• Berita
  • Mampukah Mengurai Kemacetan Kota Bandung dengan Sepeda?

Mampukah Mengurai Kemacetan Kota Bandung dengan Sepeda?

Jika rata-rata panjang kendaraan 2,5 meter, maka antrean kendaraan di Kota Bandung bisa mencapai 3 ribu km. Panjang jalan Kota Bandung hanya 1.172,78 km.

Polisi berusaha menguraikan kemacetan di pos penyekatan larangan mudik di Cibiru, Bandung, Jawa Barat, 7 Mei 2021. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Iman Herdiana23 Juni 2023


BandungBergerak.idKemacetan lalu lintas sudah menjadi pemandangan sehari-hari di Kota Bandung. Bahkan saking seringnya kemacetan melanda, ada yang menganggap bahwa kemacetan sebagai kewajaran. Padahal secara teori, kemacetan di Kota Bandung bisa dikurangi dengan penataan dan rekayasa lalu lintas. Oleh siapa? Ya, oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung.

Setiap tahunnya jumlah kendaraan jenis mobil maupun sepeda motor di Kota Bandung terus meningkat. Arus lalu lintas ini kerap terjadi di pusat kota maupun pinggiran. Tak sedikit jalan perumahan yang berubah fungsi menjadi jalan raya.

Sebagai contoh, tingginya jumlah kendaraan telah menyulap Jalan Kayu Agung yang awalnya dirancang sebagai jalan komplek perumahan. Di pinggirang kota kemacetan tak kalah serius. Contohnya, kawasan Gedebage dalam satu dekade terakhir mengalami pertumbuhan penduduk secara signifikan.

Termutakhir di kawasan Gedebage dibangun Masjid Al Jabbar yang menarik animo besar masyarakat. Akses utama menuju Gedebage, yaitu Jalan Ciwastra-Peti Kemas pun tak berdaya menghadapi kemacetan terutama akhir pekan.

Kemacetan yang melanda Jalan Ciwastra, Gedebage, tidak ditopang oleh infrastruktur dan transportasi publik yang memadai. Kendaraan pribadi atau bus pariwisata lebih dominan. Hal ini berbanding lurus dengan pertumbuhan jumlah kendaraan di Kota Bandung.

Diakses Jumat (23/6/2023), Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandung mencatatat jumlah kendaraan jenis sepeda motor dan skuter pada 2018 mencapai 1.256.057 unit. Jumlah ini terus meningkat setiap tahunnya. Pada 2005 jumlah potensi kendaraan di Kota Bandung masih tercatat sebanyak 651.584 unit. Lima belas tahun kemudian, 2020, potensi kendaraan (mobil maupun sepeda motor) meningkat tiga kali lipat menjadi 1.571.795 unit.

Bisa dibayangkan jika seluruh kendaraan tersebut turun ke jalan di Kota Bandung. Kita asumsikan rata-rata panjang kendaraan berbagai jenis itu 2,5 meter, maka antrean kendaraan ini bisa mencapai 3 ribu kilometer. Jumlah ini tidak mungkin tertampung di seluruh jalan yang ada di Kota Bandung yang panjangnya hingga 2018 hanya 1.172,78 kilometer.

Selain kemacetan, bisa dibayangkan jumlah polusi yang dikeluarkan jutaan kendaraan tersebut mencemari udara Kota Kembang.

Menunggu Langkah Pemkot Bandung

Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung yang bertanggung jawab atas pembangunan di Kota Bandung bukannya tidak bekerja mengatasi lonjakan kemacetan lalu lintas. Upaya terbaru yang dilakukan Pemkot adalah mensosialisasikan gerakan bersepeda kepada masyarakat dalam Fun Bike Budaya Gerakan Bersepeda Series IV yang dimulai dari Balai Kota Bandung, Sabtu (3/6/2023) lalu.

Pada kegiatan tersebut, Plh Wali Kota Bandung Ema Sumarna menyinggung kepadatan penduduk Kota Bandung.

"Penduduk di Kota Bandung ini sangat luar biasa, apalagi saat long weekend seperti ini bisa sampai 3 juta lebih manusia ada di sini. Luas wilayah yang semakin sempit dan penduduk yang kian bertambah," ujar Ema, dikutip dari siaran pers, Jumat (23/6/2023).

