Ratusan Siswa SMPN 1 Cisarua, Kabupaten Bandung Barat Mengalami Gejala Keracunan Setelah Mengonsumsi MBG
Beberapa siswa mengeluhkan ayam kecap yang rasanya aneh dan berbau. Jumlah korban keracunan setelah menyantap MBG di atas 300 orang.
Penulis Muhammad Akmal Firmansyah15 Oktober 2025
BandungBergerak - Ratusan siswa di SMPN 1 Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, menjadi korban keracunan setelah mengonsumsi makanan bergizi gratis (MBG) pada Selasa, 14 Oktober 2025. Mereka mengalami gejala mual, pusing, dan muntah-muntah. Kejadian serupa sebelumnya juga terjadi di Kecamatan Cihampelas dan Cipongkor pada akhir September 2025, menimpa lebih dari 1.300 siswa.
Pantauan di lokasi, suasana sekolah yang biasanya penuh aktivitas pembelajaran kini dipenuhi dengan ambulans yang bolak-balik dan orang tua yang cemas. Lima kelas di SMPN 1 Cisarua diubah menjadi posko darurat untuk merawat siswa yang terpapar keracunan. Ambulans relawan dari berbagai tempat turut mengangkut siswa ke rumah sakit.
Hingga pukul 11.15, Rabu 15 Oktober 2025 total jumlah siswa yang keracunan mencapai 345 orang, dengan rincian 285 orang pulang dan 60 orang masih dirawat.
Kepala SMPN 1 Cisarua, Agus Solihin, menjelaskan bahwa sekitar 1.300 paket makanan MBG diterima sekolah dalam program pemerintah ini. Sebanyak 1.255 paket dibagikan kepada siswa pada pagi hari, dengan makanan mulai dibagikan sekitar pukul 09.30 WIB. Gejala pertama muncul sekitar pukul 11.00 WIB, ketika sejumlah siswa mulai merasa mual, pusing, bahkan muntah.
"Kami langsung memisahkan siswa sesuai dengan gejalanya," kata Agus kepada wartawan, Rabu, 14 Oktober 2025.
Salah seorang siswa, DO, 15 tahun, yang duduk di kelas 9, mengaku mulai merasakan mual, pusing, dan sesak setelah makan ayam kecap, sayur, tahu, dan melon yang menjadi bagian dari menu MBG. Ia mencium bau yang aneh pada ayam kecap.
“Ayam kecap. Menunya sama kaya kemarin. Muntah dua kali, isinya makanan MBG,” kata DO.
Senada dengan DO, SA, siswa kelas 7, terlihat lemas di posko sekolah setelah muntah-muntah. Orang tuanya, Wulan, 32 tahun, menceritakan gejala yang muncul sore hari setelah anaknya pulang sekolah.
“Katanya ayamnya bau, sama nasinya masih panas langsung ditutup,” jelasnya.
Orang tua murid lainnya, Nur Bayanti, 35 tahun, mengungkapkan kekhawatirannya. Anaknya yang duduk di kelas 7 SMPN Cisarua mengalami gejala serupa.
“Anak-anak seharusnya dapat makanan bergizi, bukan yang membuat mereka sakit,” ujarnya.
Kejadian ini juga menimpa anak dari anggota dewan Pipit Puspita Ahdiani yang masih kelas 8 SMPN 1 Cisarua. Setelah mengonsumsi ayam kecap pada menu MBG, anaknya merasakan gejala pusing dan lemas. Gejala ini dirasakan setelah makan ayam kecap MBG.
“Biasanya gak pernah makan dan hari tadi itu dia malah makan ayamnya aja gitu. Baru sekali dia nyobain ayamnya, nasinya yang lain-lain nggak dimakan,” kata Pipit, kepada wartawan di lokasi kejadian.
Pipit yang langsung membawa anaknya ke RSUD Lembang berharap kejadian ini menjadi yang terakhir.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat Fokus pada Penanganan Korban
Plt. Kepala Dinas Kesehatan Bandung Barat, Lia N Sukandar, memastikan tim medis telah siap menangani korban. Sejak kejadian, ambulans, oksigen, dan obat-obatan telah disiapkan dengan cukup.
"Kami belajar dari (keracunan) Cipongkor, tentunya petugas medis pun siap,” jelas Lia pada wartawan di lokasi, Rabu, 14 Oktober 2025. "Kami fokus pada penanganan dulu, sambil menunggu hasil investigasi tentang penyebab keracunan ini."
Bupati Bandung Barat, Jeje Richie Ismail, menegaskan bahwa evaluasi akan dilakukan terkait program MBG yang berulang kali menyebabkan keracunan.
Pemkab Bandung Barat juga belum bisa menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB). Saat ini, proses pemulihan siswa berjalan lebih cepat dibanding kejadian sebelumnya di Cipongkor.
“Yang pasti fokus kami dari Pemda ya penanganan pasien itu yang paling utama buat kami,” jelas Jeje.
Baca Juga: Cerita dari MBG Cipongkor, Mengapa Keracunan Massal Berulang?
1.000 Lebih Korban Keracunan Setelah Menyantap MBG di Kabupaten Bandung Barat, Perlu Moratorium dan Evaluasi agar Malapetaka tak Terulang
Ombudsman Temukan Potensi Maladministrasi dalam Program MBG
Kejadian keracunan yang menimpa ratusan siswa SMPN 1 Cisarua menjadi peringatan serius mengenai pelaksanaan program MBG. Meskipun program ini bertujuan untuk memberikan makanan bergizi kepada siswa, namun insiden ini mengungkapkan kelemahan dalam pengelolaan dan pengawasan yang harus segera dievaluasi agar tidak ada lagi korban di masa depan.
Ombudsman Republik Indonesia (ORI) turut mengeluarkan laporan mengenai keracunan massal yang diduga terkait dengan program MBG ini. Ada empat potensi maladministrasi yang ditemukan, termasuk penundaan berlarut, diskriminasi dalam pemilihan mitra, ketidakkompetenan dalam pengelolaan dapur, serta penyimpangan prosedur dalam pengadaan bahan makanan.
Anggota Ombudsman, Yeka Hendra Fatika, menyebutkan bahwa terdapat delapan masalah utama yang perlu segera diperbaiki dalam program MBG.
“Keberhasilan MBG diukur dari tata kelola yang baik, penggunaan anggaran akuntabel, dan penerapan sertifikasi pangan menuju zero accident di setiap SPPG,” jelasnya.
Ombudsman juga mendorong agar program ini dihentikan sementara di wilayah yang mengalami insiden kesehatan, hingga evaluasi dilakukan dan standar keamanan pangan dipastikan.
*Kawan-kawan dapat mengikuti kabar terkini dari BandungBergerak dengan bergabung di Saluran WhatsApp bit.ly/ChannelBB