MAHASISWA BERSUARA: Desublimasi Pemuda yang Tertidur
Desublimasi tahap awal dan terpenting adalah membaca yang menghasilkan buah pikir kritis. Tahap selanjutnya adalah desublimasi melalui jejaring.

Zullyansyah
Mahasiswa UIN Bandung
31 Oktober 2025
BandungBergerak.id – Pemuda saat ini merupakan pria saat mendatang. Dalam adagium ini tersirat makna bahwa seorang pemuda ataupun pemudi merupakan harapan bangsa. Dengan itu, terdapat sebuah pupuk di hati untuk mencapainya. Akan tetapi, saat ini masih banyak pemuda yang tak tahu apa arti sesungguhnya adagium ini. Dengan metafora tertidur, dimaksudkan bagi pemuda yang tak melihat situasional saat ini, ataupun bagi pemuda yang tak jengah dengan sistem yang terpatri saat ini. Mereka layaknya tertidur atau bisa dikatakan masa bodoh dengan situasi saat ini. Mereka dininabobokan oleh sistem sehingga dalam hal ini mereka stagnan, tak ada ruang kritik, tak ada kesadaran kritis yang tumbuh, tak ada yang mempermasalahkan tentang situasi yang menindas mereka.
Lalu desublimasi yang dimaksudkan adalah sebuah gerakan resistence terhadap keadaan sublimasi, tertulis dalam one-dimmensional-man Herbert Marcuse. Sublimasi yang dimaksudkan adalah sublimasi tahap dua, sublimasi tahap lanjut ini merupakan situasi peninabobokan suatu kelompok konsumtif. Pada tahap ini mereka diberi kebebasan, keotentikan, kebahagiaan. Tapi di samping itu, mereka tak tahu-menahu tentang perbuatan konsumtif mereka. Mereka dibentuk untuk taken for granted “apa adanya” tanpa memikirkan konsekuensi yang mendatang. Maka pada tahap ini, desublimasi diperlakukan untuk mencapai sebuah emansipatoris.
Saat ini, waktu yang cocok untuk menggaungkan kembali desublimasi. Dengan sebuah harapan, apa yang tertuang dalam tulisan ini dapat menjadi sebuah refleksi untuk kemajuan para pemuda masa kini. Tujuan akhir dari tulisan ini: kembalinya gerakan pemuda sebagai penerus bangsa yang sesuai dengan adagium “pemuda saat ini merupakan pria saat mendatang.”
Baca Juga: MAHASISWA BERSUARA: Nasionalisme Seharusnya untuk Kesejahteraan Rakyat
MAHASISWA BERSUARA: Di Bandung Selatan, Setiap Pagi adalah Ujian
MAHASISWA BERSUARA: Memaknai Ucapan Dedi Mulyadi tentang Disiplin dalam Pendidikan
Desublimasi Melalui Intelektual
Dominasi yang telah sampai dengan proses globalisasi menghantarkan kita pada perubahan budaya, pola pikir, dsb. Dengan kata lain sublimasi tahap lanjutan ini, merupakan sebuah proyeksi hegemoni. Hegemoni sendiri mempunyai arti: orang yang memerintah, mengatur, memimpin. Hegemoni diartikan sebagai simulakrum atau simulasi –tertuang dalam The Agony Of Power– merupakan aksi pemusnahan, di mana pemaknaan melesap pada tanda, dan kelimpahan tanda memarodikan realitas semu atau bisa disebut hiperrealitas. Pada tahap ini apa yang disebut kejahatan merupakan sesuatu yang abstrak dan bias. Semua yang tertuang di sini, diproyeksikan dengan sibernetik atau jaringan virtual. Proyeksi ini mempercepat tahap hegemoni sehingga representasi telah hilang maknanya, realitas dihancurkan melalui derealitas simbol, otentikasi, kebahagiaan, diproyeksikan melalui barang konsumtif, dan kesadaran palsu. Tahap akhir dari derealitas metafisis adalah teralineasinya nilai guna.
Bersamaan dengan itu, J. Baudrillard mengatakan, “Saat ini mengubah dunia tidaklah cukup. Yang sangat kita butuhkan saat ini adalah menafsirkan segala transformasi ini, agar dunia tidak bertransformasi tanpa kita, dan berakhir pada dunia tanpa kita.” Dan semua ini terjadi sekarang. Kita yang tidak mampu untuk menafsirkan sebuah transformasi dituntut untuk melakukan sesuatu yang tak dipahami, kita terpaksa untuk mengikuti arus globalisasi ini tanpa perbekalan yang sudah cukup. Ditandai dengan penjarahan kecerdasan manusia yang mendukung kecerdasan buatan: suatu malapetaka yang jauh lebih buruk daripada kehancuran yang ditimbulkan sebuah bom nuklir.
