MALIPIR #37: Sengit dan Asih
Melalui novelnya, Ahmad Bakri memelihara jagat lembur (dusun) dengan kuwu sebagai poros otoritasnya, dibantu jurutulis dan para lurah.

Hawe Setiawan
Sehari-sehari mengajar di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra UNPAS, ikut mengelola Perpustakaan Ajip Rosidi. Menulis, menyunting, dan menerjemahkan buku.
13 Oktober 2025
BandungBergerak - Boleh dong berbagi kenangan di sini. Kebetulan, novel klasik yang saya baca pekan ini adalah Nu Sengit Dipulang Asih (Keculasan Dibalas Kebaikan) karya Ahmad Bakri (1917-1988). Buku yang ada di tempat saya merupakan terbitan Angkasa, Bandung, 1981. Edisi perdananya lebih silam lagi: 1968, kurang lebih setahun setelah naskahnya dinyatakan sebagai naskah pilihan Ikapi Jabar 1967 sebagaimana tiga naskah lain karyanya. Bukunya tipis nian, hanya 59 halaman untuk cerita yang terbagi ke dalam sembilan (9) bab.
Mula-mula saya tertarik oleh judulnya. Setahu saya ungkapan khas Sunda yang lazim dipakai adalah nu asih dipulang sengit yang artinya "kebaikan malah dibalas dengan keculasan". Idiom ini biasanya dipakai untuk mengungkapkan kekecewaan atau sakit hati. Bayangkan, kamu berbuat baik kepada seseorang, tapi dia malah berbuat culas kepadamu. Mangkel, bukan?
Nah, Ahmad Bakri rupanya mengambil lajur putar balik. Dalam imajinasinya ada pula orang yang berbuat baik kepada seseorang yang selalu berbuat jahat kepadanya. Idiom itu pun ia siasati jadi nu sengit dipulang asih. Ya, ini sejenis permainan pelesetan dari seorang pengarang yang sangat produktif menulis novel, cerita pendek, dan sketsa. Permainan seperti ini bukan saja diharapkan membetot perhatian melainkan juga mempersegar ungkapan lama yang sudah begitu sering dipakai.
Dua Dunia
Yang sengit dalam kisah ini adalah Muhtar alias Utay, sedangkan yang asih adalah Suhadi alias Suha. Utay adalah anak orang berada, sementara Suha adalah anak orang miskin. Mereka sebetulnya bersaudara karena ayah Suha, kuli gergaji kayu, adalah adik ayah Utay, lebé (lebai). Jalan hidup mereka, yang sangat berlainan, diceritakan sejak masa kanak hingga masa tua. Ke dalam perbedaan itulah kisah dalam novel ini ditekankan.
Inilah cerita tentang bagaimana orang kecil lagi miskin dan sering dihina bisa tumbuh ke jenjang terhormat di tengah masyarakat, juga tentang orang sombong dan durhaka bisa terperosok ke dalam kehinaan.
Ketika baru membaca satu-dua halaman, yang menampilkan kalangan anak-anak, sempat timbul keliru sangka. Saya menyangka buku ini merupakan cerita buat anak-anak. Namun, setelah masuk ke tengah, apalagi ketika sudah mendekati ujung, saya tahu buku ini merupakan bacaan umum. Di dalamnya ada adegan dan tuturan erotis, ada main-main skanda, juga ada insiden pukul-pukulan berdarah.
Semua itu memang sudah jadi ciri Ahmad Bakri lengkap dengan satu lagi yang tak mungkin terlupakan: rasa humor yang terpelihara baik dalam deskripsi suasana maupun dalam tutur kata tokoh-tokoh ceritanya.
