• Kolom
  • NGABUBURIT MENYIGI BUMI #12: Gunung Kaseproke Mengabadikan Kisah Kasih Tak Sampai

NGABUBURIT MENYIGI BUMI #12: Gunung Kaseproke Mengabadikan Kisah Kasih Tak Sampai

Dua makna yang berkebalikan pada “kaséproké”, yakni tampan dan buruk rupa. Sakakala Gunung Kaseproke dan Gunung Putri dalam buku Min Resmana menerangkannya.

T. Bachtiar

Geografiwan Indonesia, anggota Kelompok Riset Cekungan Bandung dan IAGI Jabar Banten (Ig: @tbachtiargeo)

Letak Gunung Kaseproke dalam Peta Topografi Lembar Kopo yang diterbitkan oleh Topographisch Bureau tahun 1908. (Peta: KITLV Heritage Collection)

3 April 2023


BandungBergerak.id – Di Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung, ada nama geografi Desa Kiangroke. Masih di Kabupaten Bandung, ada juga nama geografi Gunung Kaseproke di Desa Sukamulya, Kecamatan Kutawaringin. Gunung Kaseproke ini merupakan bukit dalam rangkaian gunungapi purba antara Soreang – Cililin – Batujajar.

Pertama kali mengenal Gunung Kaseproke dari Aep Nurjaman (50 tahun), pada saat diajak mengenali satu per satu bukit-bukit yang ada di sana. Aep menceritakan, di sana ada kepercayaan dari para pinisepuh, bahwa rona bumi bukit yang menghadap ke Cililin (barat), keadaannya sangat baik dan indah. Demikian juga paras perempuan penghuninya. Sedangkan bagian yang menghadap ke timur, rona buminya tidak seindah yang menghadap ke barat.

Cerita lisan yang dituturkan oleh Aep Nurjaman ini saya ingat, dan penasaran juga ingin kembali ke sana. Sampai akhirnya Dr Retty Isnendes, dosen Universitas Pendidikan Indonesia, mengirimkan foto beberapa halaman buku Japati jeung Inten karya Min Resmana, yang diterbitkan tahun 1982. Dalam buku itu ada bagian yang menceritakan sakakala Gunung Kaseproke dan Gunung Putri.

Selain dalam kamus bahasa Sunda, kata roké juga terdapat dalam nasihat berbentuk sawer yang dinyanyikan pada saat pernikahan, seperti dalam buku Puisi Sawer Bahasa Sunda hasil penelitian Dra Yetty Kusmiaty Hadish, dkk. Buku ini diterbitkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, di Jakarta, tahun?1986.

 Geura gedé geura jangkung / Panimang nini paraji / geura angkat anggang-anggang / ngan sing bisa mulang deui / geura laksana kahayang / ngan sing bisa malik jinis.

(Segeralah dewasa / timangan mak dukun bayi / pergilan merantau / namun bisalah kembali / tercapailah cita-cita / namun bisalah kembali dalam keselamatan.)

 Najan ngapung ngalanglang / handap deui handap deui / najan teuleum ngadasaran / ngambul deui ngambul deui / da ujang asal ti tengah / jungkrang roké pinggir gawir

(Walaupun terbang setinggi mungkin / turun lagi turun lagi / walaupun menyelam sedalam mungkin / tersembul lagi, tersembul lagi / karena ujang berasal dari tengah / lurah dalam pinggir tebing)

 Tapak luluh tapak luju / tapak banjir sakuriling / geus anggeus anggeus-anggeusan  / kari ujang nu walagri kari / ujang nu waluya / dipusti-pusti-pusti.

(Bekas injakan bekas galian / bekas banjir seputarnya / sudah akhir seakhirnya / tinggal ujang yang selamat / tinggalah ujang yang sejahtera / dijaga, dijaga-jaga.)

