• Kolom
  • POLEMIK DATA RISET SEJARAH LEMBANG #4: Mencari Lokasi Toko Marmer Carara Ursone dan Loji Giriloyo

POLEMIK DATA RISET SEJARAH LEMBANG #4: Mencari Lokasi Toko Marmer Carara Ursone dan Loji Giriloyo

Toko Marmer Carara milik keluarga Ursone dan Loji Giriliyo berada di Jalan Banceuy, Kota Bandung. Lokasinya tak jauh dari Pabrik Kopi Aroma.

Malia Nur Alifa

Pegiat sejarah, penulis buku, aktif di Telusur Pedestrian

Penggalan buku telepon Bandung masa kolonial dan menuliskan perihal Toko Marmer Carrara Ursone di Jalan Banceuy. (Foto: Dokumentasi Malia Nur Alifa)

1 November 2025


BandungBergerai.id – Salah satu yang membuat saya penasaran dari data keluarga Ursone adalah lokasi toko marmer mereka yang saya temukan dalam sebuah buku telepon Bandung masa kolonial. Dalam buku telepon itu bertuliskan: Ursone. A, Marmerhandel en bewerking “Carrara” Bantjeujweg.......Bd 65 (Bd 65 dis ini merupakan nomor telepon, bukan nomor rumah).

Dalam tulisan-tulisan saya terdahulu diterangkan bahwa,  Alexandro Ursone sang bungsu dari 3 Ursone bersaudara  mengelola sebuah toko yang menjadi eksportir marmer dari Italia. Ia berbeda dengan kedua kakaknya yaitu Pietro Antonio Ursone dan Giussepe Ursone yang mengelola perkebunan dan peternakan di Lembang, Alex lebih suka berada di ruangan tanpa harus berurusan dengan kebun dan kandang-kandang sapi perah.

Yang saya terus tanyakan kepada para narasumber atau saya cari dalam berbagai informasi lainnya seperti situs-situs Belanda adalah alamat detail dari toko marmer tersebut –minimal patokan alamatnya karena Jalan Banceuy itu lumayan panjang. Pada tahun 2017, saya berkesempatan untuk mengenal putra dari Ibu Mavalda atau Sopiah yang merupakan anak angkat dari Pietro Antonio Ursone. Putra Ibu Mavalda tersebut bernama Ronie Noma yang berdomisili di Jalan Hata, Kota Bandung.

Selama tahun 2017 itulah saya sering melakukan wawancara kepada Om Ronie dan saya pun menanyakan tentang alamat lengkap dari toko marmer tersebut. Om Ronie saat itu hanya berkata bahwa Toko Marmer Carrara Ursone berdekatan dengan keberadaan sebuah loji Teosofi  yang berada di Jalan Banceuy.

Jawaban itu hanya membuat saya semakin penasaran, malah menjadi dobel karena saya juga menjadi penasaran perihal lain yaitu keberadaan sebuah loji Teosofi di bilangan Jalan Banceuy. Ketika itu saya bertanya pada ibu saya, karena keluarga ibu saya dahulu merupakan pengurus Loji Teosofi Galih Pakuan di Merdikaweg. Ibu hanya menjawab bahwa  loji di kawasan Banceuy bernama Loji Giriloyo dan loji tersebut adalah sebuah rumah yang tidak jauh dari penjual Soto Boyolali.

Alih-alih mendapatkan jawaban atas pertanyaan, saya malah dibuat semakin bingung atas jawaban ibu, apakah di kawasan Banceuy yang mayoritas penjual onderdil kendaraan terdapat penjual Soto Boyolali? Betul-betul seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami. Hingga akhirnya saya masukan data ini ke dalam data ngambang  selanjutnya.

