• Berita
  • Hujan Ekstrem dan Kerusakan Hutan Mempercepat Terjadinya Banjir di Cililin dan Bandung Selatan

Hujan Ekstrem dan Kerusakan Hutan Mempercepat Terjadinya Banjir di Cililin dan Bandung Selatan

Alih fungsi lahan hutan diduga memperburuk risiko banjir di Bandung Raya. Curah hujan ekstrem bukan penyebab tunggal.

Peternak ikan mengangkat ikan yang dicari didalam kolam yang terdampak banjir bandang di Mukapayung, Cililin, 5 Desember 2025. (Foto: Insan Radhiyan/BandungBergerak)

Penulis Insan Radhiyan Nurrahim, 6 Desember 2025


BandungBergerakHujan deras pada Kamis, 4 Desember 2025, memicu banjir bandang di Desa Mukapayung, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat. Arus air yang kuat menerjang permukiman dan lahan warga, mengakibatkan kawasan itu terdampak cukup parah.

Di waktu yang hampir bersamaan, Sungai Citarum kembali meluap dan merendam sejumlah permukiman di wilayah Bandung Selatan. Ketinggian air meningkat cepat, membuat warga harus mengevakuasi barang dan mengamankan diri.

Bencana hidrometeorologi ini diperparah oleh alih fungsi kawasan hutan yang terus berlangsung, mengurangi daya serap air dan memperbesar risiko banjir serta longsor saat curah hujan tinggi.

Petugas Membersihkan kolam renang yang terdampak banjir bandang di Mukapayung, Cililin, 5 Desember 2025. (Foto: Insan Radhiyan/BandungBergerak)
Petugas Membersihkan kolam renang yang terdampak banjir bandang di Mukapayung, Cililin, 5 Desember 2025. (Foto: Insan Radhiyan/BandungBergerak)

Banjir Bandang di Cililin

Di Desa Mukapayung, sekitar pukul satu siang warga mulai mendengar gemuruh hentakan air yang tidak biasa. Air Sungai Cibitung yang biasanya tenang berubah menjadi arus besar yang menggulung lumpur. Dalam hitungan jam, kawasan wisata Lembah Putri Curugan yang berdiri tepat di tepi aliran sungai tenggelam oleh banjir bandang. Kolam-kolam renang yang sebelumnya jernih berubah menjadi kubangan kecoklatan. Saung-saung di pinggir kolam pun rusak karena digerogoti lumpur yang menumpuk.

Keesokan harinya, Jumat, 5 Desember 2025 ketika pagi masih menyengat dan bau lumpur mengendap di udara, saya tiba di lokasi. Di depan mata terlihat sisa kejadian seperti yang dilihat di media sosial. Kolam wisata yang semula biru pekat seolah berubah menjadi kolam tanah. Sekelompok orang membawa tongkat dan sekop, mencoba mengikis lapisan lumpur yang menempel di ubin lantai dan dinding kolam. Di sisi lain juga ada beberapa orang memindahkan bangku-bangku plastik yang sudah terseret arus.

Warga menembus banjir dengan delman di Bandung Selatan, Jawa Barat, 5 Desember 2025. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)
Warga menembus banjir dengan delman di Bandung Selatan, Jawa Barat, 5 Desember 2025. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)

Tidak jauh dari kolam wisata, sebuah kolam ikan dengan luas sekitar 200 meter per segi terkena dampaknya. Kolam yang dikelola BUMDes dan berisi 9 ton ikan mas, nila, dan mujair kini tidak lebih dari kubangan coklat dengan bau amis menusuk.

Menurut peternak ikan, sekitar 80 persen ikan hilang terbawa arus. Beberapa ikan yang tersisa mati terjebak di tumpukan lumpur di kolam, dan peternak harus mencari mereka satu per satu, menyingkirkan lumpur dengan tangan kosong maupun jaring penangkap ikan.

"Prosesnya lama, airnya masih keruh. Mau tidak mau kami ambil ikan mati ini untuk dijual,”  kata seorang petugas BUMDes sambil mengangkat ember berisi ikan.

Warga menunjukkan hasil pancingan di jalan yang terendam banjir Bandung Selatan, Jawa Barat, 5 Desember 2025. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)
Warga menunjukkan hasil pancingan di jalan yang terendam banjir Bandung Selatan, Jawa Barat, 5 Desember 2025. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)

Ikan-ikan yang mereka selamatkan akan dijual ke pasar atau di pinggir jalan. Namun harga ikan yang sudah mati akan turun drastis. “Biasanya kalau ikan mati gini harga per kilonya turun dari 24 ribu (rupiah) jadi 19 ribu (rupiah) perkilo," tambahnya.

Di pinggir jalan menuju kawasan wisata, saya melihat satu keluarga tengah memisahkan ikan-ikan yang masih layak dikonsumsi dari yang sudah membusuk. Ikan-ikan itu harus segera dijual hari itu juga, jika tidak, kerugian akan bertambah. Banjir bukan hanya merusak fasilitas wisata tetapi ia mengganggu mata pencaharian warga desa.

