• Kolom
  • POLEMIK DATA RISET SEJARAH LEMBANG #2: Menyusuri Jejak Vila De Vlucht-Heuvel

POLEMIK DATA RISET SEJARAH LEMBANG #2: Menyusuri Jejak Vila De Vlucht-Heuvel

Vila De Vlucht-Heuvel sempat menjadi markas TKR Bandung Utara sebelum direbut Tentara Sekutu. Digunakan Delegasi India saat Konferensi Asia Afrika 1955.

Malia Nur Alifa

Pegiat sejarah, penulis buku, aktif di Telusur Pedestrian

Vila De Vlucht-Heuvel. (Atas – Saat menjadi markas Sekutu pada Masa Bersiap. Sumber: wereldculturen.nl; Bawah – Kondisi tahun 2019. Foto: Malia Nur Alifa)

18 Oktober 2025


BandungBergerak.id – Saya sudah sangat akrab dengan jalur Bandung–Lembangs sejak usia lima tahun karena sebelum bersekolah, saya selalu ikut ke tempat ibu bekerja di Balai Penelitian Tanaman dan Sayuran di kawasan Cikole, Lembang.  Saat itu tempat tinggal saya masih di sebuah perkampungan padat di barat Braga dan hampir setiap hari kerja saya ikut ibu ke Lembang.

Ketika angkutan kota harus ngetem di Terminal Ledeng, saya selalu terkesima melihat beberapa rumah indah peninggalan Belanda karena sejak kecil saya memiliki ketertarikan tersendiri pada bangunan lama. Mungkin karena saya pun lahir dan dibesarkan di sebuah rumah tua yang dibangun tahun 1880.

Satu persatu rumah, gedung, belokan, bahkan perempatan jalan menuju Lembang begitu terasa menyenangkan. Apalagi ketika melewati sebuah gedung indah yang saya namai gedung kue ulang tahun raksasa, saya baru tahu belakangan nama gedung indah tersebut Vila Isola.

Ketika memasuki masa-masa meriset di tahun 2016, saya berkesempatan mengunjungi sebuah museum yang saat itu baru setahun diresmikan yakni Museum Pendidikan Indonesia yang berada di kompleks kampus Universitas Pendidikan Indonesia. Setelah selesai berkeliling, salah satu penjaga museum mengatakan bahwa terdapat satu buah rumah di atas terminal Ledeng yang bentuknya hampir mirip dengan Vila Isola. Sontak, saya memutar memori saya, rumah mana yang dimaksud oleh sang penjaga tersebut. Setelah saya cek ternyata sebuah rumah tua yang sekarang menjadi bagian dari Hotel Abadi Asri.

Rumah itu memang memiliki lagam arsitektur streamline art deco, mungkin satu-satunya di kawasan atas Jalan  Setiabudi. Tak lama kemudian, saya menyempatkan untuk menyambangi rumah indah tersebut untuk sekedar memotretnya dari dekat. Setelah pulang ke rumah, saya mencoba mencari dalam situs Belanda, siapa tahu rumah tersebut ada. Namun, hasilnya nihil.

Beberapa bulan berlalu dan saya mendapatkan sebuah buku dari salah satu rekan dengan  berjudul Risalah Perjuangan Kemerdekaan di Daerah Bandung Utara-Karawang Barat dalam Perang Kemerdekaan Indonesia 1945-1949 karya Maman Sumantri, seorang veteran pejuang kemerdekaan Indonesia.

Di buku tersebut, terdapat sebuah  informasi dan peta yang ternyata mendeskripsikan tentang rumah indah yang saya maksud di atas. Di dalam risalah tertulis nama dari rumah tersebut yaitu Vila De Vlucht-Heuvel yang pernah menjadi markas TKR Bandung Utara, namun berhasil direbut dan dijadikan markas Tentara Sekutu.