Baca Juga: POLEMIK DATA RISET SEJARAH LEMBANG #1: Melacak Jejak Hotel Astoria
POLEMIK DATA RISET SEJARAH LEMBANG #2: Menyusuri Jejak Vila De Vlucht-Heuvel
POLEMIK DATA RISET SEJARAH LEMBANG #3: Misteri Makam di Tengah Kebun Percobaan

Petunjuk dari Buku Wisata

Pada masa pandemi saya sering meriset via online dengan salah satu teman bernama Dewi Diana Saraswati. Ia menemukan sebuah buku pedoman wisata kota Bandung yang diterbitkan oleh Djawatan Penerangan Kota Besar Bandung tahun 1956, di sana tertulis tentang alamat-alamat rumah sakit, sekolah, pasar, kuburan  dan lain sebagainya di Bandung. Dan tercengangnya kami saat menemukan juga alamat-alamat tempat ibadah dan terdapat alamat tempat kebatinan yang bernama Loji Giriloyo Bandung yang ternyata tercantum jelas berada di Jalan Banceuy nomor 27.

Langsung memori saya berkelana pada data ngambng yang saya peti es kan sejak 2017. Ternyata alamat Loji Giriloyo berada di Jalan Banceuy nomor 27, artinya posisi Toko Marmer Carrara Ursone tidak jauh dari Jalan Banceuy nomor 27. Namun yang jadi permasalahannya sekarang adalah nomor-nomor alamat itu telah jauh berubah, karena pada perkembangannya terdapat beberapa tempat yang dibagi-bagi menjadi beberapa toko. Hingga PR saya selanjutnya adalah mengetahui nomor terbarunya.

Saya sempat mendatangi berkali-kali kawasan Banceuy, mencari terus mencari hingga bertanya kepada beberapa pemilik toko di sana, menanyakan di manakah rumah nomor 27 itu dahulu berada. Namun sepertinya data ini masih harus mengajarkan saya untuk bersabar lebih lama lagi.

Beberapa bulan berlalu dan akhirnya sampai di sebuah hari di pertengahan bulan puasa pada tahun 2022, entah apa yang membuat saya ikut antre membeli Kopi Aroma, karena biasanya saya membeli kopi tersebut di salah satu supermarket di kawasan Setiabudi, Bandung. Entah mengapa saat itu saya ingin sekali membeli langsung Kopi Aroma di tokonya di Jalan Banceuy.

Sambil mengantre, saya iseng melihat nomor rumah yang tertera pada kusen-kusen Toko Kopi Aroma, di sana terlihat dua nomor, satu nomor lama dan satu nomor baru. Nomor baru menunjukkan nomor 51 dan nomor lama menunjukkan nomor 31 A.

Hingga akhirnya saya pun ngeh bahwa apabila pabrik kopi Aroma memiliki nomor lama nomor 31 A, berarti Loji Giriloyo yang bernomor 27 berada tidak jauh dari sana, bahkan mungkin sejajar letaknya dengan pabrik Kopi Aroma.

Saya mencoba menelusuri dan mulai mengira-ngira manakah rumah nomor 27 itu dan mulai membayangkan bahwa mungkin kanan-kiri Loji Giriloyo tersebut adalah Toko Marmer Carrara Ursone. Yang terpenting sekarang adalah saya telah menemukan patokannya bahwa Toko Marmer Ursone dan Loji Giriloyo ternyata tidaklah jauh dari pabrik Kopi Aroma.

Sebuah pencarian yang benar-benar seperti mengajak saya untuk berpetualang. Dari sekedar “kepo” dengan keberadaan sebuah Toko Marmer Carrara yang dikelola bungsu dari Ursone bersaudara hingga membuat saya pun harus kembali kepo dengan sebuah petunjuk yaitu keberadaan sebuah loji teosofi Giriloyo. Semua data-data ini menuntun saya melakukan petualangan kecil yang sangat menarik.

Dari hal ini saya kemudian semakin paham bahwa meriset bukan hanya tentang menemukan data, namun berpetualang dalam permainannya. Dan saya semakin percaya bahwa bukan saya yang mencari data tersebut, namun data itulah yang memilih kapan, di mana, dan oleh siapa akan dibuka.

 

***

*Kawan-kawan dapat membaca artikel-artikel lain Malia Nur Alifa, atau tulisan-tulisan lain tentang Sejarah Lembang

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//