Selter Sepeda di Bandung akan Dibangun, Fasilitas Tanpa Budaya Bersepeda akan Jadi Ornamen Semata
Bike to Work mengapresiasi rencana pembangunan selter sepeda, tapi mengingatkan perlu dibangung fasilitas lain untuk mendukung budaya bersepeda.
Penulis Awla Rajul24 September 2025
BandungBergerak - Komunitas Bike to Work Bandung mengapresiasi rencana Dinas Perhubungan (Dishub) yang akan membangun selter atau parkir sepeda di lima titik strategis di Kota Bandung. Meski demikian, perwakilan dari komunitas sepeda menekankan bahwa fasilitas ini perlu diiringi dengan upaya meningkatkan budaya bersepeda secara lebih menyeluruh, termasuk dukungan terhadap jalur sepeda dan transportasi publik. Tanpa integrasi tersebut parkir sepeda hanya akan menjadi ornamen yang tidak efektif.
Rencananya, selter sepeda ini akan dibangun di SMPN 22 Bandung, SMAN 8 Bandung, SMPN 55 Bandung, Kantor Kecamatan Batununggal, serta dua lokasi ruang terbuka di Asia-Afrika dan Taman Dewi Sartika.
“Fasilitas pendukung bersepeda ini kan sebetulnya dalam rangka meningkatkan budaya bersepeda. Jadi highlight kami sebetulnya di budaya itu,” kata Ketua Bike to Work Bandung Andi Mochammad, Rabu, 17 September 2025.
Bike to Work Bandung telah diundang oleh Dishub untuk menghadiri ekspos perencanaan pembangunan parkir sepeda, Selasa, 16 September 2025. Dalam forum ini Bike to Work Bandung menyampaikan apresiasi sekaligus memberikan masukan dan catatan kritis.
Andi menerangkan, selter sepeda memang fasilitas pendukung yang wajib ada. Hal ini sudah diamanatkan melalui Peraturan Wali Kota Nomor 47 Tahun 2022 tentang Keselamatan dan Fasilitas Pendukung Pesepeda. Bab VI pasal 10 ayat 2 menyebutkan, fasilitas pendukung bersepeda di antaranya adalah Lajur Sepeda (jalur), parkir sepeda, dan termasuk rambu lalu lintas yang diberi tanda-tanda khusus, marka jalan, alat pemberi isyarat lalu lintas (APILL), dan alat penerangan jalan.
Di tahap pertama, pemerintah akan fokus membangun selter sepeda di tiga titik sekolah dan satu di perkantoran. Andi memberi catatan, selain membangun parkir sepeda, pemerintah juga perlu mendukung dengan lajur sepeda yang mumpuni dan terintegrasi dengan pemberhentian transportasi umum. Kawasan SMPN 22 disebut sudah memiliki lajur sepeda, meski kondisi marka jalannya sudah pudar. Kawasan ini juga berdekatan dengan halte transportasi publik.
Menuju SMAN 8 juga sudah ada sebagian lajur bersepeda, meski persoalannya adalah marka jalan yang memudar dan kerap dipakai kendaraan untuk parkir. Yang perlu menjadi perhatian, lanjut Andi, adalah di SMP 55 Kota Bandung yang berada di kawasan Cigondewah. Dari dan menuju ke SMPN 55 tidak ada jalur bersepeda sama sekali dan banyak dilewati kendaraan-kendaraan besar.
“Itu kondisi jalannya cukup berisiko sebetulnya untuk anak-anak bersepeda. Artinya positioning terhadap parkir sepeda ini tidak hanya melihat kita punya parkir sepeda disimpan di sekolah, enggak bisa kayak gitu. Tapi tolong juga dong infrastruktur lain yang mendukung ke wilayah-wilayah itu, selain parkir, lajur juga harus gitu ya,” ungkap Andi.
Selain itu, Andi mengingatkan supaya kajian membangun fasilitas pendukung bersepeda juga diintegrasikan dengan rencana pengembangan transportasi massal di Bandung. Selter dan lajur sepeda harus dipikirkan secara holistik dan integrasi dengan pengembangan BRT.
