Sekadar Bayangan Menikmati Keseruan Wisata Carita Alam Pangalengan
Entah karena kekurangan jumlah karyawan atau tingginya jumlah pengunjung, pelayanan maupun fasilitas di destinasi wisata Pangalengan ini kurang memuaskan.
Linda Lestari
, Mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran (Unpad)
2 Mei 2023
BandungBergerak.id - Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, memang sudah tidak diragukan lagi potensi wisatanya. Wilayahnya yang berada di dataran tinggi, memiliki udara yang asri, sejuk, dan cocok untuk dijadikan tempat rekreasi. Banyak tempat wisata yang dapat dikunjungi di kecamatan ini, dari wisata kebun teh, perkemahan, arung jeram, atau kolam renang sekalipun. Salah satu wisata kolam renang yang ramai dikunjungi adalah Carita Alam Hot Spring & Resort.
Carita Alam Hot Spring & Resort berada tepat di depan lokasi syuting film terkenal Pengabdi Setan. Tempatnya sangat luas dan terdapat 8 kolam di dalamnya, 6 kolam anak, 1 kolam terapi, dan 1 kolam dewasa. Air kolam yang hangat sangat cocok dengan suhu udara Pangalengan yang dingin. Jangan khawatir jika tidak membawa pakaian ganti, di sini juga terdapat kios-kios yang menjual berbagai peralatan berenang. Terdapat juga vila jika ingin melakukan staycation bersama keluarga ataupun teman. Wah! Terbayang betapa serunya!
Libur lebaran yang spesial harga tiket juga menjadi spesial. Dari yang asalnya 25.000 rupiah untuk dewasa, dan 15.000 rupiah untuk anak-anak, naik menjadi 35.000 rupiah untuk dewasa, dan 20.000 rupiah untuk anak-anak. Saya terlelap sepanjang jalan dan terbangun ketika sudah sampai pintu masuk. Melihat di pinggiran jalan banyak jajanan yang dapat kita nikmati sembari menunggu antrean masuk. Saya membalikan pandangan ke belakang mobil yang saya tumpangi, Ya Tuhan! panjangnya antrean mobil di belakang. Rupanya harga tiket masuk yang naik tidak mengurungkan niat warga untuk tetap berwisata. Sebentar! Bukankah saya termasuk salah satu dari mereka?
Bayangan indah untuk dapat berenang-senang pasti terlintas saat kita merencanakan berwisata, termasuk saya. Sayangnya, niat bersenang-senang untuk liburan, yang ditemukan adalah kekecewaan atas fasilitas dan pelayanan yang tersedia. Seperti salah satu pengunjung yang saya wawancarai, Silvia Maharani menyampaikan kekecewaannya karena tidak ada air bersih di toilet sehingga harus mengambil sendiri air di tempat wudu.
“Toilet nggak ada air, masa harus cari air dulu,” ujar Silvia. Tak hanya itu, ia juga menyampaikan kekecewaannya saat kesulitan mencari tempat duduk karena pengunjung yang terlalu ramai.
Keluhan yang sama juga disampaikan oleh pengunjung lainya, Ila. Ia menyampaikan keluhan terhadap kebersihan tempat yang kurang terawat. Tempatnya untuk beristirahat dihinggapi banyak lalat dan nyamuk. Air kolam di depannya juga terlihat keruh dan kotor. “Tidak sesuai ekspektasi, kurang memuaskan,” katanya. Sampah juga terlihat berserakan, bahkan kita dapat menemukan popok bayi di pinggir kolam.
Di bagian sudut lainnya, saya mendapati lembaran tiket yang berserakan dan masih utuh dengan tulisan “sobek di sini”. Ketika saya tanya orang di sebelahnya yang diketahui adalah pemilik dari lembaran tiket tersebut, ia mengatakan bahwa itu adalah tiket yang ia beli bersama keluarganya. Tiket tersebut hanya dibeli, tetapi tidak diperiksa kembali saat memasuki area kolam. Bagaimana bisa dilakukan pelayanan seperti ini? Bukankah akan berpotensi menimbulkan berbagai kecurangan? Kita bisa saja membeli tiket tidak sesuai dengan jumlah orang yang datang jika tidak diperiksa saat memasuki area kolam.
Baca Juga: Situ Patenggang dan Segala Romansanya
Kawah Putih, dari Tempat Wisata ke Tambang Belerang
Gunung Manglayang, Berkah Kesucian dan Keindahan yang Menjulang di Bandung Timur
Saya beranjak melangkahkan kaki untuk berpindah dari kolam anak ke kolam dewasa. Area yang cukup luas membuat kaki saya bekerja ekstra melangkah lebih banyak untuk sampai ke tujuan. Melewati jalan beraspal (beberapa ada yang rusak) menimbulkan cetakan kerikil di telapak kaki, cukup perih. Alangkah senang jika ada jalan pintas. Di perjalanan, tak jarang saya temui keluarga yang menggelar tikar di pinggiran jalan karena tidak mendapatkan tempat, tak terbayang seberapa banyak cetakan kerikil di pantatnya. Andai tersedia lebih banyak gazebo, keluarga tersebut akan beristirahat dengan teduh dan nyaman meski harus membayar sewa 10.000 rupiah seperti gazebo yang tersedia lainnya.
Setelah puas berendam dan berganti pakaian, saya berniat naik ke atas sana di mana terdapat tulisan besar “CARITA ALAM” yang sedari tadi menarik perhatian saya. Tidak sedikit juga orang yang naik ke sana untuk sekedar berswafoto dan menikmati pemandangan alam Pangalengan dari atas. Sebelum benar-benar naik, saya bertanya pada salah satu pengunjung yang tampaknya baru turun dari tempat tersebut. Ternyata kita harus merogoh kocek sebesar 5.000 rupiah untuk dapat naik ke sana. Ada juga wahana Flying Fox dan ATV yang masing-masing dibandrol 30.000 rupiah dan 50.000 rupiah.
Hari sudah sore, hujan mulai turun dan berkabut. Saya dan keluarga memutuskan untuk pulang saja karena bahaya jika hujan semakin deras dan kabut semakin tebal dapat menghalangi pandangan saat berkendara. Kami akan kembali di lain waktu dengan fasilitas dan pelayanan yang lebih baik, semoga. Entah jumlah karyawan yang terlalu sedikit sehingga berpengaruh terhadap kualitas pelayanan, atau karena pengunjung yang membudak dan tidak memiliki kesadaran atas kebersihan lingkungan. Yang pasti, baik pengunjung maupun penyedia fasilitas memiliki peran yang sama dalam menjaga dan memanfaatkan fasilitas yang ada.