Ema mengatakan, bersepeda menjadi salah satu cara untuk mengurangi kemacetan. Sepeda juga tidak menghasilkan polusi udara.

Meski demikian, mendorong warga bersepeda tidaklah mudah. Apalagi para pesepeda ini harus bersaing dengan jutaan kendaraan bermotor yang memadati Kota Bandung.

"Tapi saya yakin dengan ketelatenan dan kesabaran serta konsistensi dari para penggemar pelaku bersepeda, kita akan bertemu dalam satu titik waktu warga Kota Bandung familiar dengan kegiatan bersepeda," seru Ema.

Ema berharap kegiatan bersepeda bisa menjadi salah satu solusi untuk mengurai kemacetan di Kota Bandung. Di samping itu, pihaknya juga terus berupaya mencari solusi terbaik untuk menyelesaikan kemacetan Kota Bandung.

"Mudah-mudahan pada pembahasan APBD sekarang, tahun 2024 sudah bisa kita mulai. Tapi yang paling utama adalah perilaku kita di jalan raya dan berkegiatan sehari-hari harus jauh lebih baik," ucapnya.

Baca Juga: Kemacetan Menciptakan Budaya Ngaret Kolektif, sebuah Kerugian bagi Warga Bandung
Menghitung Kerugian Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan karena Kemacetan di Kota Bandung
Kota Kembang Lautan Kendaraan Pribadi

Teknologi dari ITB

Kota Bandung sejauh ini belum memiliki sistem yang ampuh mengatasi kemacetan. Sejumlah penelitian dan inovasi terkait lalu lintas sebenarnya banyak lahir di kota ini. Teranyar, inovasi untuk mengurai kemacetan diciptakan Program Studi Teknik Elektro ITB. Mereka memperkenalkan TraffiQ, sebuah sistem pengaturan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL) yang menggunakan metode reinforcement learning.

TraffiQ dibuat dengan tujuan untuk mengatasi permasalahan kemacetan yang kerap terjadi di kota Bandung. Inovasi tersebut dikembangkan oleh tiga mahasiswa Program Studi Teknik Elektro ITB, yaitu Kendrik Emkel Ginting, Jalu Reswara Wiradjanu, dan Bella Sulistya Putri.

“Diharapkan dengan adanya TraffiQ, masyarakat dapat merasakan manfaatnya dalam mengurangi waktu perjalanan dan meningkatkan kualitas hidup,” kata Salah satu pendiri TraffiQ, Jalu Reswara Wiradjanu, dikutip dari laman ITB. https://www.itb.ac.id/news/read/59528/home/traffiq-inovasi-cerdas-dari-mahasiswa-itb-untuk-atasi-kemacetan

Metode yang digunakan dalam TraffiQ, yaitu reinforcement learning, yang merupakan suatu metode yang memungkinkan alat tersebut dapat belajar secara mandiri. Sistem ini menggunakan konsep pemberian rewards ketika menghasilkan keadaan yang diharapkan pada lingkungan sekitarnya, serta pemberian punishment ketika menghasilkan keadaan yang tidak diharapkan. Dengan adanya metode ini, TraffiQ dapat terus belajar dan mengoptimalkan kinerjanya seiring dengan berjalannya waktu.

TraffiQ memiliki sejumlah fitur unggulan yang membuatnya menjadi solusi yang menarik. Pertama, sistem ini mampu mengendalikan dua persimpangan berdekatan secara efisien. Dengan menggunakan proses komputasi yang cepat, TraffiQ dapat melakukan perhitungan dengan efisien sehingga waktu respons terhadap perubahan kondisi lalu lintas dapat diminimalkan.

Selain itu, TraffiQ juga memiliki mode dual, yaitu otomatis dan manual. Dalam mode otomatis, sistem akan mengatur lalu lintas secara mandiri berdasarkan kondisi yang diukur oleh sensor-sensor yang terpasang di jalan. Namun, jika diperlukan intervensi atau pengaturan manual, sistem juga dapat beralih ke mode manual dengan mudah.

Fitur terakhir yang menjadi keunggulan TraffiQ adalah kemampuannya dalam mengatur aliran kendaraan berdasarkan traffic counting. Dengan menggunakan data jumlah kendaraan yang melintas pada suatu waktu, sistem ini dapat menyesuaikan durasi lampu hijau atau merah pada APILL sesuai dengan kepadatan lalu lintas yang terdeteksi.

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//