• Opini
  • Pergolakan Seni dan Perubahan Sosial: Seni Rakyat dan Identitas Melawan Dominasi

Pergolakan Seni dan Perubahan Sosial: Seni Rakyat dan Identitas Melawan Dominasi

Pergolakan seni rakyat dan pihak berkuasa adalah refleksi dari kompleksitas hubungan antara seni, politik, dan masyarakat.

Munanda Okki Saputro

Mahasiswa S-2 Program Studi Sosiologi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pegiat Monolog Pejalan serta ruang puisi Kelompok Selokan.

Seniman mural melukis dinding Saparua Park, Kota Bandung, dengan karya visual bertema olah raga dan musik bawah tanah, Jumat (8/10/2023). (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

18 Juli 2023


BandungBergerak.id – “Apakah artinya kesenian bila terpisah dari derita lingkungan?

Penggalan bait terakhir puisi karya W.S. Rendra dengan judul “Sajak Sebatang Lisong,” menggugah pertanyaan yang mendalam. Puisi tersebut tidak hanya menghadirkan masalah-masalah sosial pada masanya, tetapi juga mengajak kita untuk merasakan dan memahami berbagai permasalahan lain seperti ekonomi, politik, pendidikan dan juga kesenian. W.S. Rendra dengan lantang dan berani mencoba menyampaikan protes terhadap gejala-gejala sosial yang ada melalui puisinya. Melalui bait ini, Rendra menyinggung penyair-penyair lain yang terlalu sibuk dengan puisi romantis semata dan hanya memenuhi tanggung jawab kepenyairan mereka.

Saini dalam “Taksonomi Seni” (2001:49), menjelaskan bahwa karya seni adalah hasil pendekatan seniman terhadap realitas. Seni merupakan ungkapan dari respons manusia terhadap gejala sosial yang mereka rasakan, dan bentuk inspirasi inilah yang kemudian melahirkan karya seni. Proses seni dipengaruhi oleh subjektivitas internal pengkarya dan objektivitas eksternal atau realitas yang ada. Ketika kondisi sosial mengalami gejolak, para penyair tidak boleh hanya diam dan terlena dalam subjektivitas mereka.

Seni sebagai medium ekspresi manusia memiliki peran yang kompleks dan bervariasi pada masyarakat. Dalam sejarahnya, pergolakan antara seni untuk seni (art for art's sake) dan seni untuk perubahan sosial (art for social change) telah menjadi sorotan utama dalam diskusi mengenai tujuan dan fungsi seni. Dua pendekatan ini memiliki perbedaan yang signifikan, namun keduanya memiliki dampak yang penting dalam perkembangan seni dan masyarakat secara keseluruhan.

Seni untuk seni adalah pendekatan yang mana seni dianggap sebagai tujuan akhir dalam dirinya sendiri. Fokus utama dari seni ini adalah pada keindahan, estetika, dan ekspresi dari seniman. Pergolakan seni untuk seni telah ada sejak zaman klasik Yunani dan Romawi, di mana seni dihargai sebagai medium untuk mencapai keindahan yang universal dan abadi. Pendukung pendekatan ini berargumen bahwa seni harus bebas dari pembatasan atau agenda sosial, politik, dan moral. Seni untuk seni menjadi bentuk kebebasan individu untuk mengekspresikan diri dan menghasilkan karya yang murni berdasarkan imajinasi dan estetika.

Seni untuk perubahan sosial memandang seni sebagai alat yang kuat untuk merangsang perubahan sosial yang positif. Para seniman yang mengikuti pendekatan ini melihat seni sebagai medium yang dapat menyampaikan pesan, menciptakan kesadaran, memicu pemikiran kritis, dan menginspirasi tindakan dalam masyarakat. Pergolakan seni untuk perubahan sosial muncul sebagai respons terhadap ketidakadilan, ketimpangan sosial, dan isu-isu sosial yang mendesak dalam masyarakat.

Seni sebagai penggerak perubahan sosial memiliki kemampuan untuk memicu refleksi, membangkitkan emosi, dan mempengaruhi cara pandang serta sikap individu dan masyarakat. Melalui karya seni yang menghadirkan isu-isu sosial yang penting, seniman dapat menyoroti ketidakadilan, merangsang kesadaran, dan membangun solidaritas di antara mereka yang terpinggirkan. Contoh yang menonjol dari seni untuk perubahan sosial adalah gerakan seni politik pada era 1960-an dan 1970-an di berbagai belahan dunia. Seniman seperti Pablo Picasso, Diego Rivera, dan Keith Haring menggunakan karya seni sebagai alat untuk memperjuangkan berbagai isu seperti isu perang, isu Hak Asasi Manusia (HAM), isu ketimpangan sosial, dan diskriminasi. Karya-karya mereka memberikan suara bagi kaum marginal, mengingatkan masyarakat akan ketidakadilan yang ada, dan mempengaruhi opini publik.

