POLEMIK DATA RISET SEJARAH LEMBANG #1: Melacak Jejak Hotel Astoria
Hotel Astoria di Lembang pernah dipergunakan sebagai tempat menginap delegasi India ketika berlangsung Konferensi Asia Afrika 1955.

Malia Nur Alifa
Pegiat sejarah, penulis buku, aktif di Telusur Pedestrian
11 Oktober 2025
BandungBergerak.id – Dalam masa meriset yang saya lakukan sejak tahun 2009 hingga tahun 2022, beberapa data terkesan “ ngambang”. Karena kawasan Lembang ini kaya akan sejarah, namun minim literatur sehingga saya menggunakan metode riset sejarah lisan dan melakukan pengecekan silang semua data lisan itu pada data-data tertulis agar dapat menjadi sumber primer.
Biasanya saya mencari data pelengkapnya melalui foto-foto lama di beberapa situs Belanda dan situs Delpher yang sangat membantu. Di sana kita dapat melihat berita koran, buku dan majalah masa kolonial hingga pasca kemerdekaan.
Namun ada beberapa data yang “meresahkan” dan hampir saya coret sebagai bagian dari data riset sejarah Lembang. Tulisan saya untuk beberapa minggu ke depan adalah tentang polemik data-data yang hampir saya musnahkan karena menuai perdebatan dan tidak mendapatkan titik temu dalam kisah lisan maupun data penunjang. Namun ternyata fakta dari data-data penuh polemik itu malah saya temui sekarang di tahun 2025, hingga data-data yang tadinya “ngambang“, sekarang data-data tersebut masuk menjadi data valid dan dapat dipertanggung jawabkan.
Kisah pertama adalah tentang sebuah hotel yang nyaris “sunyi” dari pembicaraan puluhan narasumber saya. Hanya ada satu orang narasumber yang mengatakan kisah hotel ini.\

KISAH SANGKURIANG #2: Cerita yang Universal
KISAH SANGKURIANG #3: Bertaut dengan Kisah Kerajaan Kuno di Nusantara
Delegasi India saat KAA 1955 Menginap di Lembang
Kisah dimulai ketika saya bertemu dengan salah satu narasumber ketika saya setiap harinya mengantarkan anak ke sekolah di ujung utara Lembang. Anak-anak saya saat itu di tahun 2012 bersekolah di salah satu sekolah dasar di dalam kompleks militer di kawasan Cikole. Saat saya menunggu di teras sekolah, saya berkenalan dengan seorang ibu yang pada saat itu telah berusia 48 tahun.
Sang ibu bernama Ate, ia lahir dan dibesarkan di kompleks militer di kawasan Cikole ini karena sang ayah adalah anggota Brimob Detasemen B angkatan pertama pada tahun 1950-an. Saya dengan naluri keingintahuan saya pada kisah sejarah Lembang mulai mewawancarai Ibu Ate setiap hari ketika kami menunggu anak kami bersekolah.
Banyak sekali cerita yang saya peroleh dari Ibu Ate. Terkadang saya dipertemukannya dengan para sesepuh di Desa Cikole dan kami berkeliling kampung untuk menghimpun informasi mendalam pada saat anak-anak kami di dalam kelas. Saat jam menunjukkan waktu bubaran anak-anak, kami pun harus mengakhiri petualangan riset kecil-kecilan kami dan memulainya kembali esok harinya. Hal ini saya lakukan selama kurang lebih 3 tahun, karena saat anak-anak saya dan anak Ibu Ate telah memasuki kelas 4, kami sudah tidak pernah mengantar mereka ke sekolah.
Saat itu Ibu Ate berkata bahwa kakeknya adalah pekerja laundry di Hotel Homann tahun 1920-an. Dahulu ibu, tante dan paman Ibu Ate pun lahir di Kota Bandung karena domisili pekerjaan sang kakek di Hotel Homann. Namun ketika masa-masa menjelang Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955, perkerjaan sang kakek dipindahkan ke sebuah hotel yang bernama Astoria di kawasan Lembang.
Bu Ate mendapatkan deskripsi dari ibunya tentang keindahan Hotel Astoria. Ia menceritakan bahwa hotel tersebut indah, tidak terlalu besar, berada pada sebuah ketinggian dengan hamparan rumput yang indah dan halaman yang luas. Hotel ini dipakai sebagai tempat tinggal delegasi India pada saat Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955 dan sang kakek saat itu tetap berperan sebagai petugas laundry.
Seketika saya bertanya kepada beliau, lokasi hotel tersebut, beliau hanya menyebutkan Jalan Lembang. Lokasinya, katanya, tidak jauh dari kawasan Terminal Ledeng dan tugu selamat datang di Kecamatan Lembang. Kawasan ini pada saat kolonial memang bernama Lembangweg atau Jalan Lembang.