Peta Posko TKR Bandung Utara yang juga menuliskan keberadaan Vila De Vlucht-Heuvel (Foto Sumber: Buku Risalah Perjuangan Kemerdekaan di Daerah Bandung Utara-Karawang Barat dalam Perang Kemerdekaan Indonesia 1945-1949 karya Maman Sumantri)
Peta Posko TKR Bandung Utara yang juga menuliskan keberadaan Vila De Vlucht-Heuvel (Foto Sumber: Buku Risalah Perjuangan Kemerdekaan di Daerah Bandung Utara-Karawang Barat dalam Perang Kemerdekaan Indonesia 1945-1949 karya Maman Sumantri)

Baca Juga: TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Kisah Orang Afrika Selatan di Lembang #3: Luka di Ujung Senja
KISAH SANGKURIANG #1: Mitos atau Fakta?
POLEMIK DATA RISET SEJARAH LEMBANG #1: Melacak Jejak Hotel Astoria

Menelusuri Jejak Vila De Vlucht-Heuvel

Lama berselang hingga ketika 2019, saya bersama beberapa rekan kembali mengunjungi rumah tersebut dan rumah tersebut masih tampak sangat terawat. Masih minim sekali informasi yang saya dapat tentang rumah ini. Malah desas-desus cerita horor yang sering saya dapat dari warga setempat. Informasi mengenai siapakah dahulu pemiliknya dan tahun berapa dibangun, sama sekali belum saya dapatkan.

Semakin diriset lebih dalam, info mengenai rumah ini adalah selalu seputaran kisah horor, bahwa dahulu pasca kemerdekaan dimiliki oleh seorang jaksa, bahkan ada yang mengatakan petinggi militer, namun sang pembantu tewas dibantai perampok di sebuah malam naas. Kisah itu seolah terus menerus tertera salam benak warga masyarakat, hingga saya pernah menemukan sebuah konten Youtube tentang uji nyali di rumah indah itu.

Sungguh sangat disayangkan, rumah indah yang mungkin menyimpan banyak kisah sejarah yang seharusnya kita tahu, malah dibumbui hal-hal yang membuat kurang nyaman. Hingga akhirnya saya sempat menyerah mencari data rumah indah ini dan memasukkannya dalam data riset yang ngambang.

Masih segar dalam ingatan, ketika itu saya mengunjungi Lawa Buku, toko buku milik, dan membeli beberapa buku di sana. Salah satunya adalah buku yang berjudul Di Balik Layar, Warna-warni Konferensi Asia Afrika di Mata Pelakunya karya Sulhan Syafii dan Ully Rangkuti.  Ketika  membaca dari halaman ke halamannya, saya seperti “ dejavu” melihat sebuah foto rumah  pada halaman 148. Ketika saya amati lebih dalam, oh ternyata ini adalah rumah indah yang dahulu disebut Vila De Vlucht-Heuvel.

Jelas-jelas dalam foto tersebut dituliskan bahwa rumah ini adalah rumah singgah Delegasi India saat Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955. Begitu bahagianya saya ternyata jawaban yang saya cari untuk rumah indah ini datang di waktu yang tidak disangka.

Vila De Vlucht-Heuvel. (Foto Sumber: Buku Di Balik Layar Warna-warni Konferensi Asia Afrika 1955 di Mata Pelakunya karya Sulhan syafii dan Ully Rangkuti)
Vila De Vlucht-Heuvel. (Foto Sumber: Buku Di Balik Layar Warna-warni Konferensi Asia Afrika 1955 di Mata Pelakunya karya Sulhan syafii dan Ully Rangkuti)

Dan tak lama setelah itu, ketika saya selami sebuah situs Belanda lagi, saya menemukan foto- foto rumah indah ini ketika sedang dihuni pasukan sekutu di Masa Bersiap. Dan saya coba untuk sandingkan dengan foto-foto yang saya ambil ketika saya berkunjung ke rumah indah ini. Sebuah penemuan yang tak disangka, hingga akhirnya saya menemukan apa yang saya cari sejak 2016.

Intuisi kita mungkin semakin terlatih ketika selalu meriset bangunan tua bahwa suatu saat nanti akan ada informasi fakta lainnya yang akan terungkap, hanya kita tidak akan pernah tahu dan menyangka kapan hal itu datang. Saya kini dapat mematahkan rumor-rumor horor yang menyebar di warga masyarakat sekitar bahwa rumah indah yang selama ini hanya terbenam dengan konotasi yang negatif, ternyata menyimpan cerita indah bahkan kisah kebanggaan karena pernah dipakai sebagai tempat tinggal Delegasi India di masa konferensi Asia Afrika 55.     

Meriset tidak hanya mengantarkan saya kepada objek dengan kisah-kisah yang sangat luar biasa. Namun, meriset juga mengajarkan saya untuk bersabar menunggu alur takdir.

 

*Kawan-kawan dapat membaca artikel-artikel lain Malia Nur Alifa, atau tulisan-tulisan lain tentang Sejarah Lembang

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//