• Opini
  • MAHASISWA BERSUARA: Mungkinkah Kecerdasan Buatan akan Menggantikan Peran Akuntan?

MAHASISWA BERSUARA: Mungkinkah Kecerdasan Buatan akan Menggantikan Peran Akuntan?

Pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan, atau atau Artificial Intelligence (AI) akan membawa perubahan besar karena dapat memecahkan masalah inefisiensi.

Keisha Stephanie Wijaya

Mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung.

Di era teknologi digital, perangkat komputer dan gawai menjadi kebutuhan pokok perusahaan. Salah satu profesi yang dibutuhkan di era internet ini adalah analis data. (Foto Ilustrasi: Choirul Nurahman/BandungBergerak.id)

30 Juni 2023


BandungBergerak.id – Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) telah menggantikan beberapa posisi pekerjaan dalam berbagai industri, seperti industri manufaktur, ritel, layanan pelanggan, hingga pertanian. AI yang akan terus berkembang menjadi lebih canggih satu saat akan memaksa para pekerja pada profesi tertentu mulai beralih untuk menemukan pilihan karier yang selaras dengan perkembangan teknologi.

Forum Ekonomi Dunia (WEF) telah mengeluarkan banyak laporan yang meramalkan bagaimana AI akan mempengaruhi pekerjaan di seluruh dunia. Faktanya, mereka memperkirakan bahwa otomatisasi akan menghasilkan peningkatan 58 juta pekerjaan, di mana dua pertiganya akan sangat terampil.

Keadaan ini juga memberikan kekhawatiran bagi akuntan, salah satu profesi yang berpeluang tergantikan oleh teknologi AI. Apalagi jika satu saat teknologi ini bisa memenuhi kebutuhan perusahaan untuk bekerja dengan akuntan.

AI dalam akuntansi umumnya berbicara tentang data dan otomatisasi. Teknologi dan aplikasi berbasis AI dapat mendorong praktik baru yang lebih baik seputar analisis data untuk akuntansi. Hal tersebut menimbulkan perubahan terhadap pekerjaan akuntan yang sebagian besar terjadi karena optimalisasi produktivitas yang tersedia melalui perkembangan teknologi, seperti perubahan dalam teknik pengauditan, pembukuan, pembuatan laporan keuangan, dan sebagainya.

Baca Juga: MAHASISWA BERSUARA: Fitur Bayar Tunda, Gaya Hidup Konsumtif, dan Pendidikan Literasi Keuangan
MAHASISWA BERSUARA: Gangguan Mental Nomophobia Akibat Penggunaan Smartphone pada Remaja
MAHASISWA BERSUARA: Besok Sungai Bukan Air tapi Sampah Plastik

Pemanfaatan AI

Perusahaan yang memanfaatkan akuntan yang sangat terampil, berpendidikan tinggi, dan mampu menangani transaksi dan perhitungan yang rumit memang menambah nilai yang cukup tinggi bagi bisnis mereka. Setiap departemen, setiap pengeluaran, dan setiap pos pendapatan dilaporkan kepada akuntan dan dikelola dengan bantuan perangkat lunak akuntansi. Melalui hal tersebut, akuntan dapat merekomendasikan tindakan, menasihati pihak manajemen, dan membantu menciptakan sinergi di antara departemen dalam perusahaan.

Akuntan juga dapat mengukur lingkungan ekonomi makro bersama dengan perusahaan, menciptakan pandangan jangka panjang, menangkap peluang untuk terjun dalam pasar baru, memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya, dan membantu memetakan proses bisnis ke depannya, termasuk memberikan masukan berharga ke dalam bisnis terkait dengan keputusan apa yang perlu diambil.

Sejak tahun 2016, empat Kantor Akuntan Publik teratas yaitu Deloitte, KPMG, EY, dan PwC telah terlibat dalam perkembangan teknologi AI, seperti penerapan AI ke dalam sistem pembukuan, perpajakan, akuntansi, audit, dan sebagainya. Pada masa-masa awal kemunculan perangkat lunak untuk pengelolaan pembukuan, pekerjaan akuntansi di perusahaan-perusahaan tersebut berubah secara signifikan.

