• Kolom
  • NGABUBURIT MENYIGI BUMI #29: Curug Jompong, Tempat Bobolnya Danau Bandung Purba 16.000 Tahun yang Lalu

NGABUBURIT MENYIGI BUMI #29: Curug Jompong, Tempat Bobolnya Danau Bandung Purba 16.000 Tahun yang Lalu

Warna bebatuan Curug Jompong telah berubah dari abu-abu menjadi menyerupai tembikar. Gara-gara tercelup limbah cair buangan industri selama puluhan tahun.

T. Bachtiar

Geografiwan Indonesia, anggota Kelompok Riset Cekungan Bandung dan IAGI Jabar Banten (Ig: @tbachtiargeo)

Lava di Curug Jompong yang semula abu-abu berubah menjadi warna tembikar karena tercelup polutan selama puluhan tahun. (Foto: T. Bachtiar)

20 April 2023


BandungBergerak.id - Air Ci Tarum yang keruh, jatuh bergemuruh di Curug Jompong, bagian paling hulu Danau Saguling. Sejak 16.000 tahun yang lalu (MAC Dam, 1996), Danau Bandung Purba Timur bobol di tempat ini, menyebabkan perubahan pada aliran Ci Tarum.

Semula, aliran Ci Tarum sebelum 105.000 tahun yang lalu mengarah ke utara sesuai arah kemiringan dasar Cekungan Bandung. Alirannya menerus hingga di utara Padalarang, kemudian berbelok ke barat laut, berbelok lagi menukik ke sungai yang kini bernama Ci Meta. Terbendungnya Ci Tarum di utara Padalarang oleh material letusan dahsyat Gunung Sunda 105.000 tahun yang lalu, menyebabkan tergenangnya aliran sungai yang akhirnya membentuk Danau Bandung Purba yang sangat luas, dengan paras danau tertinggi mencapai 725 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Sejak Danau Bandung Purba Timur bobol, aliran Ci Tarum berbelok ke barat di daerah Nanjung, menoreh endapan Danau Bandung Purba yang tebal, menyayat batuan intrusif di pelana antargunungnya. Peran gempa bumi di garis patahan yang berarah tenggara – barat laut di Curug Jompung, telah berperan mememarkan lava yang masif dan pejal menjadi robekan yang memanjang. Jajaran Pematang Tengah itu berupa gunung api purba berumur empat juta tahun yang lalu, yang berupa batuan terobosan (batuan intrusif) dengan tingkat kekerasan batuan yang tinggi. Warnanya abu-abu cerah dan abu-abu sedikit tua. Beberapa gunung api purba di Pematang Tengah itu yakni Puncaksalam, Pasir Kamuning, Pasir Kalapa, Gunung Lalakon, Pasir Malang, Gunung Selacau, Gunung Lagadar, Gunung Padakasih, Gunung Jatinunggal, dabn Gunung Bohong.

Kejadian alam seperti gempa bumi telah memberikan kesempatan pada air sungai yang deras untuk memperlebar dan memperdalam celah batu menjadi parit yang terus membesar menjadi sungai. Bagian-bagian yang mudah dikikis akan terkelupas, bagian yang mudah lepas menjadi kerikil, menjadi pasir, menjadi lempung, yang mengendap di dasar dan muara sungai. Bongkah lava yang kokoh itu sangat lambat tererosi, sehingga menjadi pangkal ketinggian, menjadi penahan erosi ke hulu. Di batuan terobosan inilah tercipta air terjun, yaitu Curug Jompong.  

Ketika Danau Bandung Purba Barat mulai menyusut, airnya menyayat batuan di Pematang Tengah yang sudah dirobek oleh gempa bumi. Secara perlahan, air yang sangat halus itu mampu menyayat lava yang sangat keras. Akhirnya, sejak 16.000 tahun yang lalu Danau Bandung Purba Timur pun menyusut di Curug Jompong.

Ketika Danau Bandung Purba sudah tergenang antara 15.000 tahun - 65.000 tahun, terjadilah letusan-letusan Gunung Tangkubanparahu, yang material letusannya meluas hingga ke selatan mendekat Ci Tarum. Material letusan Gunung Tangkubanparahu mengisi lembah-lembah di antara perbukitan di Pematang Tengah, sehingga danau raksasa itu menjadi terbagi dua, Danau Bandung Purba Barat dan Danau Bandung Purba Timur. Inilah yang menyebabkan ketika air Danau Bandung Purba Timur menyusut, air kembali di bekas aliran sungai. Namun kini air tidak bisa menerus ke utara, karena tertahan material letusan Gunung Tangkubanparahu di daerah Nanjung. Aliran sungai berbelok ke arah barat, melalui celah tempat bobolnya di Curug Jompong.

Baca Juga: NGABUBURIT MENYIGI BUMI #23: Delapan Kilometer Ci Tarum Bersih Untuk Ilmu dan Pariwisata
NGABUBURIT MENYIGI BUMI #2: Harmoni Hidup di Atas Endapan Danau Bandung Purba

Tercemar Limbah Industri

Saat ini, bebatuan di Curug Jompong berwarna terakota, warna yang menyerupai tembikar, warna-warna yang sudah bercampur, perpaduan warna coklat, merah bata, warna cipeureu atau jingga, warna karat, abu, dan gading. Itu bukanlah warna asli batuan, namun warna-warna ini hasil celupan limbah cair buangan industri tanpa pengolahan, yang langsung digelontorkan ke Ci Tarum selama lebih dari 20 tahun.

Sedikit saja turun dari jembatan baru di dekat terowongan Nanjung ke dasar Ci Tarum yang kering, kita akan mendapati beragam bentukan batuan yang megah. Di sini, kita sudah tidak perlu lagi membuat bangunan-bangunan untuk berswafoto karena batuan itu sendiri sudah menjadi latar swafoto yang mengagumkan. Warna dan bentuk batuannya sangat instagramable. Dinding batu yang megah, lorong di celah batu besar yang memanjang, dan lubang-lubang jublegan (pothole) yang beragam ukuran dan bentuknya. Lubang jublegan itu dalamnya ada yang sampai dua meteran.      

Kemegahan bumi Cekungan Bandung ini menarik hati orang-orang Belanda yang tinggal di Bandung. Mereka bahu-membahu mengembangkan destinasi wisata kebumian. Dari 62 destinasi wisata yang dipromosikan pada zaman kolonial, satu di antaranya adalah Curug Jompong, seperti yang ditulis dalam buku panduan wisata, Gids van Bandoeng en Midden-Priangan, door SA Reitsma en WH Hoogland, yang terbit tahun 1927.

Curug Jompong adalah situs bumi, laboratorium alam, dan monumen bumi dalam rangkaian sejarah bumi Cekungan Bandung, sehingga sangat baik bila dijadikan lokasi studi lapangan ilmu-ilmu kebumian dan destinasi geowisata. Kemegahan bebatuan dan bentukan-bentukan alamnya membuat kita melupakan aroma bau Ci Tarum yang masih terus diguyur limbah.

Editor: Tri Joko Her Riadi

COMMENTS

//