Catatan lainnya adalah teknologi keamanan yang dipakai di selter sepeda. Pemerintah rencananya akan menggunakan sistem pengaman menggunakan barcode dan cctv. Andi mewanti-wanti supaya sistem pengaman yang digunakan bersifat inklusif dan mudah diakses oleh seluruh kalangan.
Andi menyebut, sejauh ini belum ada penambahan lajur di Kota Bandung. Sayangnya, di kondisi lajur sepeda di banyak tempat sudah memudar dan sering dipakai untuk parkir kendaraan. Yang perlu menjadi perhatian, ruas Jalan Aceh lajur sepedanya berlubang dan sudah memakan korban. Ia menegaskan, selain ada urgensi melengkapi fasilitas pendukung bersepeda, infrastruktur yang ada pun perlu diperhatikan dan dirawat.
“Lajur Jalan Aceh ini memang kondisinya mengkhawatirkan banget. Lalu di Pelajar Pejuang dan Supratman itu penandanya udah agak pudar. Pak Wali kan suka bersepeda. Anggap sepeda itu jangan sebagai sarana olahraga aja, banyak yang menggunakan sepeda sebagai alat mobilitas harian atau alternatif. Jalan itu juga harus diperhatikan gitu,” tegasnya.
Baca Juga: Pengguna Sepeda dalam Kontestasi Ruang Perkotaan
Mampukah Mengurai Kemacetan Kota Bandung dengan Sepeda?
Proyek Percontohan Shelter Sepeda
Seksi Bidang Sarana Prasarana Dishub Kota Bandung Cepi Kristian menjelaskan tahun ini rencananya akan dibangun selter sepeda di tiga titik, sekolah, perkantoran, dan area publik. Cepi menyebut, pemerintah baru saja melakukan ekspos untuk mendapatkan masukan dari berbagai pihak terkait perencanaan pembangunan ini.
“Ini kemarin baru dirapatin dulu sama konsultan perencana, pihak sekolah, pemerintahan, kelurahan, Bike to Work, dari forkom-forkom se-Kota Bandung juga. Kalau desain gini gimana gitu ya masukannya,” ungkap Cepi, melalui sambungan telepon, Rabu, 17 September 2025.
Cepi menyebut, pemerintah belum menenderkan proyek pembangunan selter sepeda ini. Tahapannya baru mengekspos rencana pembangunan yang dibuat konsultan perencanaan dan menerima masukan dari pihak-pihak terkait. Ia menerangkan, proyek ini diniatkan sebagai proyek percontohan yang ke depannya akan dibangun di setiap sekolah-sekolah dan kantor-kantor pemerintahan.
“Percontohan (proyek) buat nanti insya Allah ke depannya buat sekolah-sekolah, kantor pemerintah semua dibangun kayak begitu. Jadi dibangun untuk jangan terbengkalai gitu, supaya dipakai,” lanjutnya.
Masing-masing shelter sepeda nantinya akan memiliki kapasitas penampungan beragam, sekitar 20 hingga 40 unit. Selter akan dilengkapi fasilitas cctv, atap, dan sistem pengaman barcode.
“Penguncian sepeda pakai barcode. Jadi intinya di selter ini si pengguna bisa dengan tenang nyimpan sepeda di sana, terus kalau ada keperluan atau lagi bekerja atau lagi sekolah, dia enggak akan takut kehilangan gitu, karena di situ ditunjang sama CCTV sama yang lainnya gitu,” terangnya.
Merujuk ke laman tender pemerintah Kota Bandung spse.inaproc.id, pemerintah sudah melakukan belanja jasa konsultan untuk perencanaan DED pembangunan shelter sepeda. Paket nontender ini bernilai 65 juta rupiah dan dimenangkan oleh PT. Sadhya Grahacara. Pemkot juga sudah menganggarkan dana APBD tahun 2025 untuk pembangunan selter sepeda senilai 196.803.000 rupiah.
***
*Kawan-kawan dapat mengikuti kabar terkini dari BandungBergerak dengan bergabung di Saluran WhatsApp bit.ly/ChannelBB