• Opini
  • MAHASISWA BERSUARA: Inovasi Anak Muda Indonesia Terkait Sampah Plastik

MAHASISWA BERSUARA: Inovasi Anak Muda Indonesia Terkait Sampah Plastik

Anak muda harus meningkatkan rasa kepedulian terhadap lingkungan (mengurangi sampah plastik). Jika tidak, dampaknya akan terkena pada diri sendiri.

Juan Andrian Tjhin

Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung

Banjir karena musim hujan menimbulkan banjir sampah di sungai. Para pemulung berusaha mengais sampai yang masih bernilai. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

10 Juli 2023


BandungBergerak.idSampah plastik sudah menjadi pencemar lingkungan kronis baik di darat, laut, udara (lewat pembakaran). Fenomena ini sudah menjadi masalah dunia, bukan hanya di Indonesia tetapi negara-negara maju juga menjadikan sampah plastik sebagai pusat perhatian, seperti di negara-negara Eropa dan Amerika.

Menurut data dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pada tahun 2021 total sampah nasional hingga mencapai 68,5 juta ton dan pada tahun 2022 meningkat menjadi 70 juta ton. Hal ini disebabkan karena sampah yang sudah diolah di negara Indonesia masih tertinggal jauh dari negara-negara maju, sebanyak 16 juta ton yang masih belum terkelola dengan baik.

Pengolahan Sampah Plastik di Indonesia

Pengolahan sampah plastik di Indonesia masih terbilang cukup buruk. Sampah-sampah yang harusnya diolah terpisah, saat ini masih tercampur. Secara umum, sampah organik dan nonorganik di rumah tangga masih membaur sehingga sampah yang dikumpulkan sulit diolah.

Jika kita bandingkan dengan negara-negara maju, pengolahan sampah mereka jauh lebih teratur dibandingkan Indonesia. Salah satu hal yang membuat negara mereka lebih teratur adalah peraturan yang menuntut mereka untuk membuang sampah pada tempatnya. Mereka harus membuang sampah sesuai dengan tipe sampahnya dan membuang sampahnya pada rentang waktu yang sudah ditentukan oleh pemerintah.

Warga di negara maju juga lebih disiplin dalam hal waktu, oleh sebab itu proses pengolahan sampah juga dapat dilakukan dengan sangat teratur. Kita bisa ambil contoh Korea. Pemerintah di sana membuat suatu kebijakan-kebijakan pemilahan sampah dan daur ulangnya. Sejak kebijakan tersebut diterapkan, sampah yang dihasilkan pun berkurang setiap tahunnya, sangat terlihat bahwa masyarakat, pemerintah, dan pabrik industri mau bekerja sama dalam menerapkannya.

Kesadaran masyarakat dalam lingkungannya sangat dibutuhkan agar pencemaran lingkungan di Indonesia dapat dikurangi atau bahkan dapat dicegah. Masyarakat harus mengubah persepsi mereka terhadap sampah plastik, bahwa lingkungan kita harus dijaga agar kehidupan kita dapat lebih baik lagi bagi masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Hal ini dapat berdampak terhadap kesehatan kita juga, semakin berkurang sampah plastik maka potensi bencana yang ditimbulkannya juga semakin berkurang.

Penyumbang Sampah Plastik Laut Terbesar di Dunia 

Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadi penyumbang sampah terbanyak di dunia. Banyak sekali penyebab-penyebab yang membuat Indonesia menjadi salah satu negara yang tingkat pencemarannya sangat tinggi. Dilansir dari Anatar News, Indonesia menyumbang sampah plastik sebesar 7,8 juta ton per tahunnya, dan 4,9 juta tonnya tidak dapat ditangani dengan baik sehingga banyak sekali yang bocor ke laut. 

Pencemaran laut sudah menjadi masalah global sejak lama, dari hari ke hari semakin banyak plastik yang ditemukan di dalam tubuh satwa yang hidup di air. Banyak sampah yang dibuang tidak pada tempatnya,  justru malah dibuang ke sungai-sungai sehingga sampah yang tercemar di sungai meningkat setiap harinya.

Pada akhirnya sungai-sungai yang tercemar akan terbawa hingga ke lautan menyebabkan banyak sekali ikan-ikan dan mikroorganisme yang hidup dalam air mati akibat dari zat-zat yang dikeluarkan oleh sampah pabrik, limbah rumah tangga, dan limbah pertanian.

Penemuan Anak Bangsa

Sampak plastik menjadi sebuah tantangan besar bagi Indonesia, berbagai usaha dilakukan untuk mengurangi dan mendaur ulang sampah plastik ini termasuk munculnya larangan pengunaan plastik sekali pakai. Peraturan Presiden No 97 Tahun 2017 mengenai Kebijakan dan Startegi Nasional dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga menyatakan, pemerintah untuk mengurangi sampah minimal sampai 30 persen dan meningkatkan pengelolaan sampang setidaknya sampai 70 persen pada tahun 2025.

Anak-anak bangsa juga tidak tinggal diam dalam menghadapi ancaman sampah plastik. Beberapa inovasi dilakukan untuk mengatasi persoalan lingkungan ini, di antaranya sebagai berikut:

Alat Penyaring Sampah dengan Menggunakan 2 Turbin

Tiga siswi di Yogyakarta sedang mengembangkan alat untuk menyaring sampah di sungai. Elizabeth Widya Nidianita, Nurina Zahra Rahmati, dan Tri Ayu Lestari dari SMA 6 Yogyakarta meraih medai emas dalam lomba International Exhibition of Young Inventors (IEYI) di Malaysia pada tahun 2013 untuk membuat alat penyaring sampah yang disebut Turbine Under-Shot  Waste Filter.