Di samping itu, seni kontemporer juga terus memperjuangkan berbagai perubahan sosial. Banyak seniman yang mengangkat isu-isu seperti perubahan iklim, rasisme, feminisme dan isu-isu politik yang kontroversial dengan menjadikan karya seninya sebagai alat untuk menyampaikan pesan, membangun kesadaran, dan memicu dialog yang penting dalam masyarakat. Melalui seni, para seniman ini berperan sebagai penghubung antara dunia seni dan isu-isu sosial yang mendesak.

Dampak seni dalam masyarakat sangat besar. Karya seni memiliki kemampuan untuk menciptakan perasaan empati, menginspirasi perubahan pikiran, dan mengubah sikap serta perilaku individu. Melalui pengalaman estetika dan naratif yang kuat, seni mampu menembus lapisan kehidupan manusia dan menghasilkan refleksi yang mendalam. Karya seni yang memunculkan isu-isu sosial sering kali menggugah emosi, membangkitkan pertanyaan, dan memicu diskusi. Mereka memberikan ruang bagi individu dan masyarakat untuk merenung, mempertanyakan ketidakadilan, dan mencari solusi dari permasalahan sosial tersebut. Seni mampu membantu merumuskan narasi alternatif yang mencerminkan kepentingan kelompok marginal, memperjuangkan keadilan sosial, dan mampu untuk mempersatukan masyarakat. Seni membantu membangun ikatan sosial, memperkuat identitas kolektif, dan menciptakan ruang dialog antar individu yang berbeda. Seni rakyat yang lahir dari kesadaran sosial dan permasalahan lingkungan menjadi angin segar untuk mengantarkan perubahan pada masyarakat yang lebih progresif.

Baca Juga: Kolaborasi Seni Reak dan Pantomim Memperingati Hari Spesies Terancam Punah di Indonesia dan Dunia
Darah dan Doa Rakyat Jawa Barat di Zaman Revolusi
Fenomena Bahasa Jaksel Menggerus Cara Berbahasa Indonesia yang Baik dan Benar?

Tantangan Seni Rakyat sebagai Perubahan Sosial

Meskipun pergolakan seni untuk perubahan sosial memiliki dampak yang kuat, ada tantangan yang perlu dihadapi. Salah satu tantangan utama adalah resistensi dan ketidakberdayaan yang ada dalam masyarakat. Beberapa orang mungkin menolak atau tidak mampu menerima pesan yang disampaikan melalui seni. Adanya tekanan politik, sosial, atau ekonomi juga dapat menghambat kebebasan seniman untuk mengungkapkan diri dan memperjuangkan perubahan.

Seni rakyat sering kali dihadapkan dengan berbagai tantangan dan risiko. Salah satunya adalah pemerintah otoriter yang sering mencoba untuk menekan kebebasan seniman rakyat dan membatasi ekspresi mereka. Tindakan itu hadir dengan berbagai kemungkinan, seperti memberikan larangan pertunjukan seni tertentu, memberikan sensor pada karya seni, atau mengancam seniman dengan penindasan hukum ketika apa yang disampaikan begitu lantang menantang kekuasaan yang berangkat dari gejala sosial. Tetapi upaya untuk mengendalikan seni rakyat juga sering tidak berhasil, dikarenakan semangat dan kekuatan seni rakyat melampaui batasan otoritas dan tetap muncul dalam bentuk yang lain.

Menyuarakan Identitas dan Memerangi Dominasi

Seni rakyat dapat menjadi bentuk perlawanan terhadap hegemoni budaya yang didikte oleh pihak berkuasa. Dalam banyak kasus, kelompok-kelompok minoritas atau kelompok yang terpinggirkan menggunakan seni rakyat untuk menegaskan identitas mereka dan menolak asimilasi ke dalam budaya mayoritas. Mereka menciptakan karya seni yang memperkuat kebanggaan dan keberagaman budaya mereka, serta menolak dominasi dan penindasan yang dilakukan oleh kekuatan-kekuatan yang berkuasa.

Pergolakan seni rakyat dan pihak berkuasa adalah cermin dari perjuangan yang tak pernah berakhir antara rakyat dengan penguasa. Seni rakyat menjadi alat yang kuat dalam pertempuran ini dengan memberikan kemungkinan pada masyarakat untuk mempertahankan identitas mereka, memperjuangkan hak-hak mereka, dan menentang dominasi yang tidak adil. Dalam berbagai kasus, seni rakyat berhasil menginspirasi perubahan sosial yang signifikan,

Pada akhirnya, pergolakan seni rakyat dan pihak berkuasa adalah refleksi dari kompleksitas hubungan antara seni, politik, dan masyarakat. Seni rakyat menjadi panggung yang penting untuk menyuarakan identitas, memerangi dominasi, dan membentuk perubahan sosial. Dalam perkembangan zaman yang ditandai dengan berkembangnya teknologi, seni memiliki peran yang tak tergantikan dalam membentuk perubahan sosial dan menciptakan masyarakat yang sadar akan keadilan sosial, anti-penindasan, inklusif serta manusiawi.. Kesadaran akan pentingnya kesenian bagi perubahan sosial ini tentunya mendorong kesadaran untuk mengembalikan hakikat seni sebagai pintu masuknya akses pengetahuan, serta kesadaran akan ketertindasan dan permasalahan sosial.

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//