• Opini
  • MAHASISWA BERSUARA: Bahayanya Dampak Pelecehan Seksual pada Anak

MAHASISWA BERSUARA: Bahayanya Dampak Pelecehan Seksual pada Anak

Kendala pada penanganan kasus pelecehan seksual dengan korban anak adalah kurangnya pemahaman masyarakat pada pentingnya perlindungan hukum pada anak.

Dona Tresna

Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung

Seorang anak bermain layang-layang di kawasan rel kereta api di sekitar Stasiun Kiaracondong, Bandung, Jumat (8/7/2022). Sore waktu yang biasa dipakai anak-anak di sekitar stasiun Kiaracondong bermain, salah satunya bermain layang-layang. (Foto: Choerul Nurahman/BandungBergerak.id)

11 Juli 2023


BandungBergerak.id –  Indonesia memiliki undang-undang perlindungan anak sendiri yaitu Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Perlindungan anak. Pasal 81 dan 82 Undang-Undang Perlindungan Anak menetapkan bahwa orang yang melakukan pelecehan seksual terhadap anak diancam dengan pidana penjara paling lama 15 tahun. Pelecehan di bawah umur adalah masalah serius yang dapat memiliki dampak jangka panjang pada perkembangan diri seseorang.

Dampak yang terjadi dalam pelecehan di bawah umur adalah dampak negatif yang meliputi gangguan kejiwaan dan sensitivitas dalam perkembangan anak. Pelecehan pada korban yang di bawah umur memiliki dampak negatif yang sangat merusak. Banyak kasus pelecehan tersebut telah mengakibatkan gangguan kejiwaan yang serius pada korban.

Menurut sebuah penelitian oleh American Psychological Association, 70-80% korban pelecehan seksual di bawah umur mengalami gejala yang serupa dengan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) seperti mimpi buruk, kilas balik, dan kecemasan yang berlebihan. Selain itu, pelecehan di bawah umur juga dapat membuat anak menjadi sangat sensitif dalam perkembangannya. Mereka mungkin mengalami gangguan dalam membentuk hubungan sosial yang sehat, memiliki kepercayaan diri yang rendah, dan mengalami kesulitan dalam mengekspresikan emosi dengan benar.

Data dari National Institute of Justice menunjukkan bahwa korban pelecehan seksual anak-anak memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami kesulitan sosial, rendah diri, dan gangguan perkembangan interpersonal. Kondisi di lingkungan sekitar juga memperlihatkan implikasi serius dari pelecehan di bawah umur.

Berdasarkan laporan dari National Sexual Violence Resource Center, sekitar 90% dari korban pelecehan seksual anak-anak mengenal pelaku, dan sekitar 60% dari pelaku adalah orang-orang terdekat seperti anggota keluarga, teman, atau tetangga. Fakta ini menunjukkan betapa pentingnya perlindungan anak-anak di lingkungan terdekat mereka.

Baca Juga: MAHASISWA BERSUARA: Metode Kekerasan tidak Efektif Menanggulangi Bahaya Terorisme
MAHASISWA BERSUARA: Bahaya Busa Deterjen yang Melimpah
MAHASISWA BERSUARA: Inovasi Anak Muda Indonesia Terkait Sampah Plastik

Kesadaran Masyarakat Masih Minim

Masalah serius yang terkait dengan pelecehan di bawah umur adalah kurangnya kesadaran dan penerapan hukum yang memadai dalam masyarakat. Data dari studi yang dilakukan oleh Yayasan Kita dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menunjukkan bahwa hanya sekitar 10% kasus pelecehan seksual terhadap anak yang dilaporkan kepada pihak berwenang.

Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah minimnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya perlindungan anak dan hukum yang melindungi mereka. Banyak orang tidak mengetahui secara detail tentang pasal-pasal yang mengatur pelecehan di bawah umur, sehingga kurangnya pengetahuan ini dapat menghambat kesadaran dan tindakan dalam melaporkan kasus pelecehan.

Stigma dan ketakutan juga menjadi faktor yang menghalangi pelaporan pelecehan di bawah umur. Korban sering kali merasa malu, takut tidak dipercaya, atau merasa bersalah atas apa yang terjadi pada mereka. Akibatnya, mereka enggan melaporkan kejadian tersebut dan memilih untuk menyimpannya dalam diri, yang dapat berdampak negatif pada perkembangan emosional dan psikologis mereka.

Selain itu, terdapat kecenderungan untuk mencari penyelesaian di luar pengadilan dalam kasus pelecehan di bawah umur. Beberapa keluarga korban lebih memilih menyelesaikan masalah secara pribadi dengan pelaku, terutama jika pelaku adalah anggota keluarga atau orang dekat. Ini sering kali disebabkan oleh kekhawatiran akan kerusakan reputasi atau dampak sosial yang mungkin terjadi jika kasus ini dibawa ke pengadilan.

Pelecehan di bawah umur menjadi masalah yang semakin serius dalam masyarakat saat ini. Data dari Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA) mencatat bahwa jumlah laporan kasus pelecehan seksual terhadap anak-anak di Indonesia meningkat tajam dari tahun ke tahun. Pada tahun 2021 saja, terdapat lebih dari 15.000 laporan kasus pelecehan seksual terhadap anak-anak.

Angka ini mencerminkan betapa seriusnya masalah ini dan urgensi untuk mengatasi kurangnya kesadaran pendidikan dan faktor sosial yang memperburuknya. Peningkatan ini mencerminkan kurangnya kesadaran pendidikan di kalangan individu dan faktor sosial yang mempengaruhinya.

Salah satu penyebab utama peningkatan ini adalah kurangnya kesadaran pendidikan di kalangan individu. Banyak orang yang tidak memahami betapa pentingnya menjaga dan melindungi anak-anak dari pelecehan. Dalam beberapa kasus, pelaku pelecehan sendiri mungkin tidak menyadari bahwa tindakan mereka merupakan bentuk pelecehan yang merugikan perkembangan anak-anak.

Faktor sosial juga memainkan peran penting dalam peningkatan pelecehan di bawah umur. Budaya yang masih mengedepankan norma-norma patriarki dan mengabaikan perlindungan anak dapat mempengaruhi persepsi dan tindakan masyarakat terhadap pelecehan di bawah umur. Selain itu, akses yang mudah terhadap konten seksual yang tidak pantas dan penyebaran teknologi digital juga dapat memperburuk situasi ini.

Data dari lembaga perlindungan anak tersebut menunjukkan peningkatan kasus pelecehan seksual terhadap anak-anak yang mencerminkan kebutuhan mendesak untuk meningkatkan kesadaran dan mengatasi faktor sosial yang memperburuk masalah ini. Pelecehan di bawah umur adalah isu yang membutuhkan perhatian serius dan langkah-langkah pencegahan yang kuat. Penting bagi masyarakat untuk memahami dampak yang terjadi pada perkembangan diri seseorang yang menjadi korban. Diperlukan upaya kolektif dalam meningkatkan kesadaran pendidikan, menghilangkan stigma, dan memberikan dukungan komprehensif bagi korban. Hanya dengan cara ini, kita dapat melindungi anak-anak dari pelecehan dan memastikan perkembangan diri mereka yang sehat dan berkualitas.

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//