• Cerita
  • CERITA VISUAL: Kronologi Perjalanan Sukarno di Bandung 1921-1934

CERITA VISUAL: Kronologi Perjalanan Sukarno di Bandung 1921-1934

Bandung merekam banyak jejak dalam perjalanan Sukarno memperjuangkan kemerdekaan dari pemerintah kolonial. Dari ruang kuliah ke panggung politik.

Made with Visme Infographic Maker

Penulis Reza Khoerul Iman27 Juni 2023


BandungBergerak.id – Perjalanan Sukarno mengantarkan Indonesia menuju gerbang kemerdekaan tidak dapat dipisahkan dari Bandung. Kota berjuluk Parisj van Java ini merekam banyak jejak penting dalam perjuangan Si Bung Besar. Di kota inilah, Sukarno bersekolah, berpolitik, merumuskan gagasan-gagasan besar, dan bahkan menemukan cinta.

Pada Juni 1921, Sukarno muda melanjutkan pendidikannya di Tehnische Hogeschool (TH), sekarang Institut Teknologi (ITB) Bandung. Ia terdaftar sebagai mahasiswa tahun akademik kedua (2 Juli 1921 – 1 Juli 1922). Sejak hari pertama kedatangannya di Kota Kembang, Sukarno bersama istrinya Utari mondok di rumah Haji Sanusi yang merupakan kenalan H.O.S. Tjokroaminoto di Sarekat Islam (SI).

Meski sebagai seorang mahasiswa hidupnya serba pas-pasan, Sukarno selalu tampil rapi dengan pakaian yang parlente dan necis. Menurut Sutoto, salah satu temannya di TH, Sukarno satu-satunya mahasiswa dari golongan bumiputra yang memakai jas gabardine wool yang termasuk jas paling top pada zamannya.

Di balik penampilan parlente itu, tersimpat kecerdasan dan kegilaan pada membaca buku. Sukarno bukan hanya berhasil melahap buku-buku yang menyangkut pelajarannya di kampus. Ia juga membaca buku-buku tentang sastra, politik, dan humaniora.

Lulus dari TH Bandung pada tahun 1926, Sukarno menolak tawaran menjadi pegawai pemerintahan Hindia Belanda di Burgelijke Openbare Werken (Dinas Pekerjaan Umum). Ia lebih memilih untuk meneriwa tawaran pekerjaan E.F.E. Douwes Dekker sebagai guru swasta di Ksatrian Instituut.

Hanya sebentar saja riwayat Sukarno menjadi seorang guru. Ia memilih mencemplungkan diri ke politik, dunia yang sudah memikatnya sejak bergabung dengan Algemene Studie Club (ASC) pada saat masih jadi seorang mahasiswa.

Dari ruang kelas yang sempit, Sukarno berpindah ke panggung politik yang jauh lebih besar. Ia memimpin Perserikatan Nasional Indonesia yang merupakan cikal-bakal Partai Nasional Indonesia (PNI). Hidup Sukarno terisi dengan berkegiatan politik, menulis, dan berpidato. Jalan inilah yang kemudian membuat pemerintah kolonial geram. Bersama kawan-kawannya ia dijebloskan ke penjara, di Penjara Banceuy dan Penjara Sukamiskin, dan dikirim ke pengasingan.

Selain politik, Sukarno tercatat sempat mendirikan biro arsitek dan mengerjakan sejumlah proyek di Kota Bandung. Sekurangnya terdapat 15 bangunan yang meninggalkan jejak sentuhan Sang Proklamator.

Editor: Tri Joko Her Riadi

COMMENTS

//