• Kampus
  • Mengulik Matematika dengan Cara Asyik dan Kekinian

Mengulik Matematika dengan Cara Asyik dan Kekinian

Matematika selalu hadir dalam kehidupan sehari-hari manusia. Ilmu ini masih dianggap menakutkan bagi murid-murid di sekolah.

Siswi SMA berkumpul sambil makan-makan di Taman Lansia, Bandung, sepulang sekolah, 31 Mei 2022. Setiap murid sekolah diberikan kebebasan memakai seragam sekolah sesuai denga agama dan keyakinan, tanpa ada pemaksaan. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Iman Herdiana11 Agustus 2023


BandungBergerak.idMatematika dicap sebagai ilmu yang sulit dipahami. Meski demikian, ada banyak cara bagi guru untuk mengenalkan pelajaran ilmu pasti ini agar lebih menarik bagi murid-muridnya. Antara lain dengan menerapkan pendekatan-pendekatan yang menyenangkan. 

Hal tersebut dilakukan Yonan Sutansyah, guru matematika di SD Kuntum Cemerlang, Bandung. Yonan sudah melakoni profesinya sejak lulus dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Pasundan (Unpas), Bandung, sejak 2014 lalu. 

Menurutnya, menjadi guru SD tidaklah mudah. Di samping ilmu, guru SD juga mesti memiliki bekal sabar yang tinggi. 

“Memang tidak mudah mengajar siswa SD, tapi guru harus punya cara tersendiri untuk mengatasinya supaya mereka nyaman dengan kehadiran guru di kelas,” ujarnya, dikutip dari laman Unpas, Jumat (11/8/2023). 

Matematika Menyenangkan

Selain dituntut memahami perbedaan karakter siswa-siswinya, Yonan juga berusaha mengubah stigma Matematika sebagai mata pelajaran yang sulit melalui cara-cara unik.

Lewat konten-konten kreatifnya di media sosial, Yonan membuat Matematika jadi lebih menyenangkan. Misalnya, menghafal rumus dengan potongan lagu, menyisipkan kuis di tengah proses pembelajaran, tanya jawab, dan metode lainnya.

“Ini salah satu strategi saya agar siswa menyukai pelajaran Matematika. Saya mencoba menciptakan suasana positif di awal pembelajaran, lalu menanamkan pada mereka bahwa Matematika tidak sesulit apa yang dikatakan orang-orang. Semua bisa asal dibawa happy, berikan keyakinan kalau mereka mampu,” terangnya.

Untuk mengantisipasi rasa bosan, saat mengajar Yonan selalu memberikan ice breaking dan beragam model pembelajaran. Menurutnya, cara tersebut cukup efektif untuk membangkitkan antusiasme dan semangat anak didiknya.

Di sela kesibukannya di sekolah, Yonan merupakan seorang konten kreator yang penuh talenta. Yonan sering membagikan keseharian dan kedekatan dengan para siswanya di akun Instagram miliknya.

Selain konten pembelajaran dan aktivitas di sekolah, Yonan juga aktif memproduksi konten review kuliner, cover lagu, dan travelling.

Akun Instagram Yonan (@yonansutansyah) bahkan memiliki 44 ribu follower dan terus bertambah setiap harinya.

“Alhamdulillah konten-konten saya mendapat tanggapan positif dari netizen,” tuturnya.

Ia berharap, misinya untuk menghapus stigma Matematika sebagai pelajaran yang sulit dan rumit betul-betul berhasil, sebab siswa diarahkan untuk memahami akar dan prosesnya, tidak langsung pada hasil dan teori. 

Tak hanya itu, ia juga ingin menginspirasi rekan sesama guru untuk mengimplementasikan metode pembelajaran yang tepat dan mengasyikkan, sehingga siswa menikmati pembelajaran di kelas. 

Baca Juga: Manusia tidak Bisa Lepas dari Matematika
Peran Matematika dalam Mengasah Keterampilan Berpikir di Abad Kekinian
Peran Lulusan Matematika di Zaman Digital

Kesalahpahaman pada Matematika 

Dalam jurnal ilmiah Al Khawarizmi: Jurnal Pendidikan berjudul “Pendidikan Matematika di Sekolah Kita”, Kamarullah menulis bahwa matematika adalah suatu bidang ilmu yang menglobal. Ia hidup di alam tanpa batas. Eksistensi matematika di dunia sangat dibutuhkan dan kehidupannya terus berkembang sejalan dengan tuntutan kebutuhan umat manusia.

“Karena tidak ada kegiatan/tingkah laku manusia yang terlepas dari matematika,” tulis Kamarullah, diakses Jumat (11/8/2023).

Akan tetapi, Kamarullah menyatakan kehadiran matematika di dunia pendidikan di Indonesia umumnyamasih merupakan momok yang menakutkan bagi sebagian siswa yang mempelajarinya. Padahal ia hadir bukan untuk menjadi hantu yang menakut-nakuti siswa. Matematika hadir untuk menata nalar para siswa agar memeliki kemampuan untuk mengembangkan diri dalam matematika khususnya, maupun dalam berbagai disiplin ilmu lainnya.

Dengan memiliki kemampuan penalaran matematika yang memadai diharapkan para peserta didik akan mampu mendalami berbagai disiplin ilmu yang menjadi keahliannya, terutama ilmu yang terkait dengan teknologi. Pada akhirnya, dengan menguasai matematika, anak bangsa akan sanggup menghadapi perubahan zaman, dan mampu bersanding serta bersaing dengan bangsa lain dalam pengembangan sains dan teknologi.

Oleh sebab itu nilai mata pelajaran matematika merupakan salah satu syarat kelulusan seorang siswa (lulus ujian akhir atau lulus ujian masuk) pada setiap jenjang pendidikan. Akan tetapi, akibat kenyataan tersebut, maka selama ini tujuan pembelajaran matematika di lembaga pendidikan telah bergeser dari penataan nalar, menjadi penataan kelulusan peserta didik semata (pendidikan berorientasi pada produk bukan pada proses). Sehingga dewasa ini sering nampak pemandangan siswa yang sangat lancar menyelesaikan soal-soal rutin matematika dengan cara cepat (carcep), tetapi tidak memahami apa yang dia lakukan merupakan pemandangan yang tidak aneh lagi.

Akibat perubahan tujuan tersebut, ditambah dengan rasa benci serta malas siswa dalam mempelajari matematika, dewasa ini banyak muncul cara-cara cepat penyelesaian soal matematika yang terkadang dapat menyebabkan miskonsepsi dalam matematika. Miskonsepsi tersebut juga terkadang banyak disebabkan oleh informasi yang diterima tidak lengkap. Sepintas di antara miskonsepsi yang timbul terlihat tidak memberikan efek negatif bagi perkembangan peserta didik. Namun jika ditelusuri miskonsepsi tersebut akan memberikan dampak negatif terhadap perkembangan daya nalar siswa pada tahap lebih lanjut.

“Marilah sama-sama kita mengidentifikasikan miskonsepsi-miskonsepsi dalam matematika yang selama ini telah muncul, untuk selanjutnya kita memimikirkan alternatif penyembuhan dan tentunya sama-sama memperbaiki pembelajaran matematika. Dengan demikian akan lahir generasi yang tertata nalarnya dengan baik. Sehingga akan sanggup bersaing dengan bangsa lain,” paparnya.

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//