Kumpulan Ikan mati bercampur dengan lumpur akibat banjir bandang di Mukapayung, Cililin, 5 Desember 2025. (Foto: Insan Radhiyan/BandungBergerak)
Kumpulan Ikan mati bercampur dengan lumpur akibat banjir bandang di Mukapayung, Cililin, 5 Desember 2025. (Foto: Insan Radhiyan/BandungBergerak)

Lebih jauh dari kolam ikan, terlihat hamparan sawah yang biasanya hijau kini berubah menjadi ladang lumpur. Jejak banjir terlihat jelas, seperti batang-batang padi tumbang rata dengan lumpur, beberapa terpelintir tertiban pohon pisang juga. Menurut laporan BPBD, sekitar 5 hektare lahan pertanian terendam arus deras. Sawah itu sebenarnya berada di atas lahan milik Indonesia Power (IP) yang digarap oleh masyarakat. Hujan deras saat itu memusnahkan hasil panen berbulan-bulan para petani.

Asep Sehabudin, Kepala Pelaksana BPBD KBB, menegaskan bahwa luapan Sungai Cibitung tidak mencapai permukiman warga, jaraknya cukup jauh dari bibir sungai. Namun sawah-sawah dan fasilitas wisata tidak bisa diselamatkan.

“Air naik sangat cepat,” kata Asep. “Sungai meluap dalam hitungan menit. Tidak ada waktu evakuasi. Yang bisa dilakukan warga hanya menjauh.”

Pejalan kaki melintasi jalan alternatif yang terputus di Nanggerang, Cililin, 5 Desember 2025. (Foto: Insan Radhiyan/BandungBergerak)
Pejalan kaki melintasi jalan alternatif yang terputus di Nanggerang, Cililin, 5 Desember 2025. (Foto: Insan Radhiyan/BandungBergerak)

Bukan Soal Hujan Deras

Sekretaris Daerah Bandung Barat Ade Zakir menyatakan bencana ini bukan hanya soal hujan deras. Selain cuaca ekstrem yang telah diperingatkan BMKG sebelumnya, ia menyebut faktor lain yang berperan besar alih fungsi lahan di wilayah hulu.

Vegetasi yang hilang di perbukitan membuat air hujan tidak lagi terserap tanah. Ketika curah hujan tinggi datang, semua air langsung turun dari hulu tanpa hambatan, mempercepat aliran permukaan.

Petugas memperluas jalan dan menambal jalan dengan bambu beserta tanah merah di jalan yang terputus di area  penghubung Desa Ciririp dan Desa Bangsaya, 5 Desember 2025. (Foto: Insan Radhiyan/BandungBergerak)
Petugas memperluas jalan dan menambal jalan dengan bambu beserta tanah merah di jalan yang terputus di area penghubung Desa Ciririp dan Desa Bangsaya, 5 Desember 2025. (Foto: Insan Radhiyan/BandungBergerak)

“Pemicunya kemungkinan memang seperti itu,” kata Ade Zakir. “Curah hujan tinggi dan alih fungsi lahan. Dua-duanya jadi perhatian kami.”

Sementara itu, secara umum luas hutan di Jawa Barat menyusut. Berdasarkan data dari Atlas Nusantara, pada tahun 2023, luas hutan yang tersisa di Jawa Barat hanya sekitar 259.576 hektare. Lahan kritisnya terus bertambah. Jawa Barat menduduki peringkat ketiga secara nasional dalam hal luas lahan kritis, mencapai 907.979,09 hektare pada tahun 2021.

“Kerusakan hutan di Jawa Barat, terutama akibat kebijakan yang mengedepankan kepentingan investasi, semakin mengkhawatirkan. Pembangunan yang tidak memperhatikan prinsip keberlanjutan semakin memperburuk kualitas lingkungan dan menggusur ruang hidup masyarakat lokal. Banyak kawasan yang seharusnya dilindungi, seperti kawasan hutan lindung dan konservasi, kini terancam oleh alih fungsi untuk kepentingan bisnis dan pembangunan industri,” ungkap Walhi Jabar.

Baca Juga: Peringatan Keras dari Bencana Sumatra untuk Jawa Barat, Hentikan Alih Fungsi Hutan
Membaca Ci Tarum dan Ci Manuk dalam Peta VOC MS VEL 1161

Petugas memperluas jalan dan menambal jalan dengan bambu beserta tanah merah di jalan yang terputus di area  penghubung Desa Ciririp dan Desa Bangsaya, 5 Desember 2025. (Foto: Insan Radhiyan/BandungBergerak)
Petugas memperluas jalan dan menambal jalan dengan bambu beserta tanah merah di jalan yang terputus di area penghubung Desa Ciririp dan Desa Bangsaya, 5 Desember 2025. (Foto: Insan Radhiyan/BandungBergerak)

Jalan Amblas

Dampak hujan deras itu terlihat jelas ketika saya bergerak naik ke daerah Nanggerang, wilayah yang lebih tinggi dari Mukapayung. Jalan kabupaten yang menghubungkan Ciririp dan Bangsaya amblas atau terputus hanya menyisakan guratan besar di permukaan aspal yang kini sekedar dibuat jalan sementara oleh petugas dari gundukan bambu dan tanah merah.

