MAHASISWA BERSUARA: Mengolah Limbah Minyak Jelantah Menjadi Sabun Sebagai Upaya Mengurangi Limbah Rumah Tangga
Minyak jelantah yang merupakan salah satu limbah rumah tangga yang cukup berbahaya karena dapat mencemari tanah dan air dapat dimanfaatkan menjadi bahan baku sabun.
Jap, Cleveland Wijaya
Program Studi Teknik Kimia Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung
8 Juli 2023
BandungBergerak.id – Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak dapat lepas dengan minyak goreng sebagai salah satu bahan utama dalam memenuhi kebutuhan pokok kita yaitu makanan. Minyak goreng mengandung berbagai senyawa lemak atau asam lemak. Minyak goreng memiliki titik didih cukup tinggi sehingga dapat digunakan untuk mengolah bahan makanan. Proses memasak yang umumnya menggunakan minyak adalah menggoreng, di mana dalam proses penggorengan tersebut sebagian besar air yang ada dalam bahan makanan akan hilang sehingga makanan yang dihasilkan akan bersifat kering. Minyak dapat berupa minyak nabati dan minyak hewani. Pada umumnya, jenis minyak yang dipakai untuk memasak di Indonesia adalah minyak nabati yang berasal dari kelapa sawit.
Sisa minyak penggorengan atau biasa disebut minyak jelantah merupakan salah satu jenis limbah rumah tangga yang dampaknya cukup berbahaya bagi lingkungan. Minyak yang dibuang ke lingkungan secara sembarang dapat mencemari tanah dan air.
Minyak yang dibuang ke tanah dapat mengganggu ekosistem yang berada di tanah seperti mikroorganisme dan perakaran tanaman karena minyak dapat menutup pori-pori tanah yang menyebabkan tanah menjadi rusak sehingga tidak produktif lagi. Sedangkan, jika dibuang ke air dapat menyebabkan penurunan kualitas air sehingga yang dapat mengganggu ekosistem air dan juga tidak dapat digunakan sebagai sumber air bersih. Berdasar Laporan Statistik Lingkungan Hidup pada tahun 2020, terdapat lebih dari 57% rumah tangga yang membuang limbahnya ke saluran air/selokan/sungai. Dan, pada 2021 Badan Pusat Statistik melaporkan bahwa 46% sungai di Indonesia telah tercemar limbah.
Sebagai upaya mengurangi limbah rumah tangga dan menjaga kelestarian lingkungan, minyak jelantah dapat dilakukan proses filtrasi untuk menjernihkan kembali minyak tersebut. Minyak jelantah yang telah melalui proses filtrasi tetap tidak baik untuk dikonsumsi karena selama proses filtrasi kandungan di dalamnya tidak berubah (masih mengandung zat-zat yang berbahaya bagi tubuh) dan hanya menyaring kotoran-kotoran pada minyak jelantah. Minyak jelantah tersebut kemudian diolah menjadi sabun dengan melalui proses saponifikasi dengan bantuan larutan alkali (umumnya NaOH dan KOH). Walaupun tampilan dan aroma dari sabun ini mungkin kurang menarik setidaknya hal ini dapat mengurangi jumlah limbah rumah tangga yang dapat mengganggu kelestarian alam.
Sabun merupakan suatu bahan yang digunakan sebagai pencuci atau pembersih. Terdapat berbagai jenis sabun yang dibedakan berdasarkan fungsi dan tujuan pemakaiannya, contohnya adalah sabun mandi, sabun pencuci pakaian atau peralatan, dan lainnya. Berdasarkan bentuknya sabun dibedakan menjadi dua yaitu sabun padat dan sabun cair. Sabun dapat diolah dengan cara mencampur minyak (nabati atau hewani) dengan larutan alkali kuat yaitu NaOH (Natrium Hidroksida) dan KOH (Kalium Hidroksida) sehingga terjadi reaksi antara asam lemak atau lemak (termasuk ester) dalam minyak dengan larutan alkali, proses reaksi ini disebut dengan proses saponifikasi. Hasil dari reaksi lemak dengan larutan alkali tersebut adalah gliserol dan sabun (berupa garam) yang dapat larut dalam air. Pembuatan sabun yang menggunakan larutan NaOH akan menghasilkan sabun berbentuk padat dan penggunaan larutan KOH akan menghasilkan sabun cair.
Baca Juga: MAHASISWA BERSUARA: Memperjuangkan Hak Asasi Kaum LGBT untuk Mencapai Kesetaraan HAM di Indonesia
MAHASISWA BERSUARA: Alasan Perusahaan Tidak Membagikan Dividen
MAHASISWA BERSUARA: Belajar dari Keberhasilan Singapura Mengolah Sampah
Sabun dari Minyak Jelantah
Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan sabun tersebut adalah minyak bekas penggorengan atau biasa disebut sebagai minyak jelantah. Minyak jelantah ini diketahui tidak baik untuk dikonsumsi sebab dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan yang cukup berbahaya bahkan dapat menyebabkan kematian. Menurut beberapa penelitian, pemanasan berulang pada minyak goreng dapat menyebabkan terjadinya perubahan susunan senyawa dalam minyak dan membentuk senyawa peroksida yang beracun bagi tubuh. Senyawa ini dapat dikatakan sebagai salah satu penyebab kanker karena bersifat radikal bebas. Karena alasan ini pula menyebabkan minyak goreng bekas atau minyak jelantah sering dibuang sembarangan oleh sebagian besar masyarakat. Padahal minyak goreng bekas ini dikategorikan sebagai salah satu limbah rumah tangga yang dapat mencemari dan merusak lingkungan terutama air dan tanah.