Awalnya ketiga mahasiswa tersebut turut memprihatinkan karena banyak sekali sampah-sampah yang dibuang sembarangan, sehingga mereka bertiga memutuskan untuk membuat alat ini. Alat ini menggunakan 2 turbin yang berfungsi untuk menarik arus air dan mengumpulkan sampah-sampah yang tergenang di sungai. Sampah-sampah dikumpulkan ke bagian tengah dan diangkat menggunakan jaring ke dalam bak penampungan sampah.

Pembuatan Komposit Beton dengan Sampah Plastik

Pada tahun 2019 lima mahasiswa UGM berhasil membuat komposit beton dengan memanfaatkan sampah plastik. Putra Makmur Boangmanalu (Kimia) bersama Stephanus Satria Wira Waskitha (Kimia), Vidiskiu Fortino Kurniawan (Ilmu Komputer), Nicolaus Elka Yudhatama (Teknik Kimia), dan Reza Yustika Bayuardi (Teknik Kimia) membuat komposit beton ini dengan mencampurkan sampah plastik dengan pasir, inovasi ini bermulai dari mahasiswa yang memprihatinkan keadaaan lingkungan di Indonesia karena jumlah sampah plastik yang semakin meningkat tiap tahunnya. Selama pandemi ini produksi sampah plastik yang meningkat  sebanyak 26 hingga 36 persen karena kebiasaan masyarakat dalam berbelanja online meningkat seiring berjalannya waktu di masa pandemi.

Untuk membuat komposit beton dibutuhkan bijih botol plastik yang berjenis polietilen tereftalat (PET). Sampah plasik tersebut kemudian ditumbuk dengan mesin penumbuk plastik agar selanjutnya dapat dipanaskan dengan suhu 410-580oC selama 30 menit. Lalu lelehan dari plastik akan dicampur dengan pasir elod, setelah itu dicetak campuran tersebut dengan ukuran 5 cm x 5 cm x 5 cm dan dikeringkan selama 7 hari.

Produk komposit beton campuran ini memiliki kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan dengan produk beton lainnya. Lelehan dari sampah pltik ini memiliki kekuatan sebesar 15,52 Mpa dengan proses pengeringan selama 7 hari, sedangkan produk beton lainnya membutuhkan 28 hari untuk mencapai kondisi kekerasan maksimum sebesar 15 Mpa. Sehingga dapat disimpulkan kalau kekuatan beton campuran dengan sampah plastik memiliki kuat tekan yang lebih dibandingkan beton biasa.

Untuk memproduksi komposit beton ini dapat dilakukan oleh masyarakat, karena dalam pembuatannya tidak membutuhkan mesin-mesin berat atau kompleks tetapi dengan menggunakan alat yang dimodifikasi. Alhasil komposit benton ini dapat digunakan paving block.

Baca Juga: MAHASISWA BERSUARA: Metode Kekerasan tidak Efektif Menanggulangi Bahaya Terorisme
MAHASISWA BERSUARA: Perjanjian Perkawinan, Pentingkah?
MAHASISWA BERSUARA: Pemerintah Gagal Mengelola Sampah Kota Bandung?

Alat Produksi BBM dengan Sampah Plastik

Seorang mahasiswa UGM bernama Yanditya Affan Almada berhasil mengembangkan alat yang dapat mengubah sampah anorganik menjadi BBM berupa bio oil dan biogas. Alat tersebut berupa furnace yang diberi nama AL-Production. Alat ini dikembangkan dengan menghubungan pipa dengan tabung yang kedap suara dana bertekanan tinggi berbahan stainless steel. Aliran listrik digunakan sebagai sumber energi untuk pemanas, awalnya Affan sempat mencoba sumber energi dengan api tetapi karena panas yang tidak stabil sehingga tidak dapat dikontrol suhu panasnya.

Alat tersebut sebenarnya sudah dikembangkan sejak dia masih SMA 2015 lalu. Dia memang sangat tertarik dalam mengkonversi atau mengubah sampah-sampah menjadi bahan bakar. Cara kerjanya dimulai dengan memasukkan sampah ke dalam tabung vakum, setelah itu tabung aka dipanaskan sampai mencapai suhu 450-550oC. 30 menit kemudian dari pipa akan keluar tetesan-tetesan minyak yang akan melewati jalur pendinginan.

Alat ini sudah memiliki sejumlah peminat, sehingga tak mengheran kan dia sekarang telah memproduksi enam alat yang memiliki kapasitas 2-3 liter dan yang 10 liter. Alat ini sudah memiliki pesanan dan sampai saat ini terdapat 6 alat pemanas yang telah dibuat. Kapasitas 2-3 liter akan dijual dengan harg 20 juta rupiah sedangkan untuk kapasistas 10 liter akan dijual seharga 35 juta rupiah.

Peran Anak Muda

Indonesia merupakan negara yang masih berkembang, kita sebagai anak muda bangsa Indonesia harus bisa ikut turut dalam mengembangkan negara kita sendiri. Contohnya saja seperti penemuan-penemuan di atas di mana anak-anak muda yang peduli dengan lingkungan turut membantu negara kita dengan membuat inovasi-inovasi yang bagus.

Kita harus meningkatkan rasa kepedulian kita terhadap lingkungan karena jika tidak dampaknya kita akan terkena sendiri. Dengan tindakan-tindakan kecil saja seperti menggantikan plastik dengan yang berbahan kain atau misalanya dengan membuang sampah pada tempatnya sudah dapat membantu bumi kita menjadi lebih sehat dan lebih baik lagi.  

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//