• Opini
  • MAHASISWA BERSUARA: Alternatif Ekstraksi Bunga Cengkih sebagai Bahan Baku Parfum

MAHASISWA BERSUARA: Alternatif Ekstraksi Bunga Cengkih sebagai Bahan Baku Parfum

Cengkih dapat diolah menjadi minyak atsiri yang memiliki aroma yang kuat dan khas. Berpotensi menjadi bahan baku alternatif untuk parfum.

Elizabeth Elevenia

Mahasiswa Teknik Kimia Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung

Kosmetik yang dijual di pasar minggu komplek pertokoan Sumbersari Indah, Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung, Juni 2021. (Foto Ilustrasi: Sarah Ashilah/Bandungbergerak.id)

19 Juni 2023


BandungBergerak.id – Tanaman cengkih yang memiliki nama latin Eugenia aromatica merupakan tanaman yang telah banyak dimanfaatkan oleh manusia dari zaman dahulu hingga saat ini, terutama di Indonesia yang merupakan negara penghasil tanaman tersebut. Tumbuhan yang berasal dari Indonesia ini banyak digunakan sebagai rempah masakan pedas pada negara Barat. Cengkih juga dimanfaatkan sebagai bahan baku rokok kretek di nusantara. Kandungan dari seluruh organ tanaman ini yang meliputi akar, batang, daun, serta bunga memiliki kandungan minyak atsiri.

Minyak yang berasal dari cengkih banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk menghilangkan sakit gigi maupun sebagai aromaterapi, hal ini dikarenakan minyak atsiri dari cengkih memiliki sifat antiseptik, analgesik, dan antibakteri. Selain manfaatnya dalam bidang medis, rempah yang diolah menjadi minyak ini memiliki aroma khas yang kuat, menyegarkan, dan pedas akibat tingginya kandungan senyawa eugenol dalam minyak ini.

Nanan Nurdjannah dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian, dalam penelitiannya berjudul “Diversifikasi Penggunaan Cengkeh” (Perspektif: Review Penelitian Tanaman Industri, 2004) menyebutkan kandungan senyawa eugenol dalam minyak bunga cengkih adalah sebesar 70-80%. Aroma yang khas membuat minyak aromatik ini banyak dimanfaatkan melalui pengolahan untuk menciptakan berbagai produk dalam industri F&B (Food and Beverage), farmasi, dan kosmetik.

Minyak atsiri dapat diperoleh dengan berbagai metode seperti distilasi kukus, distilasi air, dan distilasi uap. Secara konvensional produksi minyak cengkih banyak dilakukan dengan metode distilasi kukus karena anggaran produksi yang minim. Distilasi sendiri merupakan proses pemisahan yang melibatkan tahapan pemanasan dengan suhu tinggi, akibat dari tahapan ini hasil akhir dapat berisiko menjadi rusak karena suhu tinggi tersebut. Proses pemanasan tersebut akan membuat kandungan air dalam larutan menguap dengan hasil uap tersebut akan ditampung kembali. Keberadaan air dalam proses distilasi dapat memicu timbulnya reaksi penguraian molekul air menjadi kation atau hidrolisis yang dapat menurunkan mutu minyak atsiri.

Dalam perkembangannya dilakukan penelitian yang menghasilkan konklusi bahwa mutu minyak yang dihasilkan akan lebih baik apabila digunakan metode pemisahan isolasi  seperti ekstraksi yang dapat dilakukan dalam kondisi suhu ruang serta tidak melibatkan keberadaan air dalam tahapan produksi minyak. Melalui penemuan proses baru yang dapat dilakukan terhadap cengkih agar dapat memperoleh produk baru, maka diharapkan bahwa produk dari rempah yang terkenal di Indonesia tersebut dapat dimunculkan diversifikasi lebih lanjut menjadi produk baru yang dapat dipasarkan dan dimanfaatkan khasiatnya.

Baca Juga: MAHASISWA BERSUARA: Penutupan 23 Kampus dan Jati Diri Lembaga Pendidikan Tinggi
MAHASISWA BERSUARA: Transformasi Digital dalam Pengendalian Manajemen Lalu Lintas
MAHASISWA BERSUARA: Hati-hati, Mengingkari Janji Menikahi dapat Terjerat Hukum

Manfaat Konvensional Cengkih

Semenjak dahulu kala yaitu pada zaman dinasti Han, cengkih sudah dipergunakan sebagai rempah dan pengharum mulut. Pada negara India, tanaman ini dikonsumsi bersamaan dengan kapulaga dan dibungkus dengan daun sirih untuk mengobati permasalahan pencernaan karena dipercaya memiliki khasiat dalam memperkuat kerja perut, hati, dan jantung. Di bagian negara Eropa, ekstrak dari cengkih dan kapulaga juga dimanfaatkan sebagai obat karang gigi dan digunakan sebagai obat jantung.