Mengambil dari UNESCO survei tingkat baca di Indonesia sangat rendah, di mana hanya sekitar 0,0001 persen dari total populasi yang rajin membaca, setara dengan 1 dari 1000 orang. Untuk itu, hadirlah sebuah bentuk desublimasi melalui membaca. Untuk mencapai proses desublimasi ini, para pemuda harus mempunyai kesadaran murni akan situasi batas. Situasi batas –diinterpretasikan dengan sebuah kekosongan pikiran– yang semakin mengada ini perlu untuk dihancurkan. Melalui aktivitas membaca yang menghasilkan pemikiran kritis. Merupakan sebuah praksis murni untuk menghancurkan situasi batas yang terjadi. Semakin kita membaca, kita akan sadar atas apa yang terjadi saat ini. Desublimasi tahap awal dan terpenting adalah membaca yang menghasilkan buah pikir kritis. Menjadikan manusia sebagai manusia, bukan sebagai mesin ataupun seorang yes-man terhadap kondisi saat ini.
Desublimasi Melalui Jejaring
Ketika, desublimasi melalui intelektual telah dicapai. Tahap selanjutnya adalah desublimasi melalui jejaring. Dengan adagium “bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh” menjadi sebuah stimulan bagi para pemuda untuk selalu berjejaring. Tan Malaka dalam Aksi Massa menyerukan, “Revolusi bukanlah suatu pendapatan otak yang luar biasa, bukan hasil persediaan yang jempolan dan bukan lahir atas perintah seorang pemuda yang luar biasa,” maka tidaklah cukup bagi seorang individu yang sudah melalui tahap desublimasi intelektual untuk melakukan sebuah gerakan yang revolusioner. Gerakan revolusioner membutuhkan sebuah masyarakat yang sadar akan situasional. Oleh karenanya, dibutuhkan sebuah individu yang mampu mengubah situasional masyarakat, dan tercapainya suatu masyarakat pada tahap transvaluasi nilai. Sehingga memunculkan kolektif-kolektif yang sadar, kritis, dan empatik. Untuk melakukan sebuah aksi radikal, yang tidak hanya menggunung di permukaan masalah. Melalui unsur historis, berjejaring dapat mencapai suatu masyarakat baru, dibuktikan dengan peristiwa Bolshevik 1917. Melalui peristiwa ini, dapat menjadi sebuah cerminan bagaimana desublimasi jejaring dapat menghancurkan sublimasi.
Jejaring dengan pendekatan HAM sebuah gerakan kolektif yang mungkin mampu untuk menunjukkan taringnya pada saat ini. Dengan tujuan; memberdayakan masyarakat yang direnggut ruang hidupnya, juga suatu kelompok yang terpinggirkan, untuk berpartisipasi dalam sebuah aksi radikal. Pendekatan ini dapat dilihat dari sifatnya yang universal, tidak dapat dipisahkan, juga tidak dapat dicabut. Dengan pilar utama; pemberdayaan, kampanye, solidaritas, juga alternatif. Berfokus pada, perjuangan sipil atas dukungan solidaritas global, pembagian kuasa sumber daya yang adil, juga kendali masyarakat terhadap sumber daya produktif, disertai ketangguhan bertahan, transformasi sistem yang buruk. Maka, peran intelektual dalam jejaring pendekatan HAM adalah: menahan penghilangan daya kritis masyarakat, sebagai aktor konsolidator, juga aktor keselamatan hak-hak sipil.
Historis kemenangan jejaring pendekatan HAM di Indonesia dapat ditelusuri melalui pembentukan Komnas HAM pada tahun 1993. Meskipun, terbentuk pada zaman Orde Baru, Komnas HAM mempunyai peran yang signifikan dalam reformasi Indonesia yang terjadi pada tahun 1998, juga melahirkan beberapa instrumen hukum di Indonesia. Melalui pendekatan ini, hak-hak mereka yang teralieanasi dari kehidupan sosial dapat disuarakan. Ruang hidup mereka yang termarginalkan dapat kembali pada tangan-tangan mereka.
Desublimasi intelektual dan jejaring pada akhirnya akan selalu berdampingan. Tidaklah akan terwujud suatu gerakan revolusioner tanpa kedua tahap ini. Individu yang telah mencapai desublimasi intelektual pada akhirnya membutuhkan jejaring untuk melakukan aksi radikal. Begitu pula jejaring yang membutuhkan seorang aktor intelektual dalamnya, untuk menyusun sebuah sistematis berpikir juga pemetaan konsep masalah. Pendekatan HAM sebagai gerakan jejaring, mungkin dapat menyaring dan menyuarakan hak-hak yang terengut, mereka yang dipaksa untuk pindah, mereka yang dirampas ruang hidupnya, mereka yang dibungkam. Pendekatan HAM mungkin dapat menjadi sebuah gerakan alternatif yang mampu memecahkan kebingungan masyarakat hari ini. Akhir kata, curahkanlah segala kecerdasanmu demi mereka yang terpinggirkan, buatlah sebuah kolektif untuk memulai sebuah perubahan yang tersistematis.
***
*Kawan-kawan dapat mengikuti kabar terkini dari BandungBergerak dengan bergabung di Saluran WhatsApp bit.ly/ChannelBB

 
                                