• Opini
  • Mewaspadai Bencana Tsunami di Daerah Pesisir Indonesia

Mewaspadai Bencana Tsunami di Daerah Pesisir Indonesia

Wilayah di sepanjang pesisir selatan Sumatra, Jawa, dan Kepulauan Sunda Kecil berpotensi dilanda gelombang tsunami karena keberadaan Lempeng Indo-Pasifik.

Johan Arif

Peneliti Geoarkeologi & Lingkungan di ITB, Anggota Kelompok Riset Cekungan Bandung.

Cincin Api (ring of fire) adalah rangkaian gunung berapi dan lokasi aktivitas seismik atau gempa bumi, di sekitar tepian Samudra Pasifik. Kepulauan Indonesia terletak di dalam kawasan ini. Di kawasan ini terletak Lempeng India-Australia yang menunjam di bawah lempeng Eurasia. (Sumber: Dok. Penulis)

19 Desember 2025


BandungBergerakMasyarakat yang bermukim di sekitar garis pantai maupun di sekitar sungai besar sering kali menghadapi bencana alam. Salah satu bencana alam yang paling ditakuti, terutama bagi masyarakat yang tinggal di sekitar garis pantai, adalah gelombang tsunami. Penyebab gelombang tsunami biasanya dihubungkan dengan kejadian gempa bumi. Namun, bencana alam lainnya yang terjadi di dasar laut seperti tanah longsor atau letusan gunung berapi, juga dapat memicu terjadinya gelombang tsunami.

Gelombang tsunami dapat bergerak dengan kecepatan 800 km/jam. Tinggi gelombangnya di lautan lepas kurang dari 1 meter, tetapi meningkat drastis ketika mendekati daratan. Gelombang tsunami memiliki potensi bencana yang tinggi karena dampak kerusakannya sangat besar bagi masyarakat. Dampak tsunami dapat diikuti oleh bahaya lainnya, seperti banjir, erosi pantai, dan penyebaran penyakit akibat pencemaran air.

Di Indonesia, wilayah yang terletak di sepanjang pesisir selatan Sumatra, Jawa, dan Kepulauan Sunda Kecil berpotensi dilanda gelombang tsunami karena keberadaan Lempeng Indo-Pasifik di Samudra Hindia. Gelombang tsunami yang pernah tejadi di Indonesia adalah gempa yang dipicu oleh letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883. Musibah ini menewaskan lebih dari 36.000 penduduk pesisir di Jawa dan pulau-pulau di sekitarnya. Kemudian, pada hari Ahad 26 Desember tahun 2004 jam 7.58 WIB, gelombang tsunami menghantam pesisir Aceh dan menewaskan ribuan orang di empat belas negara yaitu Indonesia, Sri Lanka, India, Thailand, Somalia, dan Maladewa. Kemudian, diikuti lagi oleh gempa bumi dan tsunami berkekuatan 8,6 SR yang meluluhlantakkan Nias pada bulan Maret 2005.

Gempa di Aceh tahun 2004 ini merupakan gempa bumi terkuat yang pernah tercatat di Asia dan gempa bumi terkuat ketiga yang pernah terjadi sepanjang sejarah modern. Penyebabnya diduga berkaitan dengan pergerakan Lempeng Indo-Pasifik di Samudra Hindia yang memicu gempa bumi berskala sekitar 9 SR atau dalam Skala Intensitas Mercalli IX.

Cincin Api (ring of fire) adalah rangkaian gunung berapi dan lokasi aktivitas seismik atau gempa bumi, di sekitar tepian Samudra Pasifik. Kepulauan Indonesia terletak di dalam kawasan ini. Di kawasan ini terletak Lempeng India-Australia yang menunjam di bawah lempeng Eurasia

Di Pulau Jawa, tradisi kerajaan yang paling populer adalah Babad Tanah Jawi, yang pertama kali ditulis pada akhir abad ke-18 Masehi yang berisikan unsur-unsur legendaris yang dirancang untuk melegitimasi raja atau menjelaskan kejatuhan mereka. Yang menonjol adalah pembahasan raja-raja Mataram dan kisah hubungan mereka dengan ratu laut selatan, Ratu Kidul atau Nyai Roro Kidul, yang katanya istananya berada di bawah Samudra Hindia dekat Parang Tritis. Dia masih diyakini oleh banyak orang Jawa dan Bali sebagai penguasa dan sumber segala bahaya yang terkait dengan Laut Selatan atau Samudra Hindia hingga sekarang, termasuk kejadian gempa dan tsunami, dan mungkin juga memainkan peran penting dalam mencegah permukiman di pantai selatan.