Dalam saer ini, roké berarti lurah atau jurang yang dalam di pinggir tebing. Makna kata yang sama, terdapat dalam beberapa kamus bahasa Sunda. Menurut S Coolsma (1913) dalam Sundaneesche-Hollandsch Woordenboek, jalan roké, jalur di gunung yang tidak rata dan sempit. Dalam kamus R Satjadibrata (cetakan tahun 2005), dalam Kamus Basa Sunda, roké berarti garokgék, henteu rata (jalan), jalan berbatu, tidak rata. Menurut RA Danadibrata (2015) dalam Kamus Basa Sunda, roké berarti garokgék, taringgul, jalan yang tidak rata, jalan berbatu.

Baca Juga: NGABUBURIT MENYIGI BUMI #11: Jejak Bunga Karang di Perbukitan Citatah
NGABUBURIT MENYIGI BUMI #10: Kemegahan Raksasa, Letusan Gunung Gumuruh yang Menimbun Cianjur
NGABUBURIT MENYIGI BUMI #9: Gunung Lembu dan Gunung Parang, Bertahan Selama Dua Juta Tahun
NGABUBURIT MENYIGI BUMI #8: Santirah dan Jojogan, Gua Bawah Tanah yang Berubah Menjadi Sungai Terbuka

Gunung Kaseproke

Apa artinya kaséproké sampai menjadi nama geografi Gunung Kaseproke? Kaséproké terdiri dari dua kata, yaitu kasép dan roké. Kasép berarti laki-laki yang tampan, gagah, elok rupanya. Sedangkan roké bermakna arti pinjaman dari keadaan jalan yang buruk, yang berada di pinggir jurang yang dalam. Sehingga roké di sini bermakna kebalikan dari kasép, yaitu goreng patut, buruk rupa, kalau disebandingkan artinya untuk seorang laki-laki.

Lalu, apa maknanya nama geografi yang paradoks ini? Ada dua makna kata yang saling berlawanan. Kasép dan roké, tampan dan buruk rupa. Agar mendapatkan gambaran, terdapat sakakala dalam buku Min Resmana, bagaimana terbentuknya Gunung Kaseproke dan Gunung Putri.

Singkat cerita, ada seorang pemuda kaya raya yang bernama Asép Roké, sehingga ia dengan percaya diri bermaksud melamar putri cantik. Ketika Asép Roké mengutarakan maksudnya untuk melamar kepada putri cantik itu, ia tidak menolak. Namun putri itu mengajukan permintaan, datanglah ke rumah sebelum matahari terbenam dengan membawa kerbau bertanduk baplang, bertanduk melengkung panjang. Permintaan putri itu sangat enteng bagi Asép Roké, kekayaan sultan yang tajir-melintir. Orang tuanya memang sangat kaya raya, luas sawah kebunnya dan banyak kerbaunya.

Dengan menuntun kerbau bertanduk baplang, Asép Roké berjalan ke arah barat. Kalau di plot dalam peta saat ini, ia sudah berjalan sejauh 7 km, lalu menyeberang Ci Widey.

Perjalanan di perbukitan batu yang bergelombang, dengan tutupan belantara yang rapat. Perjalanan menanjak di pinggir jurang dengan lembah yang dalam. Diperlukan perjalanan sejauh empat kilometer lagi untuk mencapai rumah putri idaman hati. Namun jarak yang hanya empat kilometer itu ia tempuh dengan susah payah dan memakan waktu yang sangat lama.

Setelah berjalan tiga kilometer, tirai malam mulai diturunkan. Lembayung memulas langit. Padahal hanya tinggal satu kilometer lagi. Asép Roké tak kuasa berjalan. Begitu pun sang kerbau baplang tidak mau bergerak sedikit pun. Akhirnya waktu untuk melamar putri yang diidam-idamkan pupus sudah. Ketika waktunya berakhir, Asép Roké berubah wujud menjadi bukit batu, abadi sampai sekarang menjadi Gunung Kaseproké. Demikian juga kerbau baplang, mewujud menjadi batu di kaki bukit. Dengan kekuatan rasa kasih yang tak kesampaian, Asép Roké pun menjeritkan harapan. Dan, putri cantik pun berubah wujud menjadi bukit batu, abadi menjadi Gunung Putri.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//