• Berita
  • DILANS Indonesia, Ketika Difabel dan Nondifabel Membuka Ruang Bersuara Bersama

DILANS Indonesia, Ketika Difabel dan Nondifabel Membuka Ruang Bersuara Bersama

DILANS Indonesia menggelar InclusiFest 2025 untuk mengkampanyekan gagasan dan pembelajaran dan mempercepat pemenuhan hak penyandang disabilitas dan lansia.

Acara Kopi Sore Kelas Menulis dan Berpikir Kritis bersama komunitas DILANS Indonesia di di Fragment Project, Bandung, Rabu, 3 Desember 2025. (Foto: DILANS Indonesia)

Penulis Nabilah Ayu Lestari4 Desember 2025


BandungBergerakUpaya menghadirkan ruang inklusif bagi penyandang disabilitas dan lansia masih menghadapi banyak tantangan di Indonesia. Kemandirian dalam aspek ekonomi, sosial, hingga partisipasi publik sering tersendat oleh minimnya ruang aman untuk belajar, berdiskusi, dan bersuara.

Di Bandung, Pergerakan Penyandang Disabilitas dan Lanjut Usia (DILANS) Indonesia mencoba menjawab kebutuhan tersebut dengan membangun ruang temu antara penyandang disabilitas dan nondisabilitas secara setara. Melalui kegiatan “Kopi Sore: Kelas Menulis dan Berpikir Kritis” yang digelar bertepatan dengan Hari Disabilitas Internasional, DILANS mendorong lahirnya komunitas pembelajar yang dapat bertukar pengalaman, mengasah kemampuan menulis, dan memperkuat nalar kritis.

Menurut Farhan Helmy, Presiden DILANS Indonesia, ruang semacam ini penting karena penyandang disabilitas dan lansia kerap terpinggirkan dari percakapan publik. Tantangan makin berat ketika informasi yang beredar di ruang digital dibanjiri hoaks, sehingga kemampuan memilah dan memahami informasi menjadi kebutuhan dasar yang belum semua orang akses secara setara.

Inisiatif DILANS menunjukkan bahwa inklusi bukan hanya soal fasilitas fisik, melainkan juga kesempatan untuk berpartisipasi, belajar, dan membangun kapasitas diri. Ruang-ruang kecil yang terbuka dan aman ini diharapkan dapat memperkuat kemandirian penyandang disabilitas dan lansia, sekaligus menumbuhkan budaya kolaborasi yang lebih luas di masyarakat.

“Ke depannya, kami berharap bisa memberikan ruang inklusif untuk semua orang dan kita bisa berkolaborasi dalam menghadirkan kegiatan-kegiatan aktif lainnya,” ucap Farhan Helmy, di sela-sela acara Kopi Sore di Fragment Project, Bandung, Rabu, 3 Desember 2025.   

Acara “Kopi Sore: Kelas Menulis dan Berpikir Kritis” merupakan bagian dari InclusiFest 2025 yang digelar komunitas DILANS. Acara ini bagian dari festival tahunan yang diselenggarakan dalam mempromosikan gagasan dan pembelajaran dalam percepatan agenda pemenuhan hak penyandang disabilitas dan lansia.

Kopi Sore diisi Iman Herdiana, Editor BandungBergerak yang membagikan pengalaman menulis. Iman mengajak para peserta untuk mulai bercerita dan menggali ingatan melalui tulisan. Selain mendapatkan materi tentang penulisan esai, peserta juga langsung praktik menulis, membuat judul, isi, dan penutup.   

Beberapa peserta ada yang bertanya dan memberikan pengalamannya tentang menulis. Ada pula yang merasa takut menulis, mereka berpikir takut dicemooh, bungkam, dan mendapatkan kritik tajam atas tulisannya.   

Iman menjelaskan, bahwa seorang penulis pemula memang akan menghadapi sejumlah kendala. Namun yang perlu dilakukan adalah niat dan memulainya. Menurutnya, menulis bisa dimulai dari sesuatu yang sudah dipahami atau diminati.

“Semua orang bisa menulis, yang menjadi pembeda adalah seberapa kuat argumenmu yang bisa meyakinkan para pembaca,” kata Iman.  

Selain itu, suara teman-teman DILANS saat ini sangat dibutuhkan. Di tengah banjir informasi, semua orang baik difabel maupun nondifabel menghadapi serangan hoaks, pendengung (buzzer), ujaran kebencian, pengekangan kebebasan berekspresi, dan pasal-pasal yang cenderung membungkam.

Bahkan kerap kali informasi yang tidak bermuatan kepentingan publik muncul setiap harinya di layar-layar gawai. Di tengah situasi itu, suara kawan-kawan DILANS melalui tulisan sangat dinantikan sebagai perspektif atau narasi pembeda. 

Baca Juga: Simpul Benang Kawan Difabel Bandung, Merajut Daya di Binong Jati
Membela Kawan-kawan Difabel Bandung dalam Pemenuhan Hak Pelayanan Tes HIV

Tentang DILANS

Pergerakan Penyandang Disabilitas dan Lanjut Usia (DILANS) Indonesia dideklarasikan di Bandung pada tanggal 3 Desember 2021 bertepatan dengan Hari Disabilitas Internasional. DILANS dibentuk dengan niat untuk menciptakan dunia inklusif bagi warga penyandang disabilitas dan lansia.

“Yang dilakukan dengan cara memobilisasi sumberdaya melalui berbagai kolaborasi dengan aktor negara dan nonnegara untuk mempercepat kehidupan inklusif,” demikian dikutip dari keterangan resmi DILANS Indonesia

Kegiatan strategis yang dilakukan DILANS antara lain melakukan advokasi kebijakan ke berbagai pemangku kepentingan baik pemerintah maupun non-pemerintah tentang penyandang disabilitas dan lanjut usia berdasarkan penelitian berbasis sains.

Melakukan penelitian, inovasi dan pengembangan produk yang ramah bagi penyandang disabilitas dan lanjut usia.

Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi warga penyandang disabilitas dan lansia agar berdaya.

Melaksanakan literasi sains, teknologi, dan pengetahuan penyandang disabilitas dan lanjut usia melalui berbagai media secara daring maupun luring.

Melaksanakan pembangunan pusat pemulihan dan rehabilitasi berbasis komunal untuk anggota perkumpulan maupun warga lainnya.

Melaksanakan kegiatan lainnya yang terkait selama tidak bertentangan dengan visi dan misi perkumpulan dan tidak melanggar peraturan perundangan yang berlaku.

*Kawan-kawan dapat mengikuti kabar terkini dari BandungBergerak dengan bergabung di Saluran WhatsApp Kami

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//