• Kolom
  • NGABUBURIT MENYIGI BUMI #9: Gunung Lembu dan Gunung Parang, Bertahan Selama Dua Juta Tahun

NGABUBURIT MENYIGI BUMI #9: Gunung Lembu dan Gunung Parang, Bertahan Selama Dua Juta Tahun

Gunung Lembu dan Gunung Parang di Purwakarta adalah dua contoh sumbat lava dari gunungapi purba yang terkuat yang masih bertahan. Menjadi destinasi wisata.

T. Bachtiar

Geografiwan Indonesia, anggota Kelompok Riset Cekungan Bandung dan IAGI Jabar Banten (Ig: @tbachtiargeo)

Bongkah batu raksasa dengan latar Gunung Parang. (Foto: Angga Resgiana D.)

31 Maret 2023


BandungBergerak.id – Di ketinggian dinding batu terjal, para pemanjat sedang menyelesaikan tahap akhir pemanjatan. Sebentar lagi akan sampai di dua menara yang dipisahkan oleh lekukan yang menganga ke angkasa. Dinding batu hitam bergaris putih itu memantulkan panas matahari yang menyengat. Di tebing batu yang lain, para wisatawan sedang memanjat tebing tegak dengan bantuan ratusan titian dari besi yang ditancapkan ke dinding batu.

Menara-menara batu raksasa yang menjulang di tepian Danau Jatiluhur, di Desa Sukamulya, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, jumlahnya mencapai 62 bukit (Sudjatmiko, 2003). Tinggi gunung batunya antara 250 m - 984 m dpl. Gunung-gunung batu itu sangat mungkin umurnya sebanding dengan umur lava Gunungapi Sanggabuana, berumur dua juta tahun, seperti yang diteliti oleh Soeria-Atmadja. Lokasi gunungnya berada di sebelah barat kompleks gunungapi purba.

Gunung-gunung batu dan bongkah-bongkah raksasa batu itu, bersumber dari letusan-letusan dahsyat gunungapi purba, yang berjajar di sekeliling danau. Rona bumi ini menjadi ciri bumi yang khas, mudah dikenali, dan dilihat dari berbagai arah, seperti dari jalan tol Cipularang. Dari kejauhan, bentuk tubuh gunung batunya beragam, ada yang kerucut, ada yang tinggi memanjang, ada yang tegak bercagak di puncaknya, dan ada yang melengkung di punggungnya. Sebagai contoh, ada dua bukit batu yang menonjol dan sudah sangat dikenali, yaitu Gunung Lembu dan Gunung Parang.

Gunung-gunung batu yang kini menjadi tempat olah raga panjat tebing dan destinasi wisata panjat tebing, pada awal pembentukannya merupakan titik-titik tengah dari gunungapi purba. Proses pembentukan sumbat lava itu diawali dengan naiknya magma cair pijar yang suhunya antara 900 derajat C - 1.200 derajat C menuju permukaan. Magma yang berada di kantung-kantung magma di dalam perut bumi, terus menekan kuat, mendesak ke luar melalui pipa gunungapi atau conduit. Dorongan magma itulah yang telah membangun gunungapi dengan letusan-letusannya.

Pada fase akhir dari letusan gunungapi, ketika energi letusannya melemah karena tidak ada lagi pasokan magma dari kantong-kantong magma, maka magma yang sudah sampai di leher gunungapi bagian atas, secara sangat lambat akan membatu dan mendingin di leher gunungapi. Wujud itulah yang disebut sumbat lava, lava yang menyumbat pipa gunungapi. Sangat mungkin, masa aktif gunung-gunungapi purba di seputar Danau Jatiluhur tak berumur panjang. Hanya beberapa periode letusan, setelah itu mati.

Baca Juga: NGABUBURIT MENYIGI BUMI #8: Santirah dan Jojogan, Gua Bawah Tanah yang Berubah Menjadi Sungai Terbuka
NGABUBURIT MENYIGI BUMI #7: Mewaspadai Letusan Gunung Salak dan Banjir Guguran Puing
NGABUBURIT MENYIGI BUMI #6: Cipanas, Air yang Direbus Panas Magma
NGABUBURIT MENYIGI BUMI #5: Sabuk Hijau Melindungi Kemegahan Pantai dan Warga Pangandaran

Cuaca yang Membentuk Tampilan Sumbat Lava

Setelah gunungapi itu mati, faktor cuaca menjadi sangat berperan dalam membentuk bagian luar dari sumbat lava. Panas matahari, dinginnya malam, hujan, petir, angin, gempa bumi, akar tumbuhan, semuanya berpengaruh dalam proses memecahkan batuan, melapukkannya, mengerosi, memindahkan, hingga bagian yang lemah akan bergerak turun ke kaki gunung dengan beragam cara.

Ada bagian dari gunung batu itu yang memecah menjadi bongkah-bongkah raksasa, ada juga yang kecil dan tipis setebal kulit kayu, bahkan ada yang melapuk sehalus tanah. Pecahan batu yang tidak seimbang di ketinggian, akan roboh, berguling-guling di lereng yang curam. Atau karena pecahan batu itu berukuran sangat besar dan panjang, maka lava itu hanya menggelongsor sampai di kaki gunung. Bongkah batu raksasa yang panjangnya mencapai lima meter, bisa juga berasal dari letusan gunungapi maha dahsyat, yang berupa bom gunungapi yang dilontarkan saat letusan.

Gunung-gunung batu yang bertahan sampai saat ini, merupakan sumbat lava dan bom gunungapi yang terkuat, yang tetap berdiri tegak selama dua juta tahun, yang tersingkap di permukaan. Sumbat lava yang bertahan dalam proses alam yang panjang itu telah menghasilkan bentukan yang khas, membentuk beragam rupa. Ada yang menyerupai sapi, lembu yang sedang duduk, maka dinamailah Gunung Lembu. Sedangkan bukit batu tegak dengan tebingnya yang terjal, dinamailah Gunung Parang. Parang bermakna tebing batu yang terjal (P.J. Zoetmulder, 2011). Gunung Lembu dan Gunung Parang, adalah dua contoh sumbat lava dari gunungapi purba yang terkuat, yang bertahan hingga kini.

Di kaki gunung-gunung batu itu berserakan bongkah-bongkah batu seukuran bus dan elf. Ada yang terserak di persawahan, di tengah kebun, di halaman rumah, berjajar di pinggir danau, di pinggir jalan, membentuk instalasi alam yang kolosal.

Kompleks gunungapi purba di pinggiran Danau Jatiluhur ini sangat istimewa sebagai laboratorium kebumian. Dapat dijadikan sebagai sumber belajar yang menarik dan mengagumkan tentang gunungapi puba melalui kegiatan panjat tebing dan geowisata. Dengan cara itulah keberadaan gunungapi purba ini akan tetap ada selamanya, dan nilai ekonomi bagi warga setempat akan terus mengalir. Karena yang dijualnya berupa “jasa” dari gunung batu itu, bukan menjual fisik batunya!

 

Editor: Redaksi

COMMENTS

//