• Kolom
  • NGABUBURIT MENYIGI BUMI #16: Jangan Tunggu Terjadi Longsor di Desa Pasanggrahan Purwakarta

NGABUBURIT MENYIGI BUMI #16: Jangan Tunggu Terjadi Longsor di Desa Pasanggrahan Purwakarta

Gerakan tanah sedang terjadi di Kampung Cirangkong, Desa Pasanggrahan, di kaki Gunung Parang Purwakarta. Tanah turun yang paling dalam mencapai 2,5 meter.

T. Bachtiar

Geografiwan Indonesia, anggota Kelompok Riset Cekungan Bandung dan IAGI Jabar Banten (Ig: @tbachtiargeo)

Sketsa gerakan tanah yang terjadi di Desa Pasanggrahan, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Purwakarta. (Foto: Sketsa T Bachtiar)

7 April 2023


BandungBergerak.id – Pada tanggal 30 Maret 2023, dua pemanjat tebing dari Skygers, ngabuburit di bongkahan batu raksasa di kaki Gunung Parang, di Kampung Cirangkong, Desa Pasanggrahan, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Purwakarta. Namun kegiatan bouldering, memanjat dinding batu secara bebas tanpa alat bantu, tidak berlanjut, karena hujan gerimis turun. Warga setempat menyarankan untuk tidak melanjutkan, khawatir tidak bisa pulang, karena terus terjadi gerakan tanah yang sudah terjadi dua tahun lebih.

Kerusakan beton jalan sudah terjadi sejak tahun 2021, telah menyebabkan beton jalan patah-patah dan bergeser lebih dari 1,5 m. Namun gerakan tanahnya belum terlalu besar, namun terus merayap. Begitu pun pada saat kegiatan nasional bouldering yang diselenggarakan oleh Skygear pada tanggal 27 Maret 2022, kerusakan beton jalan semakin terlihat jelas, bahkan meluas ke jalan setapak dari beton yang menurun ke arah lokasi kegiatan. Gerakan tanah di lokasi kegiatan belum terlihat besar, namun ada.

Angga Resgiana Direza pada tanggal 30 Maret 2023 membuat video yang memperlihatkan dampak pergerakan tanah tersebut. Di sana terjadi penurunan tanah di beberapa lokasi. Penurunan tanah itu terlihat jelas di pangkal batu-batu besar yang tanahnya turun. Bagian dasar batu yang semula terbenam hingga permukaan tanah bagian atas, kini tanahnya turun, meninggalkan warna kekuningan yang terlihat nyata. Warna kuning itu menunjukkan telah terjadi penurunan tanah di sana. Tanah turun yang paling dalam mencapai 2,5 meter. Menurut warga setempat, gerakan tanah terus berlangsung, semakin terlihat pada saat hujan lebat.

Secara keseluruhan, lahannya miring ke arah Danau Jatiluhur. Bila diukur jaraknya dari kaki Gunung Parang pada ketinggian +400 m dpl sampai ke pantai danau pada ketinggian +110 m dpl, jaraknya tiga km, dengan beda tinggi 290 m.

Baca Juga: NGABUBURIT MENYIGI BUMI #15: Gunung Singa Fosil Gunungapi Berumur 4 Juta Tahun
NGABUBURIT MENYIGI BUMI #14: Semua Belajar dari Letusan Gunung Galunggung Untuk Kemanusiaan
NGABUBURIT MENYIGI BUMI #13: Gunung Gelap di Garut, Penangkal Halilintar dan Gelegar Guntur
NGABUBURIT MENYIGI BUMI #12: Gunung Kaseproke Mengabadikan Kisah Kasih Tak Sampai

