Komunitas Roemahplanet, yang Merawat Bumi dan Manusia
Komunitas Roemahplanet mempraktikkan spirit pertanian berintegrasi. Mempraktikkan hidup yang selaras dengan alam melalui pertanian organik yang terintegrasi.
Andreas Maurenis Putra
Alumnus Fakultas Filsafat Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung. Penulis Lepas dan Pemerhati isu-isu Eco-social.
28 Juni 2023
BandungBergerak.id – Tak dimungkiri cukup banyak dari masyarakat berpikir bahwa konsen para pelaku (aktivis) lingkungan hidup hanya tentang membenahi lingkungan yang telah tercemar oleh berbagai perilaku manusia. Pemahaman yang kurang menyeluruh tentang konsep peduli lingkungan cenderung membuat sebagian masyarakat menyoroti cara kerja para pelaku lingkungan. Hal-hal yang dipersoalkan seringkali mengarah pada wacana tentang memulihkan martabat manusia.
Bahwa para pelaku lingkungan dianggap mungkin “dituduh” menelantarkan persoalan manusia di samping fokus pada pemeliharaan lingkungan yang telah rusak oleh berbagai aktivitas manusia karena minus rasa hormat pada ekosistem Bumi. Padahal bila dipikirkan lebih dalam, wacana tentang perawatan/pemeliharaan lingkungan hidup, Bumi, sesungguhnya merupakan masalah yang saling terkait. Persoalan tentang pemeliharaan Bumi adalah sebuah permasalahan yang terpadu-menyeluruh yang secara jelas mencakup dimensi manusiawi dan sosial.
Maka ketika menyoal tentang ekologi, hal ini sesungguhnya merupakan fokus yang meminta refleksi dan diskusi secara jujur tentang syarat-syarat untuk hidup dan kelangsungan hidup masyarakat dalam kaitan dengan pelbagai model pembangunan, produksi, dan konsumsi. Secara khusus dampaknya terhadap suatu ruang/lingkungan tertentu beserta para penghuni di dalamnya termasuk manusia.
Thomas Berry melalui The Dream of the Earth (1988) dengan tegas mengatakan bahwa hari-hari ini Bumi menjadi tidak ramah terhadap kehadiran manusia karena manusia kehilangan rasa santun terhadap bumi dan penghuninya. Dengan kata lain umat manusia kehilangan sensibilitas atas kehidupan sebagai satu jaringan, melihat dunia lebih mekanistik, dualistik, antroposentrik kata Cho HyunChul melalui karyanya An Ecological Vision of the World (2004). Maka persoalan ekologi Bumi adalah isu yang bukan fragmentaris dan terisolasi melainkan integral.
Hal yang sama kiranya juga ditegaskan Paus Fransiskus melalui Ensiklik Laudato Si no. 138 bahwa “ketika berbicara tentang “lingkungan”, kita menunjuk secara khusus pada suatu relasi, yaitu antara alam dan masyarakat yang menghuninya. Hal itu mencegah kita untuk memahami alam sebagai sesuatu yang terpisah dari kita atau hanya sebagai kerangka kehidupan kita. Kita adalah bagian dari alam, termasuk di dalamnya, dan terjalin dengannya”. Di sini jelas bahwa ketika pelaku ekologi peduli pada lingkungan melalui berbagai kegiatan sosial karitatif di dalam komunitasnya, hal ini secara tidak langsung menjadi sekaligus usaha memelihara dan peduli pada martabat seluruh entitas di dalam lingkungan bersangkutan. Tentu sudah mencangkup manusia. Dengan kata lain berhadapan dengan krisis ekologi setiap individu harus secara mendalam perlu melihatnya bukan sebagai dua krisis yang terpisah. Sehingga upaya pemulihan akan selalu bermakna memulihkan martabat manusia khususnya mereka yang miskin dan yang dikucilkan dan pada saat yang sama melestarikan alam.
Baca Juga: Tentang Lingkungan dan Setiap Suap Makanan di Sendok Makan
Ekofeminisme, Semangat Perempuan untuk Menyelamatkan Lingkungan
Pemerhati Lingkungan Mencium Pembiaran Aliran Limbah Cair TPA Sarimukti ke Sungai Citarum
Komunitas Roemahplanet
Dalam konteks sosial dan budaya tertentu terdapat berbagai macam komunitas ekologis yang bekerja untuk “memecahkan” masalah-masalah ekologis sesuai semangat (visi – misi) dan kesanggupan komunitasnya. Salah satu contoh adalah cara hidup yang dijalankan oleh Komunitas Roemahplanet sejak pertengahan Tahun 2021 di Bandung.
Komunitas Roemahplanet digagas dan didirikan oleh Sr. Kristiana Prasetyo, SGM, seorang biarawati Katolik dari Komunitas Sisters of the Earth Community Vermont, AS, bersama beberapa relawan awam. Spirit integrated farming atau pertanian berintegrasi yang diusung oleh komunitas ini tidak hanya membatasi visi misinya pada karya meringankan beban Bumi dan mempraktikkan hidup selaras dengan alam melalui pertanian organik yang terintegrasi. Komunitas Roemahplanet juga membuat pelatihan-pelatihan, rekoleksi, maupun retreat ekologis. Selain juga memproduksi makanan dan minuman sehat, komunitas ini menerima para relawan untuk belajar dan ikut serta dalam menghidupi misi di dalamnya. Namun di saat yang sama komunitas Roemahplanet berusaha melestarikan martabat luhur pribadi-pribadi manusia yang terkucil sebagai dampak dari cara hidup budaya dan sistem sosial dari lingkungan masyarakat terkait.
