BIOGRAFI JACOB ROELOF DE VRIES 1847-1915 #5: Perkebunan Panglipoer Galih
Roelof de Vries sempat tercatat sebagai “ordenermer” perkebunan Palingpoer Galih di Lembang yang mengekspor kopi dan kina ke Eropa.
Atep Kurnia
Peminat literasi dan budaya Sunda
9 Agustus 2023
BandungBergerak.id – Bila membuka-buka Regerings-almanak voor Nederlandsch-Indie edisi tahun 1883 hingga 1902, kita akan bersua dengan fakta-fakta keterlibatan Jacob Roelof de Vries di dunia perkebunan wilayah Priangan, khususnya Bandung. Pada rentang tersebut, ia terlibat sebagai pemilik dan direktur perkebunan Panglipoer Galih yang berada di Distrik Ujungberung Wetan dan Ujungberung Kulon, Afdeling Bandung.
Pada edisi 1888, kita tahu Jacob Roelof de Vries menjadi “ondernemer” Panglipoer Galih di Distrik Ujungberung Wetan, sementara J.H. de Vries menjadi administraturnya. Ia memperoleh konsesinya sejak 3 Februari 1883, seluas 238 bahu, dengan bidang usahanya adalah perkebunan kina. Di edisi yang sama, nama Panglipoer Galih juga digunakan sebagai perkebunan yang diusahakan oleh J.W. Masman seluas 77 bahu sejak 27 Mei 1884.
Bila mengikuti pengumuman dalam Bataviaasch Handelsblad edisi 12 Maret 1884, saya jadi tahu pula bahwa pada April 1884 di Bandung akan dilakukan penjualan perkebunan Panglipoer Galih yang semula dimiliki almarhum W. Tinge dan sekarang atas nama Nona J.W. Masman. Persil yang dijualnya seluas 238 bahu. Pengumuman itu terus bertahan hingga awal Mei 1884. Dalam Bataviaasch Handelsblad edisi 3 Mei 1884, dikatakan perkebunan Panglipoer Galih di Ujungberung Wetan itu akan dijual pada Juni 1884. Konon, perkebunannya cocok untuk ditanami kina dan persilnya berdekatan dengan milik Nyonya Van Lennep.
Bila membaca kedua pengumuman itu, ditambah keterangan dari Regerings-almanak voor Nederlandsch-Indie edisi 1888, bisa jadi perkebunan Panglipoer Galih yang dimiliki Nona J.W. Masman, masih terus bertahan hingga 1888. Tetapi dengan catatan mulai diusahakan lagi sejak 27 Mei 1884 dengan luas berkurang menjadi 77 bahu. Lalu, sisanya ke mana? Bisa jadi sebagian besar persilnya diakuisisi oleh Jacob Roelof. Bahkan seperti yang terbaca dari Regerings-almanak voor Nederlandsch-Indie edisi 1889, Panglipoer Galih dengan luas persil 238 bahu dimiliki J.R. de Vries dengan administratur J.H. de Vries.
“Ondernemer” dan administratur Panglipoer Galih memang terus berubah. Nama J.R. de Vries terus tertulis sebagai “ondernemer” Panglipoer Galih di Regerings-almanak voor Nederlandsch-Indie hingga edisi 1902. Kemudian sejak edisi 1903, yang tertulis sebagai “ondernemer” Panglipoer Galih adalah Cultuurmaatschappij Panglipoergalih. Sementara administraturnya berturut-turut sebagai berikut: J. Kloppenburg (1891), J. Plaat (1897), J.A. van Riemsdijk (1899), H. van Beers (1900-1910), dan L.J. de Vries (1912).
Dalam perkembangannya, barangkali karena mengakuisisi lagi persil lainnya pada 9 Januari 1900, sehingga dalam Regerings-almanak voor Nederlandsch-Indie sejak edisi 1901, perkebunan Panglipoer Galih menjadi dua perkebunan, dengan diberi tanda sebagai Panglipoer Galih I dan Panglipoer Galih II. Di situ tertulis Panglipoer Galih I dimiliki oleh J.R. de Vries, administraturnya N. Van Beers, dengan wilayah usaha seluas 233 bahu, di Distrik Ujungberung Wetan. Sementara Panglipoer Galih II yang luasnya 137 bahu dan diakuisisi pada 9 Januari 1900 pemilik dan administraturnya adalah J.R. de Vries.