Ruas jalan itu menjadi satu-satunya akses warga menuju sekolah, kebun, dan pasar. Kini hanya kendaraan roda dua yang bisa lewat, itu pun dengan hati-hati karena tanah di bawahnya terus bergeser seiringnya cuaca.

Ade menyebut bahwa jalan ini sudah amblas tiga kali dalam beberapa tahun terakhir. Kerusakannya berulang, polanya sama, yaitu hujan deras dari arah hulu menghantam lereng tanpa vegetasi cukup untuk menahan erosi.

Warga menembus Jalan Raya Bojongsoang yang terencam banjir dengan perahu, 5 Desember 2025. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)
Warga menembus Jalan Raya Bojongsoang yang terencam banjir dengan perahu, 5 Desember 2025. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)

“Kami sedang assesment, penanganan jangka panjang perlu kajian geologi, Kita harus tahu apakah pergerakan tanah ini menyebar atau hanya terjadi di titik ini saja,” kata Ade.

Mia, ibu rumah tangga yang tinggal tak jauh dari lokasi jalan amblas berharap cemas sambil memperhatikan jalan yang terputus. “Mudah-mudahan cepat ada bantuan, ini jalan satu-satunya ke sekolah kalau lewat jalur lain bisa setengah jam lebih lama," kata Mia.

Bagi warga, kerusakan infrastruktur seperti ini bukan sekadar statistik di laporan pemerintah, ini tentang akses mereka terhadap pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan sehari-hari.

Dari kawasan wisata yang penuh lumpur hingga jalan kabupaten yang terputus di perbukitan Nanggerang, satu benang merah yang terlihat jelas adalah desa ini berada dalam tekanan perubahan ekologis cuaca yang berat. Bencana seperti banjir bandang tidak hanya dipicu oleh badai cuaca ekstrem yang semakin sering muncul akibat perubahan iklim, tetapi juga oleh ulah infrastruktur yang tidak sesuai, mengalihfungsikan lahan, dan mengabaikan daya dukung tanah.

Warga menembus jalan yang terencam banjir di Bandung Selatan, 5 Desember 2025. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)
Warga menembus jalan yang terencam banjir di Bandung Selatan, 5 Desember 2025. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)

Desa ini perlu solusi yang jelas terkait alih fungsi lahan utamanya bangunan yang dekat aliran sungai Cibitung, karena jika ini tidak diperhatikan bisa jadi banjir bandang akan sampai ke pemukiman warga. Dibalik aktivitas memungut ikan sisa, membersihkan saung yang rusak, menambal jalan yang terputus, dan menyusun kembali kehidupan yang terjeda, alangkah baiknya pemerintah melakukan aksi konkret bukan hanya solusi sementara saja.

Ini juga menjadi pengingat keras bahwa desa-desa di kaki perbukitan seperti Mukapayung tidak hanya membutuhkan bantuan darurat, tetapi juga perubahan kebijakan yang menahan kerusakan lingkungan di hulu. Rehabilitasi lahan, perlindungan vegetasi, dan tata ruang yang berpihak pada daya dukung alam seharusnya bukan lagi wacana.

Dari kolam renang wisata yang tertutup lumpur hingga sawah yang hilang, dari kolam ikan yang kosong hingga jalan yang amblas, Mukapayung adalah cerminan nyata bagaiman kota Bandung dan sekitarnya perlu  sebuah perubahan tata lahan yang sesuai.

Warga membersihkan toko setelah terdampak terencam banjir di Bandung Selatan, 5 Desember 2025. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)
Warga membersihkan toko setelah terdampak terencam banjir di Bandung Selatan, 5 Desember 2025. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)

Banjir Bandung Selatan

Di selatan Bandung, Sungai Citarum kembali meluap. BPBD Kabupaten Bandung mendata banjir dan longsor melanda 14 kecamatan di wilayah yang masuk Kabupaten Bandung.

Banjir di Bandung Selatan membuat aktivitas perdagangan terganggu dan banyak toko dan pasar tutup. Hujan lebat di Bandung Raya membuat sungai-sungai di DAS Citarum meluap hingga memutus akses jalan raya provinsi dari kabupaten ke arah kota.

Kepala Biro Administrasi Pimpinan (Adpim) Jabar Akhmad Taufiqurrahman membeberkan banjir berdampak di Kecamatan Dayeuhkolot, Baleendah, dan Bojongsoang.

Total warga terdampak kurang lebih 13 ribu orang," ujarnya, dalam keterangan resmi.

 

*Reportase ini mendapatkan dukungan data dari reporter BandungBergerak Prima Mulia dan Awla Rajul. Kawan-kawan dapat mengikuti kabar terkini dari BandungBergerak dengan bergabung di Saluran WhatsApp Kami

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//