Mau tahu lucunya di mana? Ini dia salah satu contohnya: bayangkan, Anda tenang-tenang memancing ikan di pinggir kali dalam kegelapan malam. Tiba-tiba, dari atas jembatan, terdengar suara dua orang yang sedang merencanakan siasat jahat. Salah satu sumber suara sudah Anda kenal betul, yakni orang yang Anda benci. Anda diam saja tak bergerak biar tidak ketahuan sedang menguping. Dan inilah ganjarannya: musuh Anda di atas sana pada gilirannya kencing sembarangan, dan air seninya tepat menyirami tutup kepala Anda. Konyol, bukan?
Baca Juga: MALIPIR #36: Pengalaman MembacaMALIPIR #35: Buku itu Kamu Pinjam?
Jagat Dusun
Melalui novel Nu Sengit Dipulang Asih, Ahmad Bakri memelihara jagat lembur (dusun) dengan kuwu sebagai poros otoritasnya, dibantu jurutulis dan para lurah. Dalam lingkungan itu tergambar buat kita antara lain pemerintahan desa, pendidikan agama, pendidikan umum, dan kehidupan sehari-hari masyarakat desa, khususnya yang berkaitan dengan kenduri atau kariaan.
Menyangkut pengajaran agama, di situ kita temukan tajug alias langgar tempat guru ngaji mengajar anak-anak salat dan membaca kutab suci. Terpotret antara lain kegiatan hataman resitasi Qur'an yang dirayakan dengan menyajikan tumpeng. Adapun menyangkut pengajaran umum, tergambar pula kegiatan di sekolah formal tempat juragan guru mengajar.
Ahmad Bakri sendiri punya latar belakang guru. Novelnya turut mengemukakan pandangan bahwa bekal pendidikan, baik dalam hal agama maupun dalam hal pengetahuan dan keterampilan umum, serta pengalaman belajar lebih lanjut di kota, bisa menjamin mobilitas sosial anak desa yang pada gilirannya mesti kembali ke desanya.
Menyangkut kariaan, gambaran kehidupan yang tersajikan tak kurang menariknya. Di situ antara lain ada panggung yang disebut balandongan tempat beragam atraksi seni zeperds dogdog, calung, dan angklung, juga kegiatan mamarung tempat pecinta tari dan lagu "ngigel ngarémpét ronggéng (menari bersama penari)". Kenduri terselenggara, baik dalam sunatan (khitanan) maupun dalam pernikahan. Istilah pangantén ternyata bisa juga digunakan untuk menunjuk anak yang sedang dikendurikan setelah dikhitan. Atmosfer hiburan rakyat yang tergambar di dalamnya juga meliputi judi sintir dan pelacuran terselubung.
Rincian kehidupan sehari-hari demikian tidak selalu tersuguhkan dalam deskripsi, melainkan cenderung tercermin dalam dialog atau percakapan di antara tokoh-tokoh ceritanya. Dan di situlah sesungguhnya kita merasakan salah satu kekuatan Ahmad Bakri. Buat penutur bahasa Sunda, percakapan tokoh-tokoh ceritanya terasa benar-benar hidup. Bahkan novel yang satu ini dibuka dengan dialog.
Kalaupun sang pengarang memerlukan deskripsi, lukisan suasananya realistis, dan sering kali mengundang senyum. Ini contohnya dari deskripsi suasana keramaian di sela-sela kenduri: "Anjing pabaliut. Ka ditu ka dieu pada ngagebah, lebah sumur gok jeung ucing, ger paséa. Diteunggeul ku nu keur naheur cai ku suluh bebekan, guak-guik wé ka deukeut balandongan. Nu lalaju nyingray. 'Si... si... kadé étah!'
Terjemahannya? Aduh, saya tidak sanggup. Lagi pula, saya hanya berbagi obat kangen kepada tulisan-tulisan salah seorang pengarang yang telah menyebabkan saya kabandang (terpikat) sejak masa kanak.
***
*Kawan-kawan dapat mengikuti kabar terkini dari BandungBergerak dengan bergabung di Saluran WhatsApp bit.ly/ChannelBB