Baca Juga: Geowisata ke Fomasi Lidah di Bojonegoro
Lahirnya Kota-kota Tua di Asia Barat

Tingkat kehancuran (katastrop) dari beberapa jenis bencana alam khususnya yang bersifat fisik di dominasi oleh banjir (43,8 persen) dan gempa bumi (25 persen). (Sumber: Dok Penulis)
Tingkat kehancuran (katastrop) dari beberapa jenis bencana alam khususnya yang bersifat fisik di dominasi oleh banjir (43,8 persen) dan gempa bumi (25 persen). (Sumber: Dok Penulis)

Paleotsunami

Paleotsunami atau tsunami purba adalah gelombang tsunami yang terjadi pada masa lalu. Terkait dengan paleotsunami ini, semua lokasi yang terletak di sepanjang atau berdekatan dengan pesisir selatan seperti Pulau Nias dan Natal di Sumatera Utara, Painan di Sumatera Barat, Sindangbarang dan Cijulang di Jawa Barat, Pulau Nusa Kambangan dan Parangtritis di Jawa Tengah, Pacitan dan Pulau Nusa Burung di Jawa Timur, menarik untuk diteliti karena wilayah-wilayah tersebut kemungkinan pernah dihantam oleh gelombang tsunami pada masa lalu.

Kejadian paleotsunami di situs-situs prasejarah juga merupakan penelitian yang menarik. Ada beberapa situs prasejarah yang terletak berdekatan dengan garis pantai selatan seperti Pacitan dan Puger, keduanya di Jawa Timur. Situs prasejarah tersebut, yang disebut Gua Lawa, terletak di Sampung di timur laut Pacitan. Gua Lawa terletak di bukit kapur Pegunungan Selatan; posisinya sekitar 200 meter di atas permukaan laut. Sementara situs prasejarah kedua, yang disebut Gua Sodong, terletak di daerah Lojejer di sebelah barat Puger. Gua Sodong juga terletak di bukit kapur Pegunungan Selatan, tetapi, posisinya lebih rendah dari Gua Lawa, sekitar 20 meter di atas permukaan laut. Semua situs tersebut terletak sekitar 17 km atau lebih dari garis pantai selatan.

Penggalian Gua Lawa pertama kali dilakukan oleh Van Es pada tahun 1926. Dia membagi stratigrafi Gua Lawa menjadi tiga lapisan. Lapisan terendah (pertama) dan kedua mungkin dapat dikaitkan dengan kejadian paleotsunami atau bahaya lain yang menyertainya. Lapisan ini diwakili oleh lapisan pasir tipis yang kemudian berkembang menjadi lanau dan diatom. Lapisan-lapisan selanjutnya merupakan lapisan budaya yang mengandung banyak artefak dan sisa-sisa manusia.

Gua Sodong awalnya digali oleh Van Heekeren antara tahun 1932-1935. Kejadian paleotsunami kemungkinan terjadi pada lapisan keenam di bawah lapisan paling atas. Lapisan setebal sekitar 30 cm ini berisi sisa-sisa cangkang kerang laut. Lapisan budaya diwakili oleh lapisan keempat dan ketujuh. Lapisan ini masing-masing berisi budaya Mesolitikum dan Neolitikum.

Mengingat banyaknya gua-gua di perbukitan kapur Pegunungan Selatan, maka daerah tersebut menarik juga untuk diteliti terkait dengan kejadian paleotsunami.

Penutup

Pada masa yang lalu Allah SWT telah menghancurkan suatu kota atau negeri. Penyebab dari kehancuran itu dikarenakan kezaliman manusianya (lihat Huud 11:85; Al Mumtahanah 60:9). Kehancuran itu tidak serta merta tetapi terjadi secara bertahap atau perlahan yang terjadi dalam masa transisi (lihat Al Qalam 68:44). Salah satu contoh bencana alam yang terjadi secara fisik adalah gempa bumi, yang biasanya terjadi pada malam hari atau siang hari.

*Kawan-kawan bisa membaca artikel-artikel Johan Arif, atau tulisan-tulisan lain tentang Situs Geologi

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//