Indonesia sebagai negara penghasil tanaman cengkih juga banyak memanfaatkan tanaman ini sebagai obat tradisional semenjak dahulu. Berbagai penyakit yang berkaitan dengan pencernaan seperti sakit perut, kolik, dan kurangnya nafsu makan dapat diobati dengan mengonsumsi tanaman herbal ini, bahkan luka dapat disembuhkan pula dengan tanaman rempah primadona nusantara ini. Selain itu air hasil rendaman tanaman ini juga sering kali dimanfaatkan sebagai obat sakit mata dengan cara diteteskan ke mata yang bermasalah. Tanaman berbahasa latin Eugenia aromatica ini juga dimanfaatkan sebagai bahan baku jamu yang dipercaya dapat memperkuat imunitas serta dapat membantu mempercepat pemulihan bagi ibu yang baru melahirkan. Dalam perkembangannya, tanaman berwarna coklat yang memiliki sifat analgesik ini dimanfaatkan dalam pembuatan balsam untuk mengurangi rasa sakit. Sifat lain dari tanaman kecil ini adalah antibakteri, karena sifat tersebut maka dilakukan pengolahan bahan baku tersebut menjadi minyak cengkih yang digunakan sebagai obat kumur yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri penyebab plak gigi.

Proses Ekstraksi Bunga Cengkih Menjadi Minyak Atsiri

Minyak atsiri adalah sebuah senyawa organik yang memiliki aroma khas dan mudah menguap, akibat sifatnya yang mudah menguap atau volatil maka minyak ini sering disebut sebagai minyak terbang atau eteris. Aroma minyak yang dihasilkan serupa dengan aroma tanaman asal dari bagian tanaman yang diambil. Sifat lain dari minyak ini adalah rasanya yang getir, dan larut dalam pelarut organik namun tidak larut dalam air. Seluruh organ tumbuhan seperti daun, buah, biji, bunga, akar, kulit kayu, dan organ lainnya dapat dimanfaatkan dalam pembuatan minyak atsiri. Pada tanaman cengkih, organ yang banyak digunakan adalah bunga, tangkai, dan daun.

Proses yang dibutuhkan untuk memperoleh minyak atsiri adalah ekstraksi. Ekstraksi sendiri merupakan sebuah proses yang dilakukan untuk mengisolasi suatu zat dari padatan maupun cairan asal menggunakan bantuan pelarut.

Tahapan pertama yang dilakukan adalah menghaluskan bunga cengkih hingga berada pada ukuran 40 mesh. Setelah penghalusan, dilakukan penuangan pelarut yang dapat berupa etanol atau n-heksana, alasan kedua bahan tersebut dapat menjadi pilihan pelarut adalah karena kedua senyawa ini bersifat nonpolar sehingga dapat melarutkan minyak dan dapat menguapkan zat secara selektif. Setelah melalui tahap penuangan, dilakukan pencampuran dengan metode pengadukan menggunakan alat shaker selama waktu tertentu.

Tahapan selanjutnya adalah penyaringan ampas bunga cengkih dari pelarut, hasil filtrasi tersebut lalu dibiarkan dalam lemari pendingin agar lilin yang terekstrak dapat terendapkan. Tahapan selanjutnya adalah memasukkan hasil larutan yang tidak terendapkan ke dalam rotary evaporator dengan tujuan agar minyak dapat dipisahkan dari pelarut melalui proses penguapan pelarut yang terkandung dalam larutan.

Inovasi Produksi Minyak Atsiri Bunga Cengkih untuk Pembuatan Parfum

Parfum merupakan istilah yang berasal dari bahasa latin yaitu “per-fume” yang memiliki makna “melalui asap”. Sediaan ini merupakan campuran dari minyak atsiri yang merupakan komponen pemberi aroma karena kandungan eugenol yang dimiliki oleh minyak atsiri, fiksatif yang berfungsi untuk memperpanjang daya sebar aroma dengan memperlambat laju penguapan, dan pelarut yang berguna untuk memperkecil konsentrasi dari komponen volatil yang dapat menjadi alergen bagi orang tertentu. Kuantitas dan variasi pelarut yang digunakan dalam pembuatan parfum dapat berpengaruh terhadap klasifikasi parfum berdasarkan jumlah konsentrat yang dikandung. Klasifikasi tersebut secara berurutan dari jenis yang memiliki konsentrat tertinggi hingga terendah adalah Extrait de Parfum, Eau de Parfum, Eau de Toilette, dan Eau de Cologne.

Pada parfum, terdapat dua jenis komponen volatil yang dapat digunakan, yaitu sintetik dan alami. Bila komponen yang digunakan didapatkan melalui bahan sintetik atau buatan maka parfum akan tersebut akan memiliki wangi yang tajam yang dapat berakibat pada rasa kurang nyaman dari pengguna, selain itu dapat terjadi risiko terjadinya intoksikasi, sedangkan senyawa aroma alami memiliki wangi yang lebih lembut serta memiliki risiko intoksikasi yang lebih kecil.

Keberadaan parfum sering kali dianggap kurang penting. Memang produk ini bukanlah kebutuhan primer, namun keberadaannya dapat menjadi pelengkap bagi seorang individu karena dapat meningkatkan keadaan atau suasana hati seseorang melalui manfaat aromaterapi yang dimiliki oleh zat aromatik. Selain meningkatkan suasana hati, aroma tersendiri juga telah terbukti dapat berpengaruh terhadap kegiatan lokomotor seseorang, kegiatan tersebut berkaitan dengan tingkat konsentrasi serta produktivitas seseorang, tingkat kepercayaan diri seseorang juga dapat meningkat dengan keharuman yang melekat pada orang tersebut.

Parfum dengan komponen utama minyak atsiri dapat diproduksi dengan minyak atsiri dari bunga cengkih dengan membuat formulasi rasio antara pelarut dan beberapa zat aroma dari minyak atsiri, lalu dilakukan penuangan zat aroma sesuai dengan perbandingan yang diinginkan untuk memperoleh aroma yang diinginkan ke dalam wadah. Setelah tahapan tersebut dituangkan zat pengikat yaitu minyak nilam dan pelarut sesuai dengan formulasi yang telah dibuat. Campuran tersebut kemudian dicampurkan dengan metode pengocokan hingga homogen dan didiamkan selama waktu tertentu hingga tercampur sempurna agar daya bau dari parfum tersebut dapat bertahan lama.

Cengkih memiliki beragam manfaat baik secara konvensional maupun modern. Sifat cengkih sendiri adalah antiseptik, analgesik, dan antibakteri. Kegunaannya secara konvensional lebih mengarah pada dunia farmasi. Cengkih banyak digunakan sebagai bahan pokok dari pengobatan tradisional yang dapat menyembuhkan beberapa permasalahan pencernaan seperti kolik dan sakit perut. Dengan sifatnya yang antibakteri membuat cengkih dimanfaatkan sebagai obat kumur pencegah plak gigi. Sifatnya yang analgesik atau dapat meredakan nyeri tanpa menghilangkan kesadaran dapat dimanfaatkan untuk mengobati sakit akibat rematik maupun nyeri otot lainnya, dan dapat digunakan untuk luka karena sifatnya yang antiseptik.

Dalam perkembangannya, ditemukan bahwa cengkih dapat diolah menjadi produk baru yaitu minyak atsiri yang memiliki aroma yang kuat dan khas karena adanya kandungan eugenol di dalamnya. Oleh karena itu dalam dunia modern, penemuan tersebut dimanfaatkan untuk memperluas varietas produk cengkih, turunannya, dan hasil sampingnya. Minyak atsiri sendiri diperoleh dengan proses ekstraksi bagian tumbuhan seperti bunga, tangkai, dan daun, dengan bunga cengkih yang menjadi salah satu pilihan yang paling sering dimanfaatkan dalam produksi minyak atsiri.

Salah satu produk diversifikasi cengkih adalah dengan produksi parfum, dengan menggunakan bahan minyak atsiri yang alami dari cengkih maka resiko intoksikasi dari parfum akan berkurang dan wangi yang dihasilkan akan lebih lembut serta tidak mengganggu indera penciuman. Melalui pengembangan varietas produk dari sumber daya alam seperti cengkih diharapkan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin dan dapat meningkatkan perekonomian negara penghasil sumber daya alam tersebut.

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//