Dalam beberapa hal, bukan berarti pekerjaan yang dilakukan oleh pemegang buku dalam bisnis atau perusahaan saat ini dapat digantikan oleh AI sepenuhnya, hanya saja pekerjaan mereka dapat berubah. Pembukuan memiliki peluang untuk dilakukan otomatisasi, tetapi verifikasi laporan keuangan tetap harus dilakukan oleh manusia.

Kita juga harus ingat bahwa ada tanggung jawab ketika laporan keuangan tidak menunjukkan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Penerapan standar akuntansi dalam pembuatan laporan keuangan juga memerlukan penilaian dan pertimbangan profesional. Sebagai contoh, AI memerlukan bantuan manusia untuk memutuskan apakah jumlah yang merupakan hasil transaksi dicatat dengan benar sesuai dengan peraturan akuntansi, pajak, atau peraturan lainnya.

Meskipun pekerjaan yang dilakukan akuntan saat ini dapat dikatakan tidak berguna untuk dilakukan oleh manusia karena aplikasi komputer dapat melakukannya dalam waktu yang lebih singkat dan cepat, akuntan tetap perlu beradaptasi dengan perkembangan aplikasi tersebut. Akuntan juga sebelumnya telah memperoleh banyak keterampilan yang membuat mereka semakin berpengaruh bagi keberlangsungan bisnis dan perusahaan.

Disrupsi AI

Akuntansi telah menjadi bidang yang terus berkembang selama beberapa dekade dan banyak orang masih lebih memilih interaksi manusia dengan akuntan daripada otomatisasi. Selain itu, akuntansi memiliki banyak proses manajerial dan analitis yang tidak dapat dilakukan oleh AI. Hal ini mendorong mereka untuk memperoleh sertifikasi berupa CPA (Certified Public Accountant), CMA (Certified Management Accountant), CIA (Certified Internal Auditor), CFA (Chartered Financial Analyst), atau CFE (Certified Fraud Examiner) untuk meningkatkan kualitas diri dan memenuhi persyaratan pekerjaan di sebuah perusahaan. Akuntan juga harus mengembangkan keterampilan baru seperti keterampilan data analitik serta kemampuan untuk mengotomatisasi sistem dan proses. Melalui proses peningkatan keterampilan tersebut, akuntan kemudian dapat fokus pada penafsiran fitur-fitur utama dari dokumen dan output yang dihasilkan oleh AI.

Teknologi akan mendukung akuntan, bukan menggantikannya, dan peran mereka akan berubah seiring berjalannya waktu. Akuntan harus menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi agar tetap relevan di industri zaman kini yang serba digital.

Hal ini termasuk mengikuti perkembangan tren teknologi, mengoptimalkan dan mengadaptasi perangkat lunak akuntansi saat ini untuk memenuhi kebutuhan perusahaan, serta terbuka untuk menerima dan mempelajari teknologi canggih. Dengan demikian, profesi akuntan dalam waktu 20 tahun ke depan akan terus bertahan meskipun kemampuan komputer berupa "Artificial Intelligence" semakin canggih yang berpotensi meniadakan keterlibatan tenaga kerja akuntan secara keseluruhan.

AI dan teknologi baru lainnya tidak akan menggantikan para profesional ini sepenuhnya karena kecerdasan manusia akan tetap dibutuhkan untuk melakukan konsultasi, analisis data, dan pemikiran strategis. Hal penting yang perlu diingat adalah penerapan teknologi AI dapat memecahkan masalah inefisiensi, serta dapat membuat akuntan melakukan pekerjaan yang lebih kreatif dan membawa nilai tambah yang lebih besar bagi perusahaan. Sederhananya, AI dirancang untuk meningkatkan kemampuan akuntan, bukan untuk menggantikannya.

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//