Bertahun-tahun saya mencari tahu tentang lokasi tepatnya dari hotel tersebut, namun nihil. Bahkan para narasumber lainnya menampik keberadaan Hotel Astoria, Semua narasumber saya tidak mengiyakan keberadaan Hotel Astoria, kecuali Ibu Ate dan keluarganya saja.
Data penunjang lainnya pun tidak bisa saya temui. Bahkan situs Delpher hanya menuliskan tentang Mansion Astoria yang berada di kota Bandung, bukan di Lembangweg. Hingga akhirnya kisah indah hotel ini dengan sangat terpaksa saya masukan ke dalam kategori data yang tidak valid.
Hingga akhirnya pada suatu sore di bulan September 2025, saya “ iseng” membuka-buka situs wereledculturen.nl yang menampilkan ribuan foto masa kolonial. Saya menggunakan kata kunci apa saya pun tidak ingat, hingga akhirnya mengantarkan saya pada sebuah foto yang mengejutkan dan membuat saya mematung beberapa detik.
Foto itu adalah foto sebuah rumah yang berada di ketinggian, berarsitektur art deco dan bertuliskan keterangan “ Hotel Astoria, Djln Lembang no 32-34 “.
Saya mulai perbesar fotonya dan mulai saya amati, kira-kira gedung Hotel Astoria ini masih ada atau tidak hari ini. Saya mulai “ngulik“ dengan google map bahkan hingga mengunjungi kawasan Jalan Lembang (sekarang Jalan Setiabudi atas Terminal Ledeng) dan saya perhatikan dengan seksama bangunan hotel tersebut apakah ada yang mendekati.
Ternyata saya menemukan bangunan Hotel Astoria tersebut. Semua yang dideskripsikan oleh Ibu Ate di tahun 2012 silam terpecahkan pada akhir September 2025 dan membuat data hotel ini yang tadinya masuk ke dalam kategori data “ ngambang “ menjadi data yang dapat dipertanggungjawabkan.

Hotel Astoria berada di sebuah ketinggian, berada tidak jauh dari Terminal Ledeng dan tidak jauh dari Polsek Cidadap. Hotel Astoria merupakan sebuah lahan yang dahulu dipakai sebagai wana wisata “ Rumah Sosis dan Amazing Art“. Semua deskripsi yang Ibu Ate katakan dapat saya temui di sana, sebuah bangunan yang sama persis dengan bangunan yang masih tersisa sekarang, walau terdapat perubahan sedikit pada bagian jendelanya.
Sayangnya kawasan eks Hotel Astoria ini telah ditutup seng dan sepertinya akan dirobohkan untuk dibangun bangunan modern yang lebih komersial. Namun saya sangat bersyukur dibalik semua ini saya masih diberikan kesempatan untuk mengetahui sebuah fakta sejarah yang jarang sekali diketahui bahwa terdapat hotel mungil dengan halaman luas dan berada di ketinggian yang pernah dipakai sebagai tempat tinggal delegasi India ketika berlangsung Konferensi Asia Afrika tahun 1955.
Hingga hari Senin lalu, saya dibantu dua rekan saya kembali menelusuri Hotel Astoria ini dengan kembali menyelami beberapa situs Belanda. Dan kedua rekan saya yaitu Karguna dan Anggara menemukan fakta yang sangat mendukung keberadaan Hotel Astoria ini, terima kasih kawan!
*Kawan-kawan dapat membaca artikel-artikel lain Malia Nur Alifa, atau tulisan-tulisan lain tentang Sejarah Lembang