Gerakan Tanah yang Sedang Berlangsung

Karakteristik alamnya, sangat memungkinkan terjadinya gerakan tanah. Apalagi bila dipicu oleh kegiatan manusia yang memperbesar peluang terjadinya longsor. Secara umum, batuan dasarnya kedap air, sehingga tanah lunak yang berupa napal, batulempung, serpih lempungan yang menindih di atasnya, sangat rentan terjadinya longsor. Batuan ini sangat peka terhadap air yang meresap. Air cukup berlimpah di sana, dicirikan dengan adanya anak sungai dengan alirannya yang deras. Semakin sempurna pemicu longsor itu, ketika hujan terjadi hujan yang deras. Air tergenang di lahan yang berteras-teras, meresap masuk ke dalam tanah sampai di batuan dasar yang kedap air. Akibatnya tanah di dalam menjadi jenuh dengan air. Dan, ketika gaya menahan beban lebih kecil dari gaya dorong atau gaya tariknya, maka terjadilah longsor menurun di lereng yang miring.

Ketika musim kemarau datang, akan terjadi penguapan air yang terkandung di permukaan tanah. Hal ini menyebabkan terbentuknya pori-pori yang membesar sampai terbentuknya retakan yang memanjang di permukaan tanah. Ketika musim penghujan datang, air meteorik dengan mudah masuk ke dalam retakan-retakan itu, menyebabkan tanah dengan cepat akan mengembang kembali. Air yang masuk ke dalam retakan itu menyebabkan kandungan air dalam tanah menjadi jenuh dalam waktu yang singkat. Air yang terkumpul di batuan dasar lereng yang kedap air, menjadi penyebab terjadinya gerakan tanah.

Apakah perubahan tinggi-rendahnya muka air Danau Jatiluhur di sana, yang menyangga lereng ketika air danau tinggi, dan ketika air danau turun, menyangga lereng itu menjadi hilang, akan melepaskan sanggaannya. Apakah kejadian turun-naiknya permukaan air danau juga akan berpengaruh pada gerakan tanah di lereng-lereng atasnya, di lahan-lahan yang sangat peka menggelincir?

Kawasan yang tanahnya sangat peka menggelincir, bila terdapat gangguan keseimbangan di lahan bagian atas, maka kerusakan itu akan menjadi pemicu yang dapat mendorong kawasan di bagian bawahnya. Sebaliknya, bila gangguan keseimbangan itu terjadi di lahan bagian bawah, maka kerusakan keseimbangan itu akan menjadi pemicu yang dapat menarik kawasan di bagian atasnya. Jadi, kerusakan yang disebabkan oleh campur tangan manusia yang keliru dalam menata kawasan, dapat menjadi penyebab terjadinya longsor. Kekeliruan itu baik terjadi di bawah kawasan atau di bagian atas kawasan.

Gerakan tanah yang sedang terjadi di Kampung Cirangkong, Desa Pasanggrahan, Kecamatan Tegalwaru itu akan terus terjadi, bila tanpa adanya usaha yang sungguh-sungguh untuk menyelesaikan persoalan ini. Dampaknya sudah nyata, dan merugikan masyarakat dengan terputusnya jalan. Yang harus diwaspadai adalah terjadi gerakan tanah yang lebih besar, yang mengganggu kehidupan warga, bahkan dikhawatirkan dapat menimbulkan korban jiwa. Di sana sudah ada warga yang bermukim, dan, pada jarak 1,19 km dari kaki Gunung Parang ke arah danau, lembah di antara bukit-bukit batu itu menuruni persawahan yang berteras-teras, dan memotong jalan di Desa Panyindangan, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Purwakarta.

Upaya sederhana yang dapat segera dilaksanakan adalah dengan membuat parit-parit, untuk mengalirkan air agar tidak meresap di kawasan itu. Air dari sungai kecil yang deras, yang terdapat di bagian atas lahan ini, jangan sampai ada yang mengalir ke lahan yang sedang bergerak. Rekahan-rekahan yang terbentuk sebelumnya saat terjadi gerakan tanah, di bagian tanah yang turun dan bergerak itu harus segera diisi dan dijejali tanah sampai padat, sehingga air tidak dapat lolos ke dalam.

Upaya penanggulangan gerakan tanah, sekecil apapun harus segera diupayakan, sebelum terjadi masalah yang lebih besar. Semoga.

 

Editor: Tri Joko Her Riadi

COMMENTS

//