Representasi buah karya karitatif sosial yang terintegrasi ini dapat ditemukan dalam diri salah satu anggota komunitas Roemahplanet bernama Doni yang bekerja membantu Sr. Kris (biasa disapa). Masa lalu dan kehidupan yang terkucilkan dari masyarakat setempat menciptakan suatu gangguan psikologis dan memengaruhi adaptasi sosial Doni.
Ia dijauhkan dan “dibuang”, menjadi gelandangan, dan tak dihiraukan bahkan pernah mencoba mengakhiri hidupnya. Trauma psikologis melahirkan Doni yang pesimistis dan menjadikannya pribadi yang terisolasi dalam dunianya sendiri. Ketakutan untuk bertemu sesama dan bersosialisasi menguat.
Doni tak lebih dari “sampah masyarakat”. Namun oleh warga setempat Doni dikenalkan kepada Sr. Kris. Sejak perkenalan itu, Doni diterima komunitas Roemahplanet dan bekerja mengurusi maggots. Proses belajar, bekerja, dan bertumbuh terus berjalan. Doni akhirnya mengalami perubahan dan perbaikan hidup sedikit demi sedikit. Mulai dari belajar tersenyum dan menyapa setiap tamu (yang datang berkunjung ke Roemahplanet) hingga mengalami kesembuhan bahkan tanpa memerlukan proses psikolog atau psikiater. Berkat ketekunan dan cara sederhana Sr. Kris bersama komunitas Roemahplanet dalam membantu proses kesembuhan Doni, Doni kini menjadi pribadi yang penuh karakter, peduli, ramah, murah senyum, dan bersahabat. Yang semakin membuat komunitas Roemahplanet tersentuh (dengan sikapnya) adalah semangat berbagi kepada yang lebih membutuhkan. Perubahan hidupnya menakjubkan terutama bagi dirinya sendiri dan lingkungan tempat tinggalnya.
Merawat Bumi, Merawat Manusia
Perubahan sikap dan hidup Doni melahirkan keingintahuan yang besar dalam diri tetangga dan masyarakat di sekitar Roemahplanet perihal tempat Doni bekerja serta siapa yang memperkerjakan Doni. Dari sinilah semakin banyak orang mengunjungi Roemahplanet atau sekedar ingin tahu apa, siapa dan apa yang dikerjakan oleh komunitas ini.
Tentu ini hanyalah sebuah contoh kecil dari berbagai keajaiban kesembuhan yang diberikan secara tidak langsung oleh semesta. Dalam hal ini setiap individu disadarkan bahwa upaya merawat dan memelihara Bumi sesungguhnya merupakan suatu bentuk kepedulian pada martabat komunitas alam termasuk manusia. Maka pemulihan secara intensif terhadap eksploitasi dan degradasi lingkungan hidup dalam berbagai cara dan tindakan adalah usaha memulihkan nilai kemanusiaan setiap individu itu sendiri. Dengan demikian kreativitas dan kemurahan hati perlu dijadikan basis dalam setiap kegiatan komunitas-komunitas ekologis. Spirit ini akan sangat menentukan wajah peradaban sebuah kelompok masyarakat.
Kehidupan sosial yang positif dan murah hati di antara para penghuni lingkungan mencerahkan lingkungan hidupnya dan sanggup membangun sebuah identitas masyarakat yang utuh dan bahagia. Dengan cara ini, dengan kreativitas dan kemurahan hati dalam suatu semangat yang holistis integral, setiap tempat akan berhenti menjadi neraka dan berubah menjadi tempat kehidupan yang bermartabat
Komunitas “Roemahplanet” juga komunitas-komunitas ekologis lain sudah menunjukkan segelintir karya agung Bumi terhadap manusia yang peduli pada keberlanjutan Bumi. Doni dan kehidupannya adalah salah satu representatif keajaiban semesta di antara ribuan contoh yang sudah kita dengar. Pertanyaan paling krusial adalah, kapan kita (setiap pembaca) memulai? Tidak perlu dengan cara yang luar biasa. Karya sederhana, dari cara hidup sehari-hari dalam keluarga setiap orang bisa mulai melangkah. Keluarga dapat menjadi gerbang menuju jalan spiritualitas hidup berkesadaran ekologis hingga ke tataran lebih luas, tataran global. Hidup berkesadaran ekologis senantiasa bercirikan hidup berkualitas, sederhana, hemat, peduli, berbagi, bermakna, dan menjadi harapan. Cara hidup ini dapat dimulai dari keluarga kita masing-masing. Namun begitu, semua usaha ini perlu dilengkapi dengan cinta, daya juang, komitmen, dan konsistensi.
Sudah siapkah keluarga kita masing-masing menjadi komunitas kecil yang mendukung komunitas-komunitas ekologis lainnya dalam merawat Bumi, rumah bersama ini?