MAHASISWA BERSUARA: Gangguan Mental Nomophobia Akibat Penggunaan Smartphone pada Remaja
Nomophobia bukan gangguan kecemasan biasa. Bisa berdampak cukup serius seperti memicu stres dan depresi, mempengaruhi daya ingat, hingga perilaku anti sosial.
Jovita Nathania
Mahasiswa Fakultas Ilmu Hukum Universitas Katolik Parahyangan
26 Juni 2023
BandungBergerak.id – Salah satu gangguan mental yang sering dialami oleh remaja, namun sering tak disadari adalah Nomophobia. Nomophobia atau No Mobile Phone Phobia sendiri merupakan gangguan kecemasan atau rasa tidak nyaman saat berada jauh dari smartphone. Munculnya kecemasan dan ketakutan yang dialami oleh seseorang yang mengalami Nomophobia karena tidak bisa berkomunikasi dengan orang lain melalui smartphone, kehilangan jaringan dan konektivitas, serta tidak dapat mengakses informasi dan sosial media.
Nomophobia pada remaja disebabkan oleh kecenderungan penggunaan smartphone atau internet yang kurang bijak. Survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyatakan bahwa remaja merupakan pengguna internet tertinggi di Indonesia, setara dengan 75,50% dari jumlah masyarakat Indonesia. Smartphone kini tak lagi dipergunakan hanya sebagai alat komunikasi , melainkan sebagai penunjang dari setiap kegiatan yang dilakukan remaja.
Baca Juga: MAHASISWA BERSUARA: Penggunaan Batu Kali untuk Bangunan Sederhana Tahan Gempa
MAHASISWA BERSUARA: Fitur Bayar Tunda, Gaya Hidup Konsumtif, dan Pendidikan Literasi Keuangan
MAHASISWA BERSUARA: Mencegah Hak Veto Dewan Kemanan PBB Mencederai Perdamaian dan Keamanan Dunia
Nomophobia pada Remaja
Kecemasan berada jauh dengan smartphone pada remaja terjadi karena keinginan selalu mengakses internet atau terhubung dengan media sosial. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa remaja memiliki kerentanan untuk mengalami gangguan kesehatan mental yang disebabkan oleh penggunaan media sosial. Nomophobia telah terbukti menjadi salah satu penyebab stres karena adanya tuntutan atau ancaman dari media sosial. Selain dapat menjadi pemicu stres, Nomophobia pun dapat menjadi pemicu gangguan kesehatan lainnya, seperti kecemasan berlebih pada dunia sosial, kecenderungan membandingkan diri dengan orang lain di media sosial mulai dari gaya hidup hingga pencapaian, standar body image yang dapat menimbulkan hilangnya kepercayaan diri, kecanduan dan lain sebagainya.
Pada umumnya perilaku Nomophobia akan muncul berdampingan dengan kebutuhan mengakses internet. Seperti yang sudah kita ketahui bahwa pengguna internet pada kalangan remaja setara dengan 75% dari jumlah masyarakat Indonesia. Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin besar tingkat kecanduan internet maka semakin tinggi pula perilaku Nomophobia. Berdasarkan hasil penelitian, faktor-faktor yang beresiko menyebabkan Nomophobia adalah (1) faktor internal,yaitu menyangkut kontrol diri, sifat sensation seeking, (2) faktor situasional yaitu perasaan nyaman saat menggunakan smartphone, (3) faktor sosial, yaitu kebutuhan berinteraksi. Faktor lain yang menyebabkan perilaku Nomophobia adalah ketakutan untuk tidak dapat berkomunikasi, perasaan takut kehilangan koneksi, takut akan kesendirian dan hilangnya rasa nyaman. Perilaku Nomophobia sebagai akibat dari rasa takut akan kesepian sehingga remaja menggunakan smartphone secara berlebihan untuk berkomunikasi atau mengakses informasi.
Dampak Nomophobia pada Remaja
Nomophobia dianggap sebagai gangguan masyarakat era digital yang secara umum diakibatkan akibat adanya ketakutan patologis untuk berhubungan dengan teknologi. Sebagian besar orang berpikir bahwa ketergantungan terhadap smartphone bukanlah suatu permasalahan yang besar. Mayoritas dari orang tua bahkan sudah memberikan smartphone pada anak sejak dini. Hal ini pula yang dapat menjadi faktor yang mempengaruhi perilaku Nomophobia, karena sejak sedari kecil sudah menggunakan smartphone. Keadaan tersebut juga berdampak pada masa remaja, banyak remaja yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan smartphone.
