MAHASISWA BERSUARA: Besok Sungai Bukan Air tapi Sampah Plastik
Sampah plastik akan terus menjadi masalah yang melibat Sungai Cikapundung jika masyarakat masih bergantung pada penggunaan kantong plastik sekali pakai.
Laretta P. Liman
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung
27 Juni 2023
BandungBergerak.id – Sampah plastik masih menjadi permasalahan yang berlarut-larut hingga masa kini belum dapat terselesaikan, bahkan masalah sampah ini masih relevan untuk dibahas hingga saat ini. Selalu muncul pertanyaan apakah penambahan jumlah penduduk harus diiringi penambahan jumlah sampah yang kemudian diikuti dengan masalah pencemaran air sungai juga?
Selalu muncul rasa penasaran mengapa masih banyak sampah plastik di Sungai Cikapundung. Apa yang harus dilakukan agar warga sekitar sadar akan bahayanya membuang sampah plastik di Sungai Cikapundung.
Dikutip dari Wikipedia sungai yang mengalir sejauh 28 km melintasi Kota Bandung (Wikipedia, 2022) ini seharusnya dapat berdampak lebih bagi kemajuan Kota Bandung, namun akibat sampah plastik yang mengalir bersama arus malah menyebabkan pencemaran air Sungai Cikapundung. Mirisnya berdasarkan fakta di lapangan, kebanyakan sampah plastik yang berada di aliran Sungai Cikapundung merupakan sampah hasil limbah rumah tangga. Oleh karena itu, larangan pembuangan sampah plastik hasil limbah rumah tangga harus diperketat karena berdampak pada pencemaran air di Sungai Cikapundung.
Baca Juga: MAHASISWA BERSUARA: Fitur Bayar Tunda, Gaya Hidup Konsumtif, dan Pendidikan Literasi Keuangan
MAHASISWA BERSUARA: Mencegah Hak Veto Dewan Kemanan PBB Mencederai Perdamaian dan Keamanan Dunia
MAHASISWA BERSUARA: Gangguan Mental Nomophobia Akibat Penggunaan Smartphone pada Remaja
Sampah Plastik
Sampah plastik sebagai sumber masalah pencemaran air di Sungai Cikapundung masih sulit terlepas dari kehidupan sehari-hari terutama dalam rumah tangga. Penggunaan material plastik yang sejak lama digunakan dan memiliki kelebihan seperti harganya yang relatif lebih murah, lebih tahan air, dan tahan lama jika dibandingkan dengan material lain seperti kertas, kain, dan sebagainya. Hal tersebutlah yang menjadi alasan mengapa permasalahan sampah plastik masih berlarut-larut hingga kini. Bahkan dengan sadar maupun tidak sadar kita masih bergantung pada plastik.
Berdasarkan survei, hal lain yang membuat sampah plastik banyak ditemukan adalah sebagian besar dari kemasan produk rumah tangga di Indonesia masih menggunakan material plastik yang sulit terurai. Pada tahun 2022 sebanyak 60% sampah di kota Bandung berasal dari rumah tangga dengan 16,7% total sampah di Kota Bandung merupakan sampah plastik (SIPSN, 2022).
Dibalik penggunaan plastik yang belum bisa terlepas dari kehidupan sehari-hari kita, perlu adanya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya memilah sampah rumah tangga sebelum dibuang. Sampah plastik dan sampah lainnya sebaiknya dipisahkan agar sampah plastik dapat diolah dengan cara yang benar. Hal ini dikarenakan sampah plastik membutuhkan waktu yang relatif lebih lama untuk terurai jika dibandingkan dengan sampah rumah tangga lainnya.
Namun pengolahan sampah tidak dapat dilakukan sendiri oleh rumah tangga, perlu adanya dukungan pemerintah untuk mengelompokkan sampah di tempat pembuangan sampah sementara. Pemerintah perlu menetapkan kebijakan yang mendukung rumah tangga untuk berkewajiban memilah sampah sebelum akhirnya dibuang ke tempat pembuangan sementara. Hal ini penting diperhatikan karena sampah plastik yang dibuang tidak pada tempatnya dapat berdampak pada pencemaran air di Sungai Cikapundung dan akan berdampak juga pada warga sekitar.
Meskipun tidak terlihat secara langsung, sampah plastik memiliki dampak terhadap pencemaran air sungai yang tidak dapat kita abaikan. Hal ini dapat terjadi karena kandungan dalam plastik mengandung zat kimia seperti bifenil poliklorinasi dan petisida yang dapat mengkontaminasi air Sungai Cikapundung dan merusak habitat biota sungai yang ada di dalamnya (Alodokter, 2021). Selain itu sampah plastik yang belum terurai juga berbahaya bagi hewan yang ada di Sungai Cikapundung dan pada akhirnya dapat berdampak bagi kita sendiri.
Ancaman Banjir
Selain mengandung zat yang berbahaya, sampah plastik yang terbawa arus dari tempat yang berbeda juga dapat menyebabkan banjir jika frekuensi sampah plastik tersebut terus bertambah mengubah pola aliran Sungai Cikapundung. Dampak pencemaran air Sungai Cikapundung akibat sampah plastik juga turut berdampak langsung bagi warga setempat. Meskipun tidak signifikan, menurut warga sekitar air sungai yang sebelumnya dapat dimanfaatkan warga untuk menyeberang, mandi, dan melakukan kegiatan lain kini hanya menimbulkan bau tak sedap jika berada di sekitar aliran sungai tersebut.
Tumpukan sampah di dasar sungai juga sesekali meluap dan mengakibatkan banjir di sekitar Sungai Cikapundung. Walaupun tidak sering, namun jika warga sekitar terus membuang sampah di Sungai Cikapundung tersebut bisa saja sungai meluap dan menyebabkan banjir yang bisa mempengaruhi wilayah lain di Kota Bandung.
Plastik merupakan material yang selalu kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam rumah tangga. Hampir semua produk rumah tangga berbahan dasar plastik mulai dari perabotan rumah tangga, kemasan produk rumah tangga, hingga yang paling sering kita gunakan yaitu kantong plastik sekali pakai. Hal ini menjadi salah satu faktor penyebab banyaknya sampah plastik di Sungai Cikapundung. Oleh karena itu perlu adanya himbauan dan sosialisasi terus menerus mengenai bahaya sampah plastik.
Terdapat berbagai upaya yang dapat dilakukan oleh warga seperti mulai membiasakan diri membawa tas belanja untuk mengganti dan mengurangi sampah plastik dan mulai membiasakan untuk mengelompokkan sampah rumah tangga sebelum dibuang ke tempat pembuangan sampah sementara. Pengelompokan sampah dapat dimulai dengan memisahkan sampah sisa makanan dengan sampah plastik. Sampah plastik seperti botol bekas dapat diberikan kepada pengepul yang menjadikan sampah botol plastik sebagai mata pencaharian.