Cerita Warga Korban Kebakaran di Lahan Sengketa Sukahaji, Harta Benda Ludes dan Anak-anak Mengalami Trauma
Tahun ini sudah dua kali kawasan konflik tanah Sukahaji mengalami kebakaran. Warga dan kawan-kawan solidaritas saling menguatkan.
Penulis Awla Rajul29 Oktober 2025
BandungBergerak - Belasan jongko dan lima rumah warga di lahan sengketa Sukahaji terbakar sekitar pukul 3 dini hari, Selasa, 28 Oktober 2025. Insiden ini merupakan kebakaran yang kedua kali di tahun ini. Kebakaran pertama terjadi pada April, enam bulan lalu. Warga meyakini peristiwa ini bukan bencana biasa.
Usman, salah seorang korban menceritakan, ia melihat api di lantai dua pertama kali sekitar pukul 2.30 WIB dini hari. Ketika dilihat api itu sudah berkobar besar. Ia pun langsung menyelamatkan keluarganya terlebih dulu.
“Api menyala besar sekitar jam setengah tiga. Posisi api ada di atas, di loteng, lantai dua. Saya bangun ternyata api sudah besar. Saya enggak bisa menutup kemungkinan itu bakalan besar itu. Jadi yang penting saya nyelamatin anak-anak. Udah selesai. Makanya harta benda habis,” kata Usman, ketika ditemui tengah membersihkan puing-puing rumahnya.
Kebakaran hanya menyisakan dinding bawah rumah Usman. Seluruh surat-surat, sertifikat, BPKB, STNK kendaraan, termasuk uang tunai ludes. Kerugian diperkirakan mencapai 60 juta rupiah.
“Habis semuanya, tinggal ini aja,” kata Usman, menunjukkan badannya yang hanya memakai celana pendek, kaus oblong hijau, dan sandal.
Menurut pria sudah tinggal di Sukahaji selama 20 tahun, biasanya api terpantik kecil dari bawah. Ia merasa aneh mengapa api bisa langsung besar dan berasal dari atas. Ia menyebut, insiden kebakaran menjadi semacam risiko yang mesti ditelan warga yang bertahan di atas tanah sengketa.
Selama BandungBergerak di lokasi kejadian, terpantau beberapa warga tengah membersihkan puing-puing bekas kebakaran. Ada yang mengangkut kayu-kayu yang masih bisa dimanfaatkan. Beko yang masuk ke pekarangan warga sejak Senin, 27 Oktober 2025 juga terpantau terdampak kebakaran. Kursi kemudi terbakar dengan kaca-kacanya rontok berhamburan.
Selain rumah Usman, berdasarkan siaran pers warga, ada 11 jongko (lapak dagang kayu) yang habis terbakar, dua rumah hangus total, dua rumah hangus sedang, satu rumah rusak ringan, beberapa rumah mengalami kerusakan akibat panas dan semburan api, serta beberapa anak mengalami trauma.
Baca Juga: Di Tengah Konflik Lahan, Sejumlah Kios Kayu di Sukahaji Ludes Terbakar
Warga Sukahaji Membawa Kasus Pemagaran Tanah yang Mereka Tempati ke Pengadilan

Minyak Tanah
Warga Sukahaji, Alwi, dalam konferensi pers menyatakan, sepanjang 2025 sudah dua kali kebakaran. Ia menduga rangkaian kebakaran ini bukan kebetulan. Di dekat lokasi kejadian warga mencium bau minyak tanah.
“Di TKP itu tercium bau minyak tanah yang sangat menyengat. Dan ini juga kita temukan barang buktinya salah satu pakaian warga yang berbau minyak tanah,” kata Alwi ketika konferensi pers.
Di malam sebelum terjadi kebakaran, Alwi bercerita warga tengah berkonsolidasi membahas alat berat (beko) yang masuk ke lahan warga Sukahaji. Alat berat itu diduga masuk tanpa persetujuan dan perizinan dari pihak aparat pemerintah desa. Lantas dini harinya terjadilah insiden kebakaran.
Selain itu, lahan sengketa Sukahaji juga kini sudah ditutup pagar seng. Alwi menyebut, pemagaran yang dilakukan pada 29 September hingga 10 Oktober lalu tidak diperkuat dengan surat-surat resmi.
Akibat kebakaran ini, lanjut Alwi, banyak anak-anak mengalami trauma. Beberapa warga juga sempat pingsan. Salah seorang pemuda menjadi korban luka-luka bakar. Ia menyebut, solidaritas sempat kehabisan oksigen. Namun demikian, ia berterima kasih kepada kawan-kawan solidaritas yang siaga memberikan bantuan medis.

Menguatkan Solidaritas Warga
Di tengah suasana duka, warga dan kawan-kawan solidaritas berkumpul untuk saling menguatkan menghadapi potensi penggusuran.
Salah seorang warga Sukahaji, Yuli, menguatkan warga supaya berani mempertahankan haknya atas tanah. Ia mengingatkan warga untuk kompak, berani, dan menghadapi persoalan ini bersama-sama. Ia juga mengingatkan kepada warga untuk tidak percaya kepada siapa pun. Warga harus berdiri sendiri sebagai satu-kesatuan.
“Kita kok yang berhak di sini, kita punya ktp di sini. Ibu-ibu harus punya prinsip kalau ini tanah kita, kita udah lama tinggal di sini,” ungkapnya menguatkan.
Berdasarkan siaran pers, Warga Sukahaji menuntut aparat mengusut penyebab kebakaran. Mereka juga menuntut perlindungan penuh dan meminta pembebasan terhadap enam warga Sukahaji yang mereka yakini ditahan terkait sengketa lahan.
***
*Kawan-kawan dapat mengikuti kabar terkini dari BandungBergerak dengan bergabung di Saluran WhatsApp bit.ly/ChannelBB

