya hanya 300 m. Dan Gunung Sukageri di tenggara kaldera, jaraknya 5 km.

Dinamika kegunungapian disusul dengan kemunculan kegiatan Gunung Cereme pada 13.350 tahun yang lalu. Gunungapi ini tumbuh di sisi utara lingkaran Kaldera Gegerhalang. Letusan-letusan Gunung Cereme menghasilkan aliran lava, endapan awan panas, jatuhan piroklastika, dan lahar, yang telah membentuk Cereme sebagai gunungapi komposit. Material letusan Gunung Cereme ada yang membanjir melalui celah di antara lingkaran dinding kaldera Gegerhalang ke arah timur, yang menjadi perlintasan para pendaki dari Jalur Palutungan. Paling banyak, material letusannya mengarah ke arah kaldera Gunung Gegerhalang sisi barat laut yang telah runtuh pada saat letusan eksplosif yang dahsyat. Karena itulah maka keberadaan lingkaran kaldera Gegerhalang semakin tidak nampak.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//