Pengangkutan Sampah di TPS Kota Bandung Terkendala Alat Berat
Dari 55 Tempat Pembuangan Sementara (TPS) di Kota Bandung yang kelebihan muatan, baru 22 TPS yang bisa teratasi.
Penulis Awla Rajul10 Mei 2023
BandungBergerak.id - Kota Bandung masih didera masalah sampah. Sejumlah Tempat Pembuangan Sementara (TPS) di Kota Bandung mengalami kelebihan muatan. Saat ini, dari 55 TPS di Kota Bandung yang kelebihan muatan, baru 22 TPS yang bisa teratasi. Masih ada 33 TPS lagi yang kelebihan muatan.
Salah satunya TPS Ciwastra yang sudah menampung sampah melebihi kapasitasnya sejak sebelum Ramadan. Pantauan BandungBergerak.id di TPS Ciwastra, terdapat empat mobil pengangkut sampah serta satu buldozer yang sedang mengangkut gunungan sampah ke dalam mobil.
Pengawas TPS Ciwastra Mamat Rahmat menyebutkan pengangkutan gunungan sampah itu sudah dilakukan sejak Senin (8/5/2023). Rencananya pengangkutan sampah ditargetkan selesai pada Rabu (10/5/2023).
Adapun pada Senin lalu, sebanyak sembilan unit mobil pengangkut sampah diterjunkan dengan total sampah yang diangkut sekitar 230 meter kubik. Pada Selasa direncanakan 10 unit mobil pengangkut dengan total sampah yang diangkut sekitar 270 meter kubik.
Mamat mengatakan sudah ada tujuh mobil yang datang ke TPS Ciwastra. Saat BandungBergerak.id di lokasi sekitar pukul tiga sore, mereka sedang menunggu kedatangan tiga mobil pengangkut lagi.
"Besok target bisa habis soalnya Kamis sudah dibuka lagi jam 11, kita udah clear dengan sampah yang udah dua bulan, sejak sebelum puasa," ungkap Mamat, Selasa (9/5/2023).
Sampah yang sudah menumpuk sejak dua bulan lalu itu sudah ngepres, sehingga gunungan sampahnya terlihat lebih rendah. Saat buldozer mengambil sampah di tumpukan, terlihat asap keluar dari dalam yang diduga merupakan gas metana.
Selama tiga hari pengangkutan sampah, TPS Ciwastra ditutup sementara. Artinya tidak ada sampah baru yang boleh masuk ke TPS. Mamat pun berharap agar mobil pengangkut yang membawa sampah ke TPA Sarimukti bisa kembali dan tidak tertahan di TPA. Agar pengangkutan sampah di TPS Ciwastra bisa rampung sesuai yang direncanakan.
Persoalan menumpuknya sampah di TPS-TPS Kota Bandung belakangan ini ditengarai oleh permasalahan di TPA Sarimukti. Mamat menyebutkan jika hilir-mudik di TPA lancar, proses pengangkutan di TPS juga akan lancar. Namun karena persoalan di TPA Sarimukti mandeg, dampaknya tentu dirasakan oleh TPS dan masyarakat.
"Jadi nanti datang sampah (Kamis) itu sudah dianggap sampah yang baru. Jadi dampaknya untuk masyarakat sampah tidak bau menyengat, dari masyarakat sudah bisa diantisipasi lah," tambahnya.
Keterbatasan Alat Berat
Sebelumnya Pemkot merencanakan penutupan tumpukan sampah yang melebih kapasitas di TPS Ciwastra dengan seng. Hal itu disampaikan oleh Pelaksana Harian (Plh) Wali Kota Bandung, Ema Sumarna saat meninjau TPS Pasar Ciwastra.
"Kita pakai seng supaya nanti orang datang ke pasar itu tidak langsung lihat gunungan sampah. Secara bertahap dalam waktu 3 hari, bisa kita bersihkan," tuturnya sebagaimana dikutip dari siaran pers Pemkot, Senin (8/5/2023).
Ema juga menekankan kepada aparat kewilayahan untuk mengedukasi warga soal sampah. Sehingga masyarakat bisa mengurangi produksi sampah dan bisa menahan tidak membuang sampah ke TPS. Ema juga mengklaim program Kang Pisman sebetulnya sudah berjalan baik. Sebab, dari rata-rata sampah yang dihasilkan Kota Bandung sebanyak 1.500 ton perharinya, sebanyak 300 ton selesai dengan program Kang Pisman.
Namun, kenyataan yang terjadi di TPS Ciwastra, sampah yang menumpuk masih sampah tercampur. Sampah warga dan sebagian sampah pasar yang mayoritasnya sampah organik bercampur. Padahal di TPS Ciwastra terdapat dua pengolahan sampah organik, yaitu pengolahan kompos dan maggot.
Kabar dari Mamat, pengolahan kompos sudah tidak berjalan, tersisa pengolahan sampah menggunakan maggot dalam skala kecil. Kata Mamat, kewenangan pengolahan sampah organik itu merupakan otoritas TPS Babakan Sari. Ada dua otoritas yang mengurusi sampah di TPS Pasar Ciwastra, yaitu Babakan Sari dan Sekelimus.
Selain itu, kendala persoalan sampah yang terjadi adalah keterbatasan alat berat. Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bandung Dudy Prayudi menyebutkan, jika pengangkutan sampah menggunakan tenaga manusia secara manual, maka dibutuhkan waktu yang lama.
"Sehingga alat berat ini digilir dari satu TPS ke TPS lain," papar Dudy.
Hal tersebut sebagaimana yang terjadi di lapangan. Buldozer di TPS Ciwastra sering diperbantukan ke TPS-TPS lain. "Ini suka keluar, kadang-kadang ke Gedebage, Ujung Berung, Babakan Sari, Kiaracondong, kalau tetap mah di sini," ungkap Mamat.