• Nusantara
  • Mencegah Jatuhnya Korban di Sekolah Sebelum Bencana

Mencegah Jatuhnya Korban di Sekolah Sebelum Bencana

Laporan Sekretariat Nasional SPAB menyebutkan terdapat 880 satuan pendidikan yang terdampak bencana. Seribu lebih siswa dan ratusan guru luka-luka, ada korban jiwa.

Para siswa sekolah penyintas gempa Cianjur sedang berlatih untuk berlindung di bawah meja untuk menghadapi bencana gempa bumi. Masih ada siswa yang belajar di tenda darurat setelah lima bulan pasca gempa Cianjur tahun 2022. (Foto: Dokumentasi Save the Children)

Penulis Ahmad Fikri27 April 2023


BandungBergerak.id – Save the Children Indonesia bersama LPBI NU Jawa Barat menyokong Dinas Pendidikan dan Olahraga (Disdikpora) setempat menyelenggarakan pelatihan kesiapsiagaan bencana pada sekolah 25 sekolah di Cianjur. Di antara sekolah-sekolah tersebut 4 SD dan 6 SMP masih menyelenggarakan proses belajar mengajarnya di di tenda darurat setelah lima bulan pasca bencana gempa di Cianjur. Pelatihan yang ditujukan pada anak-anak tersebut melibatkan para kepala sekolah, komite sekolah dan guru untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana.

“Gempa Cianjur terjadi saat proses belajar mengajar masih berlangsung di beberapa sekolah. Banyak warga sekolah yang tidak mengetahui bagaimana cara menyelamatkan diri ketika terjadi bencana. Alhasil, banyak anak dan guru yang terluka, bahkan meninggal karena gempa. Kami melihat urgensi kesiapsiagaan bencana di sekolah dan mendukung Disdikpora Cianjur dalam pelatihan SPAB supaya seluruh warga sekolah memahami cara menyelamatkan diri saat terjadi bencana,” ujar Chief of Advocacy, Campaign, Communication, Media - Save the Children Indonesia, Troy Pantouw dkutip dari keterangannya, Rabu (26/4/2023).

Bencana gempa bumi di Cianjur terjadi saat proses belajar mengajar tengah berlangsung di sekolah. Akibatnya, banyak siswa dan guru menjadi korban. Laporan Sekretariat Nasional Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) menyebutkan, terdapat 880 satuan pendidikan yang terdampak bencana. Sementara itu, 1.716 siswa dan 566 guru luka-luka, serta 45 siswa dan 11 guru meninggal dunia.

Dengan melihat dampak tersebut, Save the Children melihat urgensi pelatihan penguatan kesiapsiagaan menghadapi bencana khususnya di sekolah-sekolah. Selanjutnya bekerjasama dengan LPBI NU Jawa Barat mendukung Dinas Pendidikan dan Olahraga Kabupaten Cianjur melakukan pelatihan pendidikan situasi darurat, pelatihan fasilitator kesehatan mental dan dukungan psikososial, serta pelatihan sekolah aman untuk penguatan SPAB pada 25 sekolah di sana.

Baca Juga: Kualitas Pendidikan Tinggi Swasta di Jawa Barat Timpang
Mudik sebagai Momentum Penyembuhan Massal dari Efek Negatif Perkotaan
Pengobatan Alternatif dari Sudut Pandang Kedokteran dan Budaya
Bagaimana Pendidikan Kita Bisa Maju kalau Para Dosennya Tenggelam dalam Tugas Administrasi?

Pelatihan terebut sejalan dengan tema peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana yang digagas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang diperingati pada 26 April 2023. BNPB memilih tema “Sustainable Resillience” atau “Ketahanan Berkelanjutan”. Pelatihan dan pendampingan yang dilakukan Save the Children dan LPBI NU Jawa Barat untuk mendorong sekolah menyusun dokumen kesiapsiagaan bencana di sekolah yang bersisi sejarah bencana, tim siaga bencana, peta jalur evakuasi, hingga perencanaan simulasi menghadpi bencana.

“Setelah mengikuti pelatihan, saya jadi tahu berbagai macam bencana yang ada di Indonesia, khususnya bencana yang terjadi di Kab. Cianjur. Pelatihan ini sangat penting, kita jadi tahu harus bagaimana, harus apa, pelajaran apa yang harus diberikan, tindakan apa yang dilakukan ketika terjadi bencana, termasuk untuk keamanan peserta didik, harus ke mana jika ada gempa, yang dipersiapkan apa saja,” ujar Yulianti, guru di salah satu sekolah dasar di Kabupaten Cianjur.

Save the Children mendorong sekolah menyelenggarakan simulasi bencana secara berkala. Simulasi bencana tahap pertama akan diselenggarakan pada awal Mei ini dengan di ikuti seluruh penghuni sekolah mulai dari kepala sekolah, para guru, serta siswanya.

“(Kami) belajar sambil nyanyi ‘bila ada gempa’. Karena sudah gambar denah evakuasi, sekarang  tahu kalua ada gempa larinya ke mana. Kalau gempa harus siapin KTP anak, tas siaga, dan tahu titik jalur evakuasi. KTP anak isinya nama, tempat tanggal lahir, tempat tinggal, nama sekolah,” tutur Ahmad, 10 tahun, seorang siswa yang mendapatkan pelatihan SPAB dari guru di sekolahnya.

Save the Children telah mendampingi korban bencana gempa di Cianjur sejak proses tanggap darurat di hari kedua pasca bencana gempa hingga saat ini. Sejumlah bantuan telah didistribusikan di antaranya shelter kit, perlengkapan kebersihan untuk keluarga dan anak, perlengkapan ibu dan anak, tandon air, distribusi air bersih, tenda sekolah, ruang belajar sementara, serta perlengkapi sekolah untuk anak-anak. Hingga saat ini Save the Children telah menjangkau 11.390 penyintas gempa di mana 9.898 di antaranya adalah anak-anak.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//