• Ruang Terbuka Hijau
  • Indonesia Perlu Menjalankan Konsep Ekonomi Biru dalam Menjawab Kebutuhan Pangan

Indonesia Perlu Menjalankan Konsep Ekonomi Biru dalam Menjawab Kebutuhan Pangan

Konsep ekonomi biru diharapkan bisa menopang produksi pangan yang terdampak pandemi Covid-19 dan perubahan iklim.

Pantai Utara Jawa Barat menghadapi ancaman sangat serius karena perubahan iklim dan abrasi. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Iman Herdiana16 Mei 2023


BandungBergerak.idPandemi Covid-19 dan krisis geopolitik telah mempengaruhi produksi pangan dunia. Ditambah lagi dengan perubahan iklim dalam 10 tahun terakhir membawa pengaruh terhadap sumber daya alam dan perubahan hidrologis khususnya lautan.

Direktur Konektivitas Global IPB University Eva Anggraeni mengatakan, konsep ekonomi biru dapat menjawab tantangan tersebut. Urgensi ekonomi biru dapat mendorong pemanfaatan sumber daya laut berkelanjutan dan sangat relevan dengan target pembangunan berkelanjutan secara global.

Urgensi tersebut terus menguat dalam beberapa tahun terakhir, terlebih dua pertiga wilayah Indonesia merupakan perairan.

“Indonesia harus siap menghadapi tantangan ini sebagai negara kepulauan yang rentan terdampak efek perubahan iklim. Di sisi lain ini menunjukkan potensi besar dan memposisikan diri sebagai pionir dalam implementasi ekonomi biru,” ujar Eva Anggraeni, dikutip dari laman resmi IPB, Selasa (16/5/2023). 

Eva berbicara saat mengisi Seminar Nasional Pra Musyda Muhammadiyah dan Aisyiyah Banyumas dengan topik “Pembangunan Pertanian dan Perikanan Terpadu untuk Mewujudkan Ketahanan Pangan Nasional”, 5 Mei 2023.

Eva menjelaskan, konsep ekonomi biru sangat komprehensif. Dalam penerapannya, perlu ada pergeseran paradigma di Indonesia dan dunia, walau bukan proses yang mudah. Perlu ada tekad dari pemerintah didukung dengan literasi dan awareness dari masyarakat.

“Ekonomi biru juga telah diadaptasi oleh IPB University melalui konsep Agromaritim 4.0 yang dikembangkan sebagai roadmap penelitian. Inovasi Agromaritim 4.0 diarahkan untuk mendorong ketahanan pangan melalui teknologi yang lebih efisien, produktif dan terintegrasi,” imbuh dosen IPB University dari Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan ini.

Untuk mewujudkan transisi ekonomi biru, Eva menegaskan bahwa Indonesia perlu memperbaharui indikator ekonomi dan melakukan transformasi kelembagaan di berbagai level, terutama di level masyarakat serta memperkuat regulasi dan kebijakan.

“Pengembangan ekonomi biru juga memiliki keterkaitan dengan sektor bioenergi dan bioprospeksi yang dapat dimanfaatkan untuk menjawab krisis energi dan kesehatan. Dalam penerapannya, Indonesia perlu memikirkan neksus lain secara holistik, termasuk sosial ekonomi,” tutupnya.

Baca Juga: Refleksi Reformasi 1998, dari Maraknya Politik Identitas hingga Menguatnya Penguasa Otoriter
Menanti Langkah Elite-elite Politik untuk tidak Menggunakan Politik Identitas di Pemilu 2024
Co-firing Biomassa, Akal-akalan Memperpanjang Umur PLTU

Menjaga Laut, Mensejahterakan Nelayan

Deswan Seperly dalam skripsinya yang berjudul “Implementasi Blue Economy pada Sektor Kelautan dalam Upaya Mensejahterakan Nelayan Perspektif Ekonomi Syariah” menjelaskan, konsep ekonomi biru adalah simbol kegiatan khususnya industri perikanan yang prolingkungan. Walaupun sebenarnya tanpa konsep ini para pelaku usaha perikanan sudah seharusnya untuk menerapkan kegiatan yang sesuai dengan standar keamanan lingkungan.

Konsep ini untuk mendukung pembangunan berkelanjutan pada sektor kelautan yang bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antar ekosistem laut, terciptanya kepedulian dengan lingkungan serta adanya hubungan timbal balik antara nelayan dengan masyarakat dan lingkungan sekitar.

Deswan Seperly juga mengingatkan bahwa dalam penerapan, program-program kelautan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan nelayan dan mensejahterakan nelayan, serta menjaga bumi agar tetap biru pada sektor kelautan.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//