Dengan adanya inovasi baru ini, diharapkan minyak jelantah dapat diolah kembali menjadi sabun, dimana hal ini tentu akan lebih bermanfaat karena dapat digunakan untuk membersihkan peralatan rumah tangga atau mungkin dapat digunakan sebagai sabun cuci tangan. Selain itu, inovasi sabun dari minyak jelantah dapat menjadi sumber penghasilan baru dengan memanfaatkan bahan yang awalnya tidak berguna yang kemudian diolah menjadi suatu produk bermutu dan bernilai ekonomi tinggi.
Proses pembuatan sabun minyak jelantah dapat dimulai dengan menyiapkan alat dan bahan-bahan yang akan digunakan. Bahan utama yang tentu harus ada adalah minyak jelantah dan juga larutan alkali (dapat memilih antara NaOH atau KOH), dengan takaran 225 gram minyak jelantah dan 40 gram larutan alkali. Selain itu dapat juga menggunakan minyak aromaterapi, minyak atsiri (peppermint oil, rosemary oil, dan lainnya), atau minyak beraroma lain (contohnya minyak kelapa) untuk menambah aroma harum dan menghilangkan aroma tidak sedap (tengik) dari minyak jelantah serta dapat juga diberi pewarna (dapat menggunakan pewarna alami atau buatan). Kemudian alat yang digunakan adalah wadah, alat saring, dan pengaduk (disarankan menggunakan pengaduk kaca).
Pertama, minyak jelantah perlu melalui proses penyaringan sebab pada minyak jelantah tentu terdapat banyak partikel-partikel yang dapat mengotori sabun dan membuat tampilan sabun menjadi tidak enak dipandang. Setelah melalui proses penyaringan dan pemurnian, langkah selanjutnya adalah membuat larutan alkali. Jika ingin membuat sabun batang, gunakanlah larutan NaOH tetapi jika ingin membuat sabun cair, gunakanlah larutan KOH. Proses pembuatan larutan alkali ini adalah dengan melarutkan NaOH atau KOH ke dalam aquades (air suling) dengan perbandingan yang telah ditentukan. Setelah larut kemudian campurkan larutan alkali tersebut ke dalam minyak jelantah dan kemudian aduk hingga merata dan sedikit mengental.
Apabila sudah mengental, bisa ditambahkan minyak aromaterapi atau minyak atsiri untuk menambah aroma harum pada sabun dan kemudian aduk lagi hingga merata. Bila sudah merata maka masukan pada wadah (cetakan jika membuat sabun batang) dan diamkan selama tiga sampai empat hari agar proses reaksi saponifikasi berjalan sempurna. Setelah 3-4 hari, sabun kemudian diambil sedikit dan masukkan pada air kemudian dilarutkan, apabila larut sempurna maka proses saponifikasi (pembuatan sabun) sudah berhasil dan sabun siap untuk digunakan.
Manfaat dari Pembuatan Sabun Minyak Jelantah
Pembuatan sabun minyak jelantah ini secara garis besar tentu memiliki dampak yang sangat baik terutama pada lingkungan. Sebab, minyak jelantah merupakan salah satu limbah rumah tangga yang cukup berbahaya bagi lingkungan dan juga produksi atau volume pembuangan minyak jelantah ini cukup besar.
Selain itu, dengan membuat sabun minyak jelantah ini, dapat menambah penghasilan bagi masing-masing keluarga dengan cara yang mudah dan bahan yang mudah didapat serta dengan modal yang tidak begitu besar. Walaupun tetap harus diperhatikan keamanan dan keselamatan dalam pembuatan ini sebab larutan alkali yang digunakan merupakan larutan basa kuat yang dapat menyebabkan iritasi parah dan bersifat toxic atau beracun bagi tubuh.
Menurut Sayyidina Abdul Qabidhi RA, dkk. (2023), dalam hasil penelitiannya mengenai sosialisasi terhadap warga desa di Kabupaten Kampar mengenai pengelolaan limbah rumah tangga minyak jelantah. Warga desa merespons positif dan berpikir bahwa proses pembuatan sabun tersebut dapat menjadi salah satu peluang usaha sehingga dapat dijadikan sebagai penghasilan tambahan bagi mereka.
Upaya ini juga sebagai langkah awal dalam menjaga kelestarian lingkungan tempat mereka tinggal. Sebab, sebelum dilakukan sosialisasi ini, masih banyak warga desa yang membuang limbah rumah tangga khususnya minyak jelantah langsung ke tanah atau ke saluran air. Hal ini kemungkinan terjadi karena kurangnya pengetahuan mengenai cara mengolah atau bagaimana cara yang benar untuk menangani limbah rumah tangga.
Maka, seiring dengan berkembangnya zaman, di mana banyak permasalahan-permasalahan baru muncul terutama menyangkut isu lingkungan seperti pencemaran lingkungan entah dari limbah rumah tangga atau pabrik. Diperlukan untuk mengembangkan pula ilmu-ilmu teknologi dan pengetahuan untuk menangani masalah-masalah yang muncul tersebut.
Seperti yang telah dibahas mengenai pengolahan limbah rumah tangga minyak jelantah yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan sabun. Sabun tersebut kemudian menjadi suatu bahan yang tidak berbahaya dan dapat bermanfaat serta dapat memberi penghasilan tambahan bagi masyarakat dan juga sebagai salah satu langkah bijak untuk membantu menangani masalah-masalah di lingkungan. Sebab, jika minyak jelantah tidak diolah dengan baik dan dibuang begitu saja ke sembarang tempat maka dapat mencemari tanah dan air yang menyebabkan tanah menjadi rusak dan air juga akan menjadi kotor sehingga segala kehidupan yang ada di dalamnya akan ikut mati.