Baca Juga: BIOGRAFI JACOB ROELOF DE VRIES 1847-1915 #2: Usia 16 Tahun Menjadi Tentara
BIOGRAFI JACOB ROELOF DE VRIES 1847-1915 #3: Menjadi Kuasa Umum Toutlemonde & Co
BIOGRAFI JACOB ROELOF DE VRIES 1847-1915 #4: Mendirikan J.R. de Vries & Co di Bandung
Produksi Kopi dan Kina
Produksi perkebunan Panglipoer Galih I dan Panglipoer Galih II adalah kopi dan kina. Salah satu buktinya yang paling kentara diberitakan oleh De Preanger-bode edisi 7 Desember 1900. Di situ dikatakan, siang ini pada pukul 13.30 di sekitar Bandung, terutama di perkebunan Panglipoer Galih, terjadi hujan es yang deras. Sontak saja kebun kina dan kopi penuh dengan es seperti marmer. Badai tersebut juga disertai dengan angin ribut disertai petir dan guruh.
Bukti-bukti lain yang memperlihatkan bahwa produksi perkebunan Panglipoer Galih I dan Panglipoer Galih II adalah kopi dan kina dapat kita ikuti jejak-jejaknya dari pemberitaan mengenai pemasaran kedua komoditas tersebut di Eropa, khususnya di Amsterdam, Belanda. Misalnya, De Telegraaf edisi 12 Agustus 1895 diketahui bahwa pada pelelangan dan tender kopi yang akan dilakukan di Amsterdam pada tanggal 13 Agustus 1895 terdapat 28 bal kopi dari Panglipoer Galih.
Masih dari tempat pelelangan di Amsterdam, tetapi bertitimangsa 13 Juni 1895, redaksi Bataviaasch Nieuwsblad (24 Agustus 1895) melaporkan berita tentang kina dari J. M. W. van Dusseldorp & Co di Amsterdam bertitimangsa 18 Juni 1895. Isinya antara lain menyatakan bahwa Panglipoer Galih menyediakan kina berjenis C. Ledgeriana sebanyak 30 bal.
Di sisi lain, produksi kopi di Pulau Jawa untuk tahun 1896 ada dua jenis, yaitu jenis Liberia dan Java. Menurut Bataviaasch Nieuwsblad edisi 1 Februari 1896, beberapa perkebunan penghasil kopi Liberia dan Java di Keresidenan Priangan adalah Lampegan, Awas Segara, Aardenburg, Dakoem, Gamboeng, Goenoeng Saharie, Panglipoer Galeh, Panjairan, Plangiseran, Sindang Sarie, Sitiradja, Soekamadjoe, Soeka Ngangoen, Tjampacca Warna, Tjampacca Zuid, Tjidjangkar, Tjikawoeng, Tjiharoes, Tjimapak, Tjimonteh, Tjipopohan, Tjipantjoe, Wangoen Redja, dan Tjikapoendang. Tentu saja banyak penulisan nama perkebunan yang salah. Di antaranya Panglipoer Galeh, yang seharusnya Panglipoer Galih; Tjimapak seharusnya Tjimapag.
Menurut berita tersebut, perkebunan Panglipoer Galih menghasilkan 50 pikul kopi Java pada tahun 1895 dan diproyeksikan dapat menghasilkan 50 pikul kopi Java pada tahun 1896. Catatannya, di perkebunan tersebut tidak ditanam jenis Liberia. Sementara di perkebunan lain yaitu Lampegan, Aardenburg, Sindangsarie, dan Wangoenredja khusus menghasilkan kopi Liberia. Sedangkan Plangiseran menanam dan menghasilkan baik kopi Liberia maupun Java. Selebihnya, seperti di Panglipoer Galih, umumnya kopi yang ditanam di kebanyakan perkebunan di Priangan adalah jenis Java atau Arabica.
Demikianlah terus terjadi ekspor kopi dan kina dari Panglipoer Galih ke Eropa hingga awal abad ke-20. Soalnya kemudian, di manakah letak perkebunan tersebut saat ini? Jawabannya antara lain dapat diperoleh dari De Sumatra Post edisi 13 Desember 1916. Selain menyebutkan tentang perusahaan Van Dusseldorf & Co di Amsterdam yang menjadi dewan direksi Panglipoer Galih dan L. de Vries di Hilversum yang mengundurkan diri sebagai direkturnya, juga dinyatakan bahwa Kinaonderneming Panglipoer Galih disebutkan berada di Lembang (“Kinaonderneming Panglipoer Galih bij Lembang”).