Adapun dampak terjadinya Nomophobia pada remaja di antaranya dapat memicu stres. Penderita Nomophobia memiliki kecenderungan terhadap tingkat stress yang tinggi.
Remaja yang mengalami Nomphobia juga ditunjukkan dengan berkurangnya daya konsentrasi dan fokus. Penyebabnya, penderita Nomophobia memiliki ketergantungan dengan smartphone yang sangat kuat. Hal inilah yang menjadi penyebab pikiran akan selalu fokus dengan smartphone meskipun sedang dihadapkan dengan aktivitas lain.
Dampak selanjutnya adalah perilaku anti sosial pada remaja. Penderita Nomophobia menghabiskan lebih banyak waktu dengan mengakses media sosial atau berhubungan secara virtual. Hal ini dapat memengaruhi kehidupan sosial atau interaksi dengan teman dalam kehidupan di dunia nyata. Remaja yang terdampak Nomophobia umumnya mengalami insomnia. Tidur yang cukup dan berkualitas mempengaruhi kesehatan tubuh dan mental secara menyeluruh. Rasa tak mau berpisah dengan smartphone membuat remaja mengakses sosial media sebelum tidur, Ini merupakan kebiasaan yang buruk karena otak akan terus bekerja.
Strategi Efektif Menangani Nomophobia
Pada era digital sekarang, smartphone sudah menjadi bagian dari barang primer yang keberadaannya sangat mempengaruhi keberlangsungan hidup manusia. Namun penggunaannya yang kurang bijak dapat berdampak buruk pada kesehatan mental. Seperti yang sudah kita ketahui, salah satu gangguan mental yang terjadi pada remaja akibat penggunaan smartphone khusus nya media sosial adalah Nomophobia. Dampak dari gangguan Nomophobia pun sudah kita ketahui, lantas bagaimana cara mencegah dan menanggulangi terjadinya gangguan Nomophobia pada remaja?
Berikut beberapa strategi efektif mencegah dan menanggulangi Nomophobia. Pertama dengan mematikan smartphone untuk beberapa saat. Misalnya dengan meninggalkan smartphone saat makan, mandi atau tidur; mencari kegiatan di luar seperti ekstrakulikuler atau kepanitiaan; berolahraga seperti yoga yang dapat meningkatkan fokus juga dapat menenangkan diri; belajar hal-hal baru seperti bermain musik, melukis atau fotografi.
Selain cara-cara tersebut ada beberapa terapi yang dapat mengatasi Nomophobia di antaranya Cognitive Behavioral Therapy (CBT) dan Exposure Therapy. Cognitive Behavioral Therapy (CBT) adalah terapi perilaku kognitif dapat membantu remaja mengelola pikiran dan perasaan negatif yang terjadi saat tidak dapat mengakses sosial media ataupun smartphone. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh University Mainz Jerman yang melibatkan 72 pria kecanduan gim menggunakan CBT. Setelah menjalani terapi CBT selama 15 minggu, sekitar 50 orang menunjukkan penurunan kecanduan gim.
Terapi selanjutnya yang dapat mengatasi Nomophobia adalah Exposure Therapy. Exposure Therapy merupakan terapi yang membantu remaja menghadapi ketakutan berlebih atau fobia. Seseorang yang mengalami fobia, biasanya menghindari objek yang menjadi fobianya. Remaja yang mengalami Nomophobia akan dihadapkan untuk tidak bisa menggunakan smartphone.
Kemajuan teknologi yang pesat membantu keberlangsungan hidup manusia. Hadirnya berbagai teknologi seperti smartphone sudah mengintervensi kehidupan sosial remaja, terlebih dengan hadirnya media sosial. Hadirnya media sosial menjadi platform bagi remaja dalam mengekspresikan diri melalui konten-konten yang dapat diunggah pada Youtube, Tiktok, Instagram, atau media sosial lainnya. Penggunaan media sosial yang kurang bijak dapat membawa pengaruh yang buruk bagi kesehatan mental. Sudah saatnya